Pertemuan kedua "Dia tersenyum padaku"

10 0 0
                                    

Hari yang dinanti tiba, ujian masuk sekolah. Dengan cemas aku bangun dari tempat tidur dan langsung bersiap mandi menuju kamar mandi. 

Aku memakai baju kemeja berwarna biru terang,  tidak terlalu mencolok tapi terasa bagus

Kupakai celana jeans hitam dengan sepatu sneakers berwarna biru. Tidak lupa aku membawa handphone dan hadset di dalam tas, dan yang terpenting alat tulis untuk mengisi jawaban. Aku pergi dengan membawa motor karena jaraknya yang jauh dari rumah. Aku memang belum mempunyai SIM, tapi tak apa karena aku melewati jalan perkampungan yang jauh dari jalan besar. Aku tiba di sekolah, ku parkiran motor dan melihat sekelilingku. Aku berjalan menuju ruang ujian. Aku duduk di bangku ke 3 dari depan, tiap bangku berisi 2 orang peserta. waktu sudah menunjukkan hampir jam 8 pagi dan para pengawas ujian datang untuk bersiap-siap memulai ujian

Pengawas ujian berkata "5 menit lagi kita akan bersiap memulai ujian tertulis, keluarkan alat tulis kalian dan masukkan buku, perlatan elektronik ke dalam tas, lalu taruh tas kalian ke depan. Ujian akan dilaksanakan selama 120 menit, jenis ujian pilihan ganda 90 soal. 30 soal matematika, 30 soal bahasa inggris dan 30 soal ilmu pengetahuan alam. Seperti biasa dilarang berdiskusi dan menoleh ke kanan dan kekiri. Setelah ujian tertulis akan ada tes buta warna setelah makan siang jam 1. Untuk peserta diharapkan tidak pulang dahulu sebelum mengikuti tes buta warna yang akan di adakan di ruangan yang sama dengan tes tertulis"

"Baik bu" seluruh peserta ujian mengiyakan peraturan yang diberikan pengawas

Aku duduk sendirian, sepertinya peserta disebelahku tidak datang. Aku melihat sekeliling dan memeriksa apa aku sekelas denganya tapi dia tidak ada. , mungkin dia di ruangan lain. Aku tidak bisa memeriksa dia dimana karena aku belum tahu namanya. Aku menunduk dan memainkan pulpen yang ada di tanganku, terdengar suara pintu dan seorang wanita berbicara

"Maaf ibu dan bapak pengawas saya terlambat," ucap wanita itu

Aku menoleh ke arah pintu masuk dan ku lihat dia datang dengan rambutnya yang tergerai indah. tubuhku terasa membeku, mataku seakan hanya ingin melihat dia 

pengawas ujian mempersilahkan dia masuk dan duduk di bangku untuk mengikuti ujian. Bangku yang ku sangka kosong siapa yang sangka dia akan duduk di sebelahku.

Dia tersenyum kearahku untuk mengisaratkan kata permisi untuk duduk. aku mengangguk dan tersenyum balik kearahnya. Aku lihat dia memakai tas merah itu, tas merah yang seakan cocok dengan warna rambutnya.

Pengawas ujian membagikan kertas ujian, pertanda ujian segera dimulai. Selama ujian terasa sepi dan tenang, selama ujian pengawas memberikan kertas absen untuk para peserta yang hadir. aku tidak bisa melihat dia memberikan paraf kehadiran di namanya karena dilarang menoleh. Dia memberikan kertas absen kepadaku tanpa menolehkan muka kepadaku, aku melihat daftar namanya dan aku masih tidak mengetahui siapa namanya.

120 menit berlalu, ujian tertulis selesai diadakan. Kami menaruh hasil ujian di atas meja masing-masing. setelah ujian tertulis, kami peserta diberikan waktu 2 jam untuk ISOMA sebelum dilanjutkan dengan tes lain.

Aku melihat wanita itu bergegas pergi meninggalkan ruangan setelah ujian. Akupun juga keluar untuk melihat dia. Dia melambaikan tangan kepada seorang laki-laki sambil tersenyum. Laki-laki itu juga melambaikan tangan dan terlihat tersenyum juga kepadanya

"apa dia sudah punya pacar?" pertanyaan itu datang  dibenakku 

Terdapat kantin sekolah di belakang gedung ujian, aku memutuskan untuk pergi ke kantin dan memesan nasi ayam serta es teh manis. Aku memeriksa handphone untuk mengetahui apa ada yang menghubungi. 

Dari belakang aku melihat dia juga makan di kantin bersama teman laki-lakinya. Aku seperti orang konyol cemburu dengan wanita yang bahkan aku tidak tahu namanya.

Aku pasang hadset di handphone dan ku nyalakan lagu untuk menghilangkan pikiranku dan melanjutkan makan. Dua jam terasa lama dan membosankan untuk menunggu. Terlebih lagi aku masih memikirkan siapa laki-laki yang besama wanita itu.

Waktu istirahat sudah hampir berlalu aku memutuskan kembali ke ruangan ujian. aku duduk tenang di bangku dan terkadang menatap pintu masuk menunggu dia datang. Pengawas datang begitupun dengan dia, dia datang bersamaan dengan pengawas yang masuk. Sepertinya dia menunggu di luar sampai pengawas tiba. Dia duduk di tempatnya, mulutku ingin mengatakan "hai" tapi hatiku selalu menghentikkanya. Rasanya seperti ada makanan yang tidak tergigit sempurna dan menyangkut di tenggorokanku.

Sistem uji tes buta warna dilakukan bergiliran, terdapat 4 penguji di depan agar proses uji tes buta warna cepat selesai. Penguji memanggil kami dengan nomor ujian, sayang sekali aku masih juga belum tahu namanya. Kami terus terdiam menunggu giliran kami mengikuti ujian.

"Selanjutnya nomor 106 maju ke depan," ucap penguji

Dengan percaya diri aku mengiyakan dan kedepan untuk mengikuti tes. Pengawas membuka buku tes uji buta warna, kujawab nomor-nomor yang aku lihat. Pengawas tidak mengatakan apapun dan hanya memberikan nilai pada secarik kertas penilaian yang sesudahnya dia masukkan ke dalam map berisi profil dan jawaban tes tertulisku tadi pagi.

Waktu menunjukkan pukul 3 sore, tes tertulis dan uji buta warna telah selesai dilakukan oleh seluruh peserta. Pengawas mengatakan hasil pengumuman lulus atau tidaknya dapat dilihat di mading sekolah dalam waktu 1 minggu lagi. Kami disilahkan pulang

Aku melihat dia langsung pergi meninggalkan bangkunya dan menuju keluar. Aku juga ikut keluar mengikutinya dari belakang, aku lihat dia menghampiri laki-laki yang telah menemaninya sedari pagi. Dengan wajah gembira dia menghampirinnya seakan sudah lama mereka tidak bertemu. Mereka menuju parkiran motor dan akupun tepat dibelakangnya, mengikutinya sampai parkiran dan terus menatap rambutnya yang tetap tergerai indah sejak pagi. Mereka menaikki motor dan aku lihat wanita itu memegang baju di pinggang laki-laki itu, mengisyaratkan mereka sudah mengenal cukup lama satu sama lain.

Aku hanya bisa melihatnya lagi tanpa tahu namanya dan meminta nomor telponnya. Selama perjalanan pulang aku hanya menyalahkan betapa bodohnya diri ini.

Apa aku dapat bertemu dengannya lagi?, apa kami akan satu sekolah lagi?, apa aku tetap bisa memandang rambutnya yang hitam kecoklatan lagi?.

Begitu banyak pertanyaan yang muncul di pikiranku. Sesampainya dirumah aku hanya berbaring di tempat tidur, memejamkan mata dan membayangkan wajahnya dan terus mengingat suaranya yang sedang tertawa. Aku membuka mata dan bangun dari tempat tidur, aku berjalan menuju dapur untuk melihat makanan apa yang tersedia di dapur. Ibu datang menghampiriku dan bertanya dengan rasa penasaran

"Gimana tadi ujiannya bisa?"

"Ntahlah, aku hanya mengisinya saja," ucapku

"semoga lulus biar engga pusing lagi nyari sekolahan"

Aku hanya mengangguk sambil berpikir semoga aku dan wanita itu dapat bersekolah di tempat yang sama. 

Saat aku mengangguk sekilas aku melihat wajah ibukku, terlihat wajah lelah setelah menangis. Tidak ada yang ingin aku tanyakan ke ibu, karena dia hanya akan menjawab tidak apa-apa. Tanpa aku bertanya jawabannya sudah pasti adalah karena ayahku. Aku mengajak ibu untuk makan bersama dan menceritakkan semua tentang ujian masuk sekolah tadi, tapi aku tidak menceritakan bagian tentang wanita yang namanya belum aku ketahui. Melihat ibu makan dengan lahap sudah membuat aku senang, aku memang tidak dapat menyembuhkan lukanya tapi tetap dapat menemani dan berada di sampingnya. Hal yang dapat aku lakukan adalah sekolah dengan benar, mendapatkan pekerjaan dan membawa pergi kakak, adik dan ibukku jauh dari laki-laki yang aku sebut ayah. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 10, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RayhanWhere stories live. Discover now