Busan

561 115 34
                                    

Langit masih berwarna kekuningan saat (Y/n) baru saja membuka pintu kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit masih berwarna kekuningan saat (Y/n) baru saja membuka pintu kamarnya. Meski sejujurnya, matanya masih sangat mengantuk saat itu, tapi ia memutuskan untuk segera bangun dan beranjak menuju dapur.

"Selamat pagi, Eomma." Sebuah suara kecil menyapa pendengarannya. 

(Y/n) menoleh terkejut dan tersenyum saat menyadari sosok yang berdiri di belakangnya. "Selamat pagi, Yongmin." sapanya sambil mengusap lembut surai kehitaman yang kini sudah berdiri di hadapannya. "Kenapa kau bangun pagi sekali, hm?"

"Aku haus." erang Yongmin, si pria kecil itu.

"Mau kuambilkan minum?" 

Tapi Yongmin malah menggeleng mendengar tawaran dari (Y/n). "Tidak usah, terima kasih. Tapi aku sudah bisa meraih gelasnya sendiri." Ia kemudian berlari kecil menuju rak putih di sudut dapur, lalu berjinjit sedikit untuk meraih deretan gelas disana. 

"Aigoo, ternyata kau sudah semakin tinggi sekarang." puji (Y/n) hingga sukses membuat Yongmin terlihat sedikit membusungkan dadanya bangga.

Tentu saja daripada terlihat keren, Yongmin malah terlihat semakin imut di mata (Y/n) dengan gayanya yang seperti itu.

"Appa bilang, aku harus belajar mandiri. Aku sudah besar, jadi aku harus bisa melindungi diriku sendiri dan juga anak-anak lainnya."

Mendengar kalimat Yongmin, (Y/n) langsung terlihat terkejut meski sedetik setelahnya ia buru-buru menetralkan ekspresi wajahnya dengan setenang mungkin. "Ah, begitu ya?" ujarnya sebagai jawaban.

Yongmin mengangguk. "Lagipula, Appa bilang, kita takkan selamanya tinggal bersama, jadi aku dan anak-anak lain harus mulai belajar mandi— Aw!" Ia mendadak berjengit saat sebuah batu kecil mendarat di keningnya. Ia langsung menggerakkan tangannya untuk mengusap bagian wajahnya yang terasa sakit sambil menengadah mencari pelaku yang baru saja melemparnya dengan benda keras itu. "Appa!" omelnya marah.

"Ah, maaf. Kupikir aku melihat serangga di dahimu tadi, jadi kulempar saja dengan batu." Seorang pria dengan sweater abu-abu yang tengah duduk bersandar di dinding itu menyeringai. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zₒₘbᵢₑ ₐₚₒcₐₗyₚₛₑ Bₒₒₖ 3: 𝕊𝕦𝕣𝕧𝕚𝕧𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang