Chap. 10

7.4K 935 77
                                    

"Berhenti membohongi dirimu sendiri dan buat semuanya menjadi lebih mudah. Mengesalkan untuk melihat kalian saling menghindar seperti ini."

[○]

'Halo, teman-teman ... selamat siang untuk kalian yang sedang menikmati makan siang dengan menu luar biasa, dan semangat untuk sebagian dari kalian yang tidak memiliki waktu untuk menikmati makan siang karena ujian akhir semester telah berada didepan mata. Siang ini, aku memiliki topik cukup menarik ... berhubungan dengan usia rata-rata kita semua yang sekarang sedang dalam masa pubertas, topik ini benar-benar topik yang dialami sebagian besar dari kita. Ya, topik romansa ... mungkin beberapa akan merasakan sensitif dengan ini.'

Mark mengambil tempat disamping Jaemin yang nyaris tersedak karena kedatangannya. Didepannya, Lee Jeno menautkan alis dengan bingung.

"Mark Lee?"

Mark berdecak, "Apa aku hantu?"

"Bukan, tapi kau yang memilih makan siang bersama kami membuatmu lebih menyeramkan dari hantu." Jaemin menjawab terlampau bersemangat, duduk mendekat pada Mark tanpa peduli Jeno memasang wajah penuh peringatan kepadanya. "Kenapa? Ada masalah dengan Haechan?"

Mark membulatkan mata, menoleh cepat pada Jaemin yang masih menatapnya menunggu jawaban. "Bagaimana kau tahu aku memiliki masalah dengannya?"

Yang dibalas dengusan dari Jaemin, "Bagaimana aku tak tahu kalau setiap saat kalian selalu bersama seperti sepasang sumpit-yang tidak menjadi tidak berguna ketika salah satu darinya hilang?"

Mark kembali berdecak, memegang sumpitnya dan mulai memakan tanpa menjawab.

Jaemin menernyit bingung, saling melempar pandangan dengan Jeno yang setelahnya mengangkat bahu tak mengerti.

"Kau benar-benar ada masalah dengannya?" Jeno bertanya penasaran.

Mark masih diam, tak berniat menjawab apapun hingga ia menghabiskan separuh porsi makanannya.

"Bukankah itu suara Haechan?" Jaemin bergumam, melirik speaker yang kini menyuarakan siaran radio sekolah seperti hari-hari biasanya. Selanjutnya, ia melirik Mark secara diam-diam, meniti ekspresi pria itu dengan penasaran.

'.. Seperti hujan, cinta tak selalu datang membawa kebahagiaan. Bagi mereka yang menikmati rintik demi rintik hujan yang turun, mungkin hujan merupakan sebuah berkah bagi mereka. Mendatangkan euphoria yang mendebarkan ketika tetesannya membasahi beberapa bagian tubuh, serta mengantarkan segaris senyuman ketika bagian dari siklus air itu terkadang mendatangkan gradasi indah sebagai pelangi. Namun bagi mereka yang membenci datangnya hujan, senyuman itu tak akan terbit. Bukan salah mereka, mungkin, hujan datang dalam waktu yang tidak tepat, datang ketika mereka tak memiliki payung untuk berlindung, ataupun datang ketika hati mereka berada pada suasana mendung. Atau mungkin ... hujan datang pada tempat yang tak seharusnya: tempat yang tak memerlukannya karena hanya akan mendatangkan suatu bencana. Bagiku, cinta adalah hujan: yang tak selalu berakhir bahagia atau sengsara. Dan hujan bagiku, adalah suatu hal yang terkutuk, karena ia datang hanya untuk mengantarkan likuid lain dari pelupuk. Lalu tersamarkan dengan tetes airnya, hingga tak ada yang tahu tentangnya, tidak selain diriku sendiri.

'Wah, ini adalah puisi terbaik hari ini aku menyukai bagaimana dia membandingkan cinta dan hujan. untuk siapapun yang mengirimnya, semangat! Aku tahu kau tengah merasa patah hati. Kuharap, kau bisa kembali bersemangat dan tidak terlalu larut dalam kesedihanmu. Meski sulit, tapi berjuanglah!'

"Hei,"

Jeno dan Jaemin yang sebelumnya terlarut dalam puisi yang dibacakan kini menoleh begitu suara Mark terdengar, "Kenapa?"

Between Us ▪ MarkChan ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang