CAKE

104 12 0
                                    

"Kau belum makan Nona," Ucap Andre sembari meletakkan segelas cappuccino latte dengan sepotong cake coklat.

Raisa menoleh kaget,

"Gratis," Imbuh Andre

Andre tersenyum lembut melihat ekspresi Raisa yang seolah mengatakan, "Apa maksudnya?"

"Aku tak pernah tega melihat pelangganku kelaparan," Ucapnya singkat.

"Emmm, terimakasih," Senyum dingin itu masih tak bergeming dari bibir ranum Raisa, membuat Andre seolah kehabisan cara untuk mengembalikan senyumnya lagi.

'Dia butuh teman untuk bercerita, bodoh!' Umpat Andre dalam hatinya. Entahlah, mungkin ia memiliki dua jiwa yang memiliki tugas berbeda. Satu untuk mengumpat dan satu untuk memuji.

Malam itu cafe milik Andre ramai. Ada beberapa anak muda yang berkumpul disana, entah hanya sekedar ingin mencicipi aroma kopi yang berbeda dari kebanyakan cafe lainnya, atau berbincang hangat mengenai permasalahan hidup dengan orang tersayang.

Ya, rata-rata dari mereka pergi bersama. Hanya satu orang yang masih melamun, lengkap dengan kesendiriannya. Ya, Raisa

Raisa membiarkan Andre pergi, menatap punggungnya dari belakang, 'barista yang cekatan, juga baik' gumamnya sembari tersenyum tipis.

Disana, Andre masih dengan gaya khasnya membuat kopi-kopi itu, dibantu dengan beberapa kawannya ia melayani beberapa pembeli dengan lihai.

Sebenarnya Raisa penasaran, bagaimana seorang barista bisa dengan cepatnya membentuk sebuah lukisan cantik di kopi-kopi buatannya tanpa cacat? Mungkin suatu saat nanti ia bisa meminta Andre mengajarinya.

Ah, tentang lukisan.

Lagi-lagi ia mengingat Arga.

Ia tak pernah menyayangi seseorang lebih dari ia menyayangi Arga. Kisah cinta mereka mungkin hanya sebuah kisah cinta biasa. Tak ada yang istimewa.

Yang istimewa hanya bagaimana rasa dapat menyatukan mereka, beradu dibawah alam jauh, menjalin kasih tanpa diminta.

***


"Aku membawakan ini untukmu," Ucap Arga sore itu. Masih ditempat yang sama, cafe.

Kala itu, mata hazelnya berbinar. Ia tahu, semua yang dibawa Arga selalu spesial dan sempurna.

Arga mengeluarkan sebuah buku sketsa, dengan bungkusan kecil disampingnya.

Apa itu?

"Ini, coba buka," Ujar Arga dengan senyuman manis dipipinya.

Raisa membuka buku sketsa itu dengan mata hazelnya yang berbinar. Ah! Benar! Itu adalah sebuah desain baju yang sempurna. Sebuah dress anggun dengan motif bunga putih disekelilingnya. Bentuknya seperti sebuah gaun cantik.

"Ini gaun?"

"Bukan gaun cinta... Tapi itu baju casual, ah tapi kau selalu cocok menggunakan baju apapun kemana saja," Jawab Arga lembut.

Arga adalah seorang manusia sempurna bukan?

"Tapi bentuknya seperti gaun," Rengek Raisa pelan

Arga hanya tersenyum lembut, lalu menyodorkan bungkusan kecil yang ia berikan kepada Raisa sekali lagi.

"Bukalah,"

Raisa mengangguk, perlahan ia membuka bungkusan itu.

Sebuah dress hijau muda dengan balutan bunga putih yang mengelilinginya. Cantik, simpel dan elegan.

Raisa hanya bisa menatap dress itu bahagia. Mata hazelnya bersinar lagi. Entah sudah baju keberapa yang diberikan Arga kepadanya, ia selalu saja bahagia menerimanya.

Baju-baju yang diberikan Arga selalu saja bisa membuatnya bahagia. Entah karena desain yang Arga buat, atau karena yang memberikannya adalah Arga sendiri.

Ia mencintai Arga.

Canvas CafeinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang