🐬🐁
Park Jisung itu bukan pemerhati.Park Jisung juga bukan seorang yang peka terhadap sekitar. Cenderung cuek dan hidup sesuai keinginan.
Intinya Park Jisung itu tidak ingin repot atau memusingkan sesuatu.
Namun kali ini berbeda. Untuk pertama kali selama hidupnya, Nyonya Park melihat putra bungsunya sibuk di dapur.
"Jisung-ah, ingin ibu bantu?" tawar Nyonya Park yang tentu ditolak mentah-mentah putranya.
"Untuk siapa kue itu?" sang ibu kembali bertanya.
"Untuk si Tuan Muda," balas Jisung tanpa mengalihkan sedikitpun fokusnya dari makanan manis dihadapan.
Lipatan didahi Nyonya Park terbentuk, "Tuan Muda?" wanita paruh baya itu membeo.
"Hm, Tuan Muda." Kedua sudut bibir pemuda jangkung itu terangkat. Seutas senyum terpatri indah di sana. Hal itu mengundang rasa penasaran sang ibu lebih jauh.
"Siapa Tuan Muda yang kau maksud, Jisung-ah?" lagi Nyonya Park mengajukan tanya. Wanita paruh baya itu duduk di kursi yang berada tepat di seberang sang putra.
Jisung mengangkat kepalanya, maniknya bersibobrok dengan sang ibu yang memandang penuh binar keingintahuan.
"Siapa Tuan Muda yang kau maksud, Jisung-ah."
Sebuah cengiran ditunjukkan pemuda jangkung itu. Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Chenle. Zhong Chenle."
Jisung masih sibuk bahkan ketika senja hampir menyapa. Ruang latihannya disulap sedemikian rupa. Siapapun yang mengenal baik pemuda itu akan memahami effort yang diberikan untuk menyiapkan ini semua.
Kembali, senyumnya terbit melihat hasil karyanya. Setelah dirasa cukup pemuda jangkung itu merogoh sakunya. Benda pipih berwarna abu-abu sudah dalam genggaman.
Chenle-ku
Jisung : Tuan Muda...
Jisung : Bisa temui aku malam ini?Chenle : Tentu.
Chenle : di mana Jisungie?Jisung : Ruang latihanku. Pukul 7 ya?
Chenle : Baiklah. Sampai nanti.
Masih ada waktu sekitar empat puluh menit sebelum waktu yang ditentukan. Jisung beranjak menuju kamar mandi untuk memeriksa penampilannya. Ayolah Jisung tidak ingin terlihat lusuh di depan kesayangannya.
🐬🐁
"Chenle-ya, sudah siap?" Tuan Zhong menghampiri putra semata wayangnya.
"Siap apanya, Pa?" Chenle membalas sembari mematutkan diri di depan cermin setinggi tubuhnya.
"Tentu saja makan malam dengan Guanlin," sang Papa membalas.
"Aku ada janji." Chenle menyimpan ponsel dan dompetnya disaku. Lantas membenarkan baretnya yang agak miring.
"Janji?"
KAMU SEDANG MEMBACA
He Had Never Been Like This Before - Chenji🌱
FanfictionHow if we rewrite the stars? Author note : Boys love x Fiksi Remaja x Fiksi Penggemar