[🐯] Four

376 90 37
                                    

Woojin itu..

Manis?

¤▪•° 🍭°•▪¤

"Capek?"


Aku menggeleng mendengar pertanyaan Woojin yang terdengar khawatir.

Harusnya kemarin aku datang ke sekolah untuk rapat, tapi kondisi tubuhku sedang terganggu--semua ini gara-gara terjatuh ditangga kemarin--. Jadi aku memutuskan tidak datang dan meminta izin.

Tapi sepertinya tidak ada yang peduli, berakhirlah aku diberi hukuman menempelkan pengumuman di sekolah oleh ketua osis.

OH AYOLAH JANGAN BEGINI!!


Secara diam-diam rasanya aku ingin mengeluh. Tidak adil untukku. Karna beberapa anggota osis lainnya diberi hukuman yg ringan--seperti membereskan ruangan osis atau perpustakaan-- ini benar-benar diskriminasi.


"Keterlaluan si Yohan, pulang nanti mampus lu." Sungut Woojin kesal. Kelihatannya dia benar-benar emosi. "Kalau cintanya ditolak jangan bawa-bawa sama urusan osis dong."

Woojin benar, ini semua karena aku menolak Yohan dan menerima Woojin. Karna itu.


Sejak aku jadian dengan Woojin, sikap Yohan berubah. Dia yang dulunya suka bercanda dan mengobrol sekarang malah dingin seperti orang asing.

"Udah selesai?" Entah darimana, Yohan mendadak muncul. "Oh, bagus ya. Disuruh ngerjain hukuman malah pacaran. Hukumannya kurang?" Sinisnya.

Aku benar-benar tidak mengerti. Kemana perginya Yohan yang dulu ramah itu?

Bugh!

"WOOJIN!"

Secara tiba-tiba, Woojin melayangkan satu pukulan ke wajah Yohan dan membuat tubuh Yohan terhuyung. Aku memekik kaget, sayangnya kakiku terlalu sakit untuk melangkah.

"Sekali lagi lo berani nyakitin pacar gue, ingat aja. Gua nggak segan-segan bikin lo hancur mulai dari sekarang." Desis Woojin.

"Woojin udah, jangan--"

"Nggak kok, sekali doang." Raut wajah seriusnya berubah menjadi cengiran ceria seperti biasa. "Masih sakit kakinya?"

Aku hanya mengangguk. Sangat sakit sampai rasanya tidak bisa jalan.

"Duh, parah nih." Woojin berdecak. "Jalan satu meter aja nggak kuat, gimana mau jalan ke pelaminan?"

"WOOJIN IIIH!"

"Bercandaaaa." Dia kembali tertawa. "Sekarang sih bercanda, tadi nanti doain aja jadi nyata."

Woojin memposisikan tubuhnya berjongkok dihadapanku, "Naik."

"Nggak usah, aku--"

"Naik sayang, kaki kamu bengkak loh. Mending naik ke punggung aku atau ke pelaminan?"

Aku tidak bisa menjawab, sampai Woojin berdecak dan menarik tanganku, "Oke, kita ke pelaminan."


"IYA AKU NAIK KE PUNGGUNG KAMU IYA!"

Kalau udah gini, sudah jelas aku bakal kalah.

Setelah naik ke punggungnya, aku terdiam melihat Woojin yang menempelkan kertasnya satu persatu ke tembok dengan posisi aku yang berada di punggungnya.

"Kamu nggak capek? Aku kan berat."

"Iya kamu emang berat." Katanya tanpa dosa membuat aku menepuk kepalanya pelan. Enak aja! Aku juga berat ginj gara-gara sering dibeliin es krim sama Woojin tau!

"Tapi tanggung jawab aku buat nafkahin kamu di masa depan lebih berat."

"GOMBAL MULU DASAR GEMBEL!"

"Salah mulu pangeran tuh. Herman."

"Kamunya nyebelin." Sungutku kesal.

"Iya-iya, aku kan Woonergizer. Energi selalu penuh asal ada kamu didekatku."

"Sa ae stabilo dikasih nyawa."

"Kalau ngantuk tidur aja."


Tanpa diminta pun, mataku mulai terpejam. Samar-samar suaranya masih terdengar.

"Met bobo tuan putri kuu."

¤▪•°°•▪¤

Fyi, Kalian boleh mikirin visual yg sesuai buat peran cewenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fyi, Kalian boleh mikirin visual yg sesuai buat peran cewenya.

[1] Reasons┋Park Woojin  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang