Hancur

89 17 0
                                    

Perkenalkan, aku bina. Aku adalah salah satu dari berjuta-juta remaja yang ada di Indonesia. Izinkan aku untuk bercerita apa yang selama ini aku rasakan. Aku tinggal bersama keluarga yang cukup dibilang sederhana. Umurku 15 tahun. Aku ini tak kaya, tak terlalu pandai, tidak juga dikatakan sebagai wanita yang baik

Pernah suatu saat kedua orang tua ku bertengkar. Aku bingung harus berbuat apa pada situasi itu. Aku berlari ke kamar untuk menangis. Pada saat ku keluar dari kamar ku, hanya ada ayah saja yang disana. Aku tidak tau ibu pergi entah kemana. Ayah tiba-tiba memanggil ku yang sedang duduk diruang tamu.

"Kenapa yah?" Tanyaku.
"Sini duduk nak sama ayah. Ada yang ingin ayah sampaikan".

Aku duduk disamping ayah. Ayah menatapku dengan begitu serius.

"Jika nanti suatu saat ayah akan bercerai dengan ibumu, kamu mau ikut siapa? Ayah atau ibu?".

Seketika aku terdiam. Suaraku pun tertelan begitu saja. Perlahan air mata ku jatuh membasahi pipiku.

"Kamu tak perlu menangis nak. Belajarlah yang rajin. Kamu juga sudah besar. Tak perlu diingatkan lagi untuk sholat. Sholat itu wajib nak. Jika ayah sudah tiada nanti, siapa yang mendoakan ayah jika bukan kamu?" suara ayah terdengar sesegukan. Langsung ku peluk ayah dengan kencang.

"Ayah, maafkan aku yah. Maafkan semua perbuatanku. Aku ga mau ayah dan ibu bercerai" Ayah mengusap air mataku yang membanjiri seluruh pipiku.

Jujur, saat itu aku benar-benar depresi. Aku berfikir, seolah aku hidup di dunia ini tak ada gunanya. Aku juga tak pernah membanggakan kedua orang tua ku. Aku hanya membebankan mereka saja.

Hingga terjadi pada saat itu, ayah dan ibu ku bercerai. Aku memutuskan untuk ikut dengan ayah ku. Tetapi mereka semua sama. Sama-sama egois. Tak ada bedanya. Jika aku anak yang tidak mereka inginkan, untuk apa aku dilahirkan?

DEPRESSED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang