ㅡe for eggㅡ

766 117 17
                                    

Eunsang mengerang pelan kala mendengar alarm ponsel milik Minhee yang berdering menyebalkan. Mencoba untuk meraih ponsel itupun rasanya percuma jika ia masih berada dalam kurungan dekapan Minhee. Eunsang menghela napasnya, memilih untuk membiarkan alarm itu berbunyi, toh satu menit lagi juga akan mati sendiri. Ia lebih tertarik untuk melihat kondisi suaminya yang tengah tertidur pulas, yang sama sekali tak terusik akan suara menyebalkan yang keluar dari ponselnya.

Sudah ada tiga hari berturut Minhee lembur. Eunsang sendiri tak tau pasti pada pukul berapa laki-laki itu baru menyentuh kasur mereka karena perintah Minhee yang menyuruhnya tidur duluan. Yang pasti dari info yang ia korek dipagi sebelumnya, Minhee berkata ia baru bisa pulang kantor diatas jam satu pagi.

Sungguh kasian:(

Eunsang mengusap lembut bawah mata Minhee yang terlihat menghitam, untuk setelahnya ia cium perlahan. Ia mengangkat tangan yang melingkar dipinggangnya pelan, mencoba keluar dari pelukan Minhee agar ia bisa terbangun dari kasur namun tak membangunkan Minhee. Setelah berhasil berdiri dilantai, barulah Eunsang membenahi selimut Minhee dan beranjak keluar kamar.

Rencananya disabtu pagi nan cerah ini adalah memasak untuk Minhee, namun mengingat kemampuan memasaknya yang setara anak TK, Eunsang memilih untuk memasak sarapan yang sederhana saja.

Ia membuka kulkas, mengeluarkan empat butir telur dan tiga buah sosis dari sana. Setelah meletakkan dua bahan sarapannya itu dengan aman diatas counter dapur, Eunsang langsung saja meletakkan sebuah teflon berukuran berukuran sedang diatas kompor dan mengambil talenan, pisau, garpu, dan mangkuk.

Dengan gerakan tertata, Eunsang mulai memotong sosis dengan ukuran yang tak rata. Setelahnya ia mencoba untuk memecahkan telur, dan hasilnya lumayan. Hanya ada enam serpihan kecil cangkang telur yang masuk dalam mangkuk, dan Eunsang memilih untuk membiarkannya saja disana.

Biar jadi vitamin.

Setelah memasukkan potongan sosis tadi juga kedalam mangkuk, Eunsang mengocoknya asal dengan garpu. Setelah puas dengan hasil kocokannya, ia menghidupkan kompor dan menuangkan sedikit minyak diwajan. Baru saja ia akan menuangkan telurnya, entah bagaimana mangkuk telur tadi sudah tak ada dalam genggamannya. Eunsang membalikkan badannya, menatap Minhee yang mengucek matanya dengan tangan kiri dikarenakan tangan kanannya yang memegang mangkuk telur tadi.

"Siniin mangkoknyaa, nanti kepanasan teflonnya." seru Eunsang sebal. Tangannya sudah ia ulurkan untuk meminta mangkuknya, namun alih-alih mengembalikan mangkuk itu, Minhee malah berjalan menuju pojok counter, dimana mereka menyimpan berbagai bumbu dapur seperti garam, gula, merica, dan lain-lain. Lelaki itu memasukkan sedikit garam dan lada sebelum menyerahkan mangkuk tadi pada Eunsang yang sudah nyengir-nyengir menahan malu.

"Kebiasaan, masak telor pasti ga dikasih bumbu." ucap Minhee seraya menjawil hidung mancung Eunsang.

Eunsang hanya terkekeh sebelum menuangkan telur tadi pada teflon, "Toh mau dikasi bumbu atau engga, pasti Minhee makan."

"Iya juga sih." jawab Minhee seadanya. Lelaki itu langsung melingkarkan tangannya pada pinggang Eunsang yang sudah fokus pada telurnya, mengecupi leher Eunsang yang sedikit terekspos berkali-kali.

"Tumben banget mau masak? Biasanya ngeyel-ngeyel nyuruh aku buat makan bubur didepan buat sarapan kalo hari sabtu gini."

Eunsang yang tengah membalik telurnya hanya berdehem, terlalu fokus dengan aktivitasnya sekarang.

"Sang jawaabb." tanya Minhee sembari mengggoyang-goyangkan badan Eunsang.

"Ih tunggu, ini udah mau mateng telornyaa."

"Ya makanya akunya dijawaabbb."

"Duh, sabar. Entar aja kalo mau nanya-nanya, nanti telornya gajadi nih. Mending Minhee ambilin piring deh, udah tinggal angkat inii." seru Eunsang.

Minhee mendengus sebal, tapi pada akhirnya menuruti perintah Eunsang. Mengambil piring dan memberikannya pada lelaki yang sudah menjabat sebagai suaminya itu. Eunsang tersenyum kecil melihatnya dan langsung memindahkan telur matang itu dari atas teflon ke piring.

"Nahh, ayo makaann."

Minhee hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Eunsang yang berjalan semangat menuju meja makan mereka. Ia memilih diam kala Eunsang mengambilkan nasi untuknya dan untuk dirinya sendiri. Saat semua manu mereka sudah terhidang (read: nasi dan telur) barulah Minhee mengulang pertanyaannya tadi.

Eunsang mendengarnya cuma menggaruk pipinya yang sebenarnya tak gatal, "Minhee soalnya keliatan capek banget beberapa hari ini. Jadi Eunsang mau ngasih sesuatu buat Minhee, dan kalo difilm-filmkan romantis tuh kalo suaminya dimasakin sarapan. Tapi Eunsang kan bego masak, jadi cuma bisa masak telor hehe gapapa kan?"

Minhee langsung senyum-senyum najis, tangannya ia julurkan untuk mengelus pipi Eunsang yang sudah memerah karena pengakuannya tadi.

"Bisaan banget sih, aduduh suaminya siapa sih? Kok gemes banget." goda Minhee sambil mulai mencubiti pipi gembul Eunsang.

"Gatau ihh, udah Minhee makan ajaa. Jangan godain Eunsang terus, nanti Eunsang lempar nasi nih."

Minhee tertawa, ia menempatkan setengah telur buatan Eunsang tadi kepiringnya dan mengambil satu suapan besar telur tadi untuk ia makan.

"Pasti enak nih soalnya dibuatnya pake cinta hehe." Minhee terkekeh sebelum akhirnya memasukkan suapan telur itu pada mulutnya.

Kunyah beberapa kali, dan setelahnya Minhee menatap Eunsang dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Sang..."

"Iya kenapa?"

"Tadi abis aku kasih mangkok, telornya langsung kamu masukin teflon ya..."

Eunsang mengangguk sebelum menatap bingung Minhee yang masih menatapnya dengan mata berkaca-kaca serta pipi yang menggembung, efek ia belum menelan telornya.

Eh?

Telor yang tak tertelan?

Mata berkaca-kaca?

Langsung dimasukin teflon?

"IH BEGO BANGET MINHEE MAAP, TADI EUNSANG LUPA BUAT NGOCOK TELORNYA LAGI ABIS DIBUMBUIN HUHUHUHUHU UDAH DEH KITA MAKAN BUBUR AJA HUHUHUHUHUHUHU"

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daily Orang (udah) NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang