4. kita dan kenangan (2)

3 0 0
                                    

27 November. Kali pertamaku hangout dengan pasangan. Kamu, kamu yang pertama kali. Dulu bukan aku tidak mau, hanya saja aku merasa tidak seserius itu menjalani hubungan. Aku tidak percaya, aku tidak mau membersamainya dan masuk ke dalam dunianya.

Kita berbincang disalah satu foodcourt. Tidak begitu lama,tapi itu berkesan. Sedikit kaku dan lucu. Kamu dan setelan kemeja, lengkap dengan sweater dan waistbag yang kau pakai.

Pukul 1, aku tiba-tiba ingin memotong rambut. Kamu antar.
Setelahnya, kataku jika aku potong lagi aku mau diantar kamu. Begitu lugu ucapanku.

Ironis, hari ini aku memotong rambutku. Aku berdiri didepan cermin menahan hujan dibalik mata. Kupotong acak saja bagian poniku. Ah cukup jelek, aku kecewa. Seperti bagaimana kisah kita yang kau patahkan sepihak padahal kau tau saat ini aku sedang butuh-butuhnya dukungan.

Aku kecewa, benar-benar kecewa. Kupotong saja agar aku tidak mengingat ketika ku ikat atau ku urai rambutku.
Kupotong saja agar aku bisa lupakan kenangan kita.

Tapi ternyata, meski terpotong. Itu hanya membuat mengenang semakin panjang. Aku mulai merasa gundah. Aku tidak ingin berlama-lama memandangi cermin.

Ini nyata, aku bercerita disini. Kupikir kamu tidak akan mau tahu. Dan aku senang kamu tidak mengetahuinya, aku ingin mewujudkan keinginanmu. Kamu yang ingin bebas. Pada saat itu.
Saat-saat kamu meninggalkanku.

Sesak. Ah sudahlah.

Malam untuk kisah yang usaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang