Prolog ✍

72 6 0
                                    

Gadis yang tengah duduk selonjor di kasur empuk memulai untuk membuka MacBook dan memencet note pribadi yang ada di dalam layar.

Mula-mula ia menulis judul 'Hari Minggu Yang Membosankan' sebelum ke pembukaan, isi dan penutup. Jari-jarinya mulai menari-nari di atas keyboard.

Hai, hari ini kali pertamaku menulis diary pribadi tentangku. Perkenalkan namaku Alisha Jeanne Rosalie, panggil aja Alisha, kadang juga Lisha, Jean juga boleh. Tapi kebanyakan teman memanggilku dengan nama Lisha dan, sebenarnya... hanya satu orang yang memanggilku Jean. Dia adalah seseorang yang seharusnya aku lupakan. Aku tak tahu pasti apa arti namaku.

Alisha menghela napas berat. Ia menatap bola matanya malas ke layar MacBook yang di pangkuannya dan berpikir sesaat. Kemudian ia kembali menggerakkan jari-jarinya di keyboard MacBook.

Umurku 16 tahun, tepatnya lahir tanggal 14 Februari 2005. Itulah hal yang paling kubenci dalam hidupku, tanggal kelahiranku. Sudah sampai di sini saja curhat tentang kehidupanku. Aku tak suka menulis terlalu panjang sampai bertele-tele, apalagi kalau berbicara. Aku akan menulis tentang curhatanku lain waktu kalau hatiku terasa hancur atau merasa bosan.

Alisha menghentikan jarin-jarinya dan menutup MacBook pelahan, lalu melempar perlahan MacBook ke sembarang arah di atas kasur.

Gadis berambut coklat itu beranjak turun dari kasur empuknya karena merasakan kering yang luar biasa di tenggorokan. Ia tidak mau teriak-teriak minta tolong pada pembantunya di rumah yang setiap saat bisa meminta bantuannya hanya untuk mengambilkan air putih.

Saat menuruni anak tangga, pandangan Alisha tertuju pada secarik kertas berwarna merah menempel pada pintu kulkas.

Ia mengetahui jika Ayudia, Mamanya menulis pesan yang ditulis di kertas berwarna merah berarti pesan itu sangat penting untuk di baca, jika warna biru artinya Ayudia pergi keluar sebentar dan jika warna kuning berarti pesan yang harus dilaksanakan jika Ayudia tidak ada di rumah. Tetapi pesan-pesan itu tidak pernah berarti lagi bagi Alisha, ia tak suka di atur-atur. Apalagi ia menerima kertas berwarna kuning. Ia paling malas disuruh-suruh.

Meskipun gadis beriris coklat itu tak suka di atu-atur tetapi ia akan tetap membaca pesan dari Ayudia. Kemudian Alisha menghampiri kulkas untuk membaca pesan singkat apa yang tertulis di kertas sticky note berwarna merah itu. Ia membulatkan matanya agar bisa lebih jelas tulisan Ayudia yang setengah latin.

Lisha, Mama sama Papa pergi keluar kota 2 minggu. Kamu di rumah baik-baik ya sama kakak. Harus nurut sama kakak, JANGAN BANDEL!!!

From:Mama

Terbesit di hati Alisha setelah membaca tulisan yang sangat jelas dari semua tulisan sebelumnya "JANGAN BANDEL!!!" gadis itu merasa ngeri setelah membaca tulisan itu. Entah mengapa ia tiba-tiba merasakan hal yang aneh itu.

Tak lama kemudian, Isti, pembantu di rumah Alisha datang menghampiri Alisha yang sedang berdiri di sebelah pintu kulkas sambil memegang kertas kecil berwarna merah. Seketika gadis itu menoleh Sembilan puluh derajat. Dan memalingkan majah lagi.

"Dek Lisha? Mau apa?" Tanya Bi Isti seraya berlari kecil tetapi cepat. Alisha tidak menggubris ucapan Bi Isti.

"Mau ambil air putih Bi," jawab Alisha datar dan dingin. Ia tak peduli bagaimana ia berbicara dengan seseorang.

"Jangan ambil sendiri, kan Bi Isti tadi nggak jauh dari kamar Dek Lisha. Udah jadi tugas Bi Isti jagain Dek Lisha selama Bu Ayu dan Pak Deva pergi," ujar Bi Isti.

Lalu Alisha melangkahkan kakinya mendekat di tempat sampah injak berwarna hitam di sebelah galon air. Kemudian ia meremas kerta kecil itu dan membuangnya karena tak merasa penting.

Gadis beriris coklat itu berjalan menuju tempat makan yang ditengahnya terdapat teko kaca dan gelas. Ia pun mengambil tek dan menuangkan air ke dalam gelas.

Bi Isti hanya Tarik napas-buang napas sambil mengelus dadanya, mengucapkan istigfar dan menggeleng-geleng kepalanya perlahan karena ucapannya yang dihiraukan oleh anak majikannya. Untung anak majikan, kalau tidak mungkin ia akan terus mengomel tidak jelas. Omelannya itu hanya berlaku pada anaknya saja.

Lalu Alisha mendengar suara knop pintu terbuka dan tertutup. Sedangkan Bi Isti sudah pergi untuk menyirami tanaman di taman depan rumah.

"Lagi apa?" Suara berat itu menerobos mantab di lobang telinga Alisha. Lalu ia melirik sebentar dan melihat seorang laki-laki bertubuh tinggi, putih, wajahnya yang hampir mirip dengan Alisha tetapi ia tampan, jangan salah paham dia bukan Transgender, yang ada nanti malah Alisha usir dari rumah, kalau nggak nurut ya di seret dengan tangan baja tulang besi. Yang menjadi perbedaan yaitu pada iris yang berwarna Biru keabu-abuan.

Ia adalah Steve, kakak laki-laki Alisha.

"Mana Bi Isti?" Tanya Steve lagi yang tak kunjung digubris pertanyaannya dari tadi. Ia sudah menebak akan seperti ini dari awal.

Gadis itu tanpa disadari sudah tidak terlihat batang hidungnya di dapur saat Steve menaruh tas ransel dan tiduran di atas sofa.

Terdengar suara pintu kamar yang menggema dari lantai dua tertutup perlahan. Steve menghela napas berat dengan perilaku adiknya ini.

"Dasar bocah tengil." Sungguh ia gemas, bisa-bisa ia sentil tuh ginjalnya saking kesalnya menghadapi sifat adiknya itu.

Ya, benar, dia adalah Alisha  yang  sekarang.

TBC

Halu guyss, gimana ceritanya? komen dan vote yang sebanyak-banyaknya ya.. biar semangat lagi nulis cerita. Komentar positif negatif nggak masalah kok, hehehe. Oh ya, ini kali pertamaku nulis cerita di Wattpad loh, jadi aku bisa mengembangkan bakatku di sini. Sebelumnya aku sudah tulis cerita di Joylada. Bagi yang belum tahu itu aplikasi apa, cari aja di playstore. Aku punya 4 cerita yang sudah diterbitkan dan insyaallah diterbitkan juga di sini. Tunggu aja ya. Terimakasih.

Crying SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang