Kamu Bukan Anakku👦-10

16 2 2
                                    

Hanya kamu yang ada di pikiranku saat dirimu tak ada di sampingku

-Ditho Adelardo Abraham-

***

Ditho yang sedari tadi tiduran di sofa dengan ditemani siaran televise kesukaannya sadar dengan jam yang menggantung di dinding. Waktu mulai menunjukkan pukul 19.00. Ia mulai sadar jika dirinya akan menjenguk Alisha di rumahnya.

Cowok beriris coklat gelap itu bergegas mengambil jaket biru navynya di atas meja ruang tamu dan keluar dari rumah. Kemudian menghidupkan motor sport dari bagasi. Sebelum itu, ia membuka pagar besi yang ada di depan rumah dan berangkat.

Sebelum sampai di rumah Alisha, ia melihat sebuah tenda sederhana dan terpampang jelas di kain berwarna hijau bertuliskan 'NASI GORENG'. Cowok itu mulai bernostalgia dengan kenangan-kenangan manisnya yang kini hilang bak ditelan bumi.

Tanpa berpikir panjang, Ditho memarkirkan motor sportnya di sebelah tenda. Lalu ia menundukkan kepalanya untuk masuk.

"Pak pesen nasi goring yang seafood satu, jangan dicampur saos ya!" kata Ditho pada bapak penjual nasi goreng.

"Iya," balasnya.

Kemudian ia menoleh ke arah Ditho dengan mengangkat kedua alisnya terkejut.

"Loh, mas Ditho? Lama nggak ketemu, Ibunya udah sembuh? Mana neng Lisha kok nggak diajak?" Pertanyaan yang ducapkan oleh pak Arif membuat bingung mana yang akan di jawab duluan.

"Em, iya Pak Arif, Lisha ada di rumahnya, ini mau belikan nasi goreng buat dia, kalo Ibu..." Ditho menggantungkan ucapannya. Seketika ia menundukkan kepala dan mengubah raut wajahnya.

"Ibu kenapa mas?" sela Pak Arif makin penasaran. Pak Arif yang sedang menggoreng nasi di depannya mematung sebentar.

"Ibu ada kok di rumah," jawab Ditho sedikit ragu.

"Oh saya kira kenapa, kok Mas Ditho kayak takut gitu jawabnya?" Tanya Pak Arif lagi.

"Enggak kok, bukan apa-apa, saya jadi kepikiran ibu saya kalo saya juga mau pesen satu bungkus lagi nasi goreng telur buat ibu saya," ujar Ditho dengan menunjukkan gigi rapihnya.

"Tambah satu lagi ya. Oke saya buatkan."

"Oke," balas Ditho. Kemudian ia mengambil tempat duduk yang kosong.

Setelah 5 menit menunggu, nasi goreng akhirnya jadi.

"Berapa pak?" tanya Ditho sambil menyerogoh saku celananya untuk mengambil dompet.

"Dua puluh satu ribu mas Ditho," jawab Pak Arif. Lalu menyodorkan keresek hitam yang berisi nasi goreng yang dibungkus dengan kertas minyak. Ditho mengambil lembaran kertas berwarna hijau dan satu koin perak bertuliskan 1000 di dalam dompetnya.

"Makasih ya, kapan-kapan neng Lisha di ajak makan ke sini bareng, dia udah lama nggak pernah ke sini sejak Mas Ditho juga nggak pernah ke sini, yang ke sini malah Pak Devano yang beliin nasi goreng buat neng Lisha, katanya dia lagi sakit hati ya? Bener mas? Ngomong-ngomong dia sakit hati kenapa?" celoteh Pak Arif membuat Ditho lagi-lagi dibuat bingung.

"Masa sih dia lagi sakit hati?" tanya Ditho seperti menyembunyikan sesuatu.

"Iya beneran, kata Pak Devano gitu."

"Enggak tuh, dia baik-baik aja."

"Oh gitu ya? Kirain beneran, mendingan saya nggak mikirin itu lagi ah, nambah pikiran saya aja."

"Ya jangan dipikirin atuh."

"Iya beneran."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crying SnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang