01

1.7K 68 4
                                    

Hallo, ini Bright. Untuk pertama kalinya aku menyapa kalian setelah hari buruk yang aku alami kemarin. Salah satu sahabatku pergi, pria mungil itu meninggalkanku dan Pramote di sini. Shin, apa kau baik-baik saja di sana?

Aku terpukul dan merasa bersalah pada Shin. Seandainya aku tidak meninggalkan Shin mungkin saat ini dia masih bersama kami. Biarpun Pramote mengatakan bahwa ini bukan salahku, tetap saja aku merasa bersalah. Aku memang bukan sahabat yang baik.

Sejak kepergian Shin, aku menjadi semakin dekat dengan Pramote. Ah bukan seperti itu, sebelumnya kami memang sudah dekat namun tidak sedekat ini. Aku tidak ingin kehilangan teman lain. Aku akan menjaga Pramote.

Jika kalian bertanya apakah aku memiliki hubungan khusus dengan Pramote, jawabanku "iya" Aku tidak bisa menafsirkan tapi aku yakin ada sesuatu diantara kami. Kami tidak pernah mengatakan apa-apa, semuanya berjalan begitu saja. Aku pikir, Pramote menyukaiku.

Pramote masih kutu buku. Di hari libur ia masih sering mengajakku ke perpustakaan kota. Membosankan! Jika bukan karenanya mana mau aku berlama-lama di ruangan ini. Monoton, itulah Pramote.

Aku suka ketika Pramote fokus membaca, ini lucu karena kacamatanya sedikit turun sehingga garis matanya terlihat jelas. Pramote adalah pria yang licik, ia tidak membiarkanku melihat wajahnya tanpa kacamata! Padahal menurutku Pramote punya mata yang indah. Matanya seperti bulan sabit.

Siang ini aku menemani Pramote membeli beberapa buku bacaan. Aku bersemangat karena ini adalah hari liburku jadi aku bisa bersenang-senang dengan Pramote. Walaupun Pramote membosankan tetap saja aku suka. Sepertinya aku tergila-gila pada Pramote.

"Sudah sebanyak ini?" Aku mengeluh pada Pramote yang terus memasukkan buku ke dalam keranjang yang aku bawa. Ini berat tapi dia tidak peduli.

"Jangan berisik" Pramote memukul pelan kepalaku.

"Apa masih lama?" Aku benar-benar sudah lelah dan lapar. Ini sudah jam makan siang tapi Pramote belum selesai juga

"Sudah" Huft akhirnya aku bebas juga. Ada sekitar delapan buku yang Pramote beli dan semuanya bercetak tebal. Jika aku yang membaca ini ah sudah pasti kepalaku meletus.

***

"Apa yang ingin kau makan?" Aku bertanya pada orang di depanku. Wajahnya muram dan itu terlihat sangat menjijikkan.

"Apapun itu asal bukan sup kaki babi" aku terkekeh, jika Kebanyakan orang Thailand suka sup babi, Bright tidak termasuk orang itu. Katanya itu kotor dan ia tidak sampai hati memakannya.

Ah aku lupa menyapa kalian. Hallo, ini Pramote. Apa kalian baik-baik saja? Jangan khawatir na, aku baik-baik saja di sini. Jika kalian merindukan Shin, kalian bisa melihatku. Bukankah aku dan Shin terlihat sama? Ah iya, aku berkacamata sedangkan Shin tidak.

Aku rindu Shin tapi aku tidak ingin membahasnya sekarang. Aku tidak ingin menangis bukan karena aku tidak sayang Shin tapi ini semua karena Bright. Bright akan memelukku jika tahu aku menangis dan dia tidak akan melepas itu sampai aku kehabisan nafas. Aku benci Bright.

Aku masih pribadi yang sama. Aku masih suka membaca dan pastinya aku masih berkacamata. Aku tidak peduli pada mereka yang menyebutku pria bermata empat. Aku memang seperti itu.

Dan untuk orang di depanku, aku agak sedikit muak padanya. Aku merasa seperti Bright menyukaiku walaupun ia tidak mengatakan itu. Jangan bilang aku sok pede ya, kalian tidak tahu bagaimana Bright padaku. Kalian lihat saja ini.

"Ai Pram! Jangan tuang semuanya!" Bright memarahiku lagi. Hal seperti ini sering terjadi ketika aku menuangkan bubuk cabai ke dalam sup. Ini tidak seberapa tapi Bright bicara seolah aku menuang satu ton cabai di sini.

The Effect [BrightPramote] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang