04

446 45 4
                                        

Aku hampir lupa caranya bernafas. Bright mengatakan apa yang ingin aku dengar selama ini. Bright menyukaiku, Bright menyukai Pramote. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa, aku benar-benar malu pada diriku sendiri. Namun pada kenyataannya, aku juga menyukai Bright.

Bright terus menggenggam tanganku. Aku tidak bisa lari lagi, Bright memblokade semua jalanku. Aku tidak bisa menghentikan perasaan ini. Bright membuatku lupa siapa diriku.

Bright mengantarku pulang, dan kita masih diam sejak keluar dari bioskop tadi. Ini lucu, Bright menatapku lalu tersenyum sendiri, aku juga begitu. Kita seperti remaja labil yang tengah jatuh cinta. Kita menjadi salah tingkah dan serba salah.

Sebenarnya aku juga ingin mengatakan pada Bright bahwa aku menyukainya. Aku ingin Bright tahu jika perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi aku tidak punya keberanian untuk itu. Tapi aku juga menyukai Bright arghhhh tolong aku!!!!

"Sudah sampai" Bright bicara padaku ketika mobilnya berhenti. Aku belum hendak turun, aku masih menunggu Bright bicara lagi.

"Mau mampir?" Tawarku. Aku berharap Bright tidak pulang secepat itu.

"Aku mmm" Bright menggaruk kepalanya. Ia tersenyum sebentar dan itu manis sekali.

"Ah aku tidak memaksamu" aku melepas sabuk pengaman dan membuka pintu

"Ai Pram" Aku menarik tanganku lagi dan menoleh ke Bright

"Khab?"

"Bright?" Aku menepuk pundaknya karena Bright tidak bicara lagi setelah memanggilku.

"Aku menyukaimu" Bright meringis dan itu lucu

"Aku tahu" aku mengalihkan pandanganku ke luar

"Lalu bagaimana?" Aku gugup karena Bright memandangku lagi. Sialan tolong jauhkan mata itu dariku!

"Kau ingin jawaban seperti apa?" Tanyaku

"Apapun itu asal sesuai dengan hatimu" Ujarnya

"Aku mmm aku minta maaf" aku tidak berani menatap Bright. Ia pasti kecewa padaku

"Maibpenrai khab" suara Bright melemah, sepertinya ia kecewa.

"Aku minta maaf karena aku juga menyukaimu. Aku minta maaf karena tidak punya keberanian untuk mengatakannya padamu" aku menunduk malu. Sialan Pramote apa yang kau katakan barusan na?!

Bright menoleh dengan cepat. Ia tampak tidak yakin dengan ucapanku.

"Ai Pram, apa kau bercanda?" Mata Bright melebar dan senyumnya mengembang.

"Aku tidak bercanda dan jangan panggil aku Pram" aku meliriknya sekilas. Jujur aku sangat gugup dan ingin keluar dari mobil Bright.

"Ah iya Pramote" Bright tersenyum lagi.

Hening

Hening

Hening

Tidak ada percakapan lagi. Kami hanya saling melirik lalu tersipu. Tidak lama dari itu, Bright meraba tanganku. Aku sedikit terkejut namun tidak sampai terlonjak. Bright meremas pelan jariku. Ia tidak melirikku sama sekali, akupun begitu.

"Pramote" Aku menoleh ke arahnya dan entah sejak kapan ia sudah sedekat ini.

"Khab" aku gugup dan suaraku bergetar. Bright terus mendekat dan dia melepas kacamataku.

"Ai Bright" aku mengeluh karena tidak bisa melihat dengan jelas. Bright melepas kacamataku dan menaruhnya entah dimana.

"Narak" Bright bicara sambil mencubit pipiku. Sialan aku ingin mati saja sekarang. Bright bermain dengan pipiku kemudian mengusap-usap wajahku.

The Effect [BrightPramote] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang