07 End

595 38 2
                                    

Pramote menggeliat membelakangi Bright. Sangat tidak ingin melihat lawan bicaranya. Bright tidak menyerah, meski tertampar berkali-kali ia tetap menggoda calon kekasihnya.

"Bright!" Pram mengibas tangan Bright yang hampir menggerayangi tubuhnya.

"Sat!" Kali ini Pram mengubah posisinya menghadap Bright.

Bright tersenyum puas, "jangan tidur"

"Ini kamarku! Siapa yang mengizinkanmu tidur di sini bajingan!"

"Aku mmmmm aku gak bisa tidur sendiri"

"Jangan bicara seperti itu denganku!"

"Ah khab. Aku tidak bisa tidur sendiri"

"Lihat wajahku. Apa terlihat peduli?"

"Ai Pram!"

Pramote beranjak berniat pergi dari kamarnya sendiri. Satu tangannya ditarik paksa oleh Bright. Tidak mengizinkannya pergi ke manapun.

Pramote mengatur nafasnya, "Aku akan tidur di kamar tamu"

"Ai Pram, aku semenjijikan itu ya?" Pertanyaan Bright membuat Pramote serba salah. Bukan jijik atau benci, alasan Pramote tidak ingin tidur dengan Bright adalah, ia takut mengalami hal yang Shin alami. Meskipun ia tahu Bright tidak akan melakukan itu.

Pramote memutar bola matanya, "Bukan seperti itu tapi .."

"Biar aku yang pindah" Bright menyingkap selimutnya. Wajahnya terlihat kecewa.

Melihat lawan bicaranya melunak, Pramote tidak punya alasan untuk tidak kasihan. Dengan berat hati ia mengizinkan Bright tidur di ranjang nya.

"Terimakasih. Aku akan menjagamu. Tidurlah, besok kita harus bekerja" Bright memindahkan selimut yang semula ia pakai untuk melindungi tubuh Pramote.

"Aku tidak apa-apa" ujar Pram pasrah.

Hening

Keduanya berkecamuk sendirian. Bright tidak nyaman, ia ingin menyusupkan tangannya lagi tapi takut Pramote menendangnya ke luar rumah. Sementara Pramote pura-pura terpejam guna menghindari pertanyaan tidak penting dari Bright.

"Pram?" Ranjangnya berderit pelan karena pergerakan Bright. Pria itu mengintip sekilas, melihat pria lainnya sudah tertidur, ia hanya bisa menghela nafas.

"Sudah tidur ya?" Liriknya. Yang ditanya hanya berdehem, Pram menyuruh Bright untuk diam.

"Sebenarnya ada banyak ketakutan ketika aku memutuskan untuk jatuh cinta padamu siahhh kenapa jadi terlalu formal" Bright menggerutu. Menyesali tiap kata yang ia ucapkan barusan.

Pram, "hmm?"

Bright meneruskan perkataannya. Malam ini semuanya harus terselesaikan. Perihal apapun itu tidak akan ia tutupi lagi.

Pramote membuka matanya perlahan. Melirik Bright sebentar sebelum mengambil nafas dalam-dalam. Ia tidak bisa lari lagi. Perasaan ini memang harus dituntaskan.

"Aku juga" ujarnya pelan. Suaranya tertahan. Seperti ada duri yang mengganjal di tenggorokannya.

Bright menaikkan alisnya, "juga apa?"

"Aku juga punya ketakutan yang mungkin sama dengan mu"

"Pram, kau percaya aku?"

"Hmmm. Sedikit"

"Bahkan sampai detik ini aku tidak berani menyakitimu"

"Ai Bright, jangan menggunakan majas hiperbola!"

"Hehehe"

"Bicara seperti biasa"

"Oke. Siapa dulu?"

The Effect [BrightPramote] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang