ENAM

24 4 0
                                    

Setelah bel pulang berdering, aku segera keluar meninggalkan kelas disusul siswa-siswi lainnya yang memenuhi koridor.

Tubuh mungilku sedikit kesulitan menerobos lorong-lorong yang penuh dengan lautan manusia. Aku harus segera ke lapangan belakang sekolah.

Tas berwarna biru tua dengan asal ku taruh di dekat pohon besar. Lalu aku memanggil pak Albert yang melihat asal pemandangan hutan dari sini.

Hanya sedikit sinar matahari yang bisa menembus lebatnya hutan Cartecity di belakang sekolahku. Membuat suasana menjadi teduh dan sedikit gelap, memudahkan louficent untuk berubah wujud.
Aku mulai mengikat rambut panjangku dengan asal. Aku tidak peduli dengan larangan ibuku, tugasku kini hanya berlatih agar bisa memenangkan peperangan.

Tak lupa, aku sudah mengganti rok pendek seragamku dengan celana olahraga.

"Kita mulai dari mana pak?" tanyaku kepada pak Albert.

"Hari ini kita akan berlatih agar kau bisa merubah wujudmu menjadi louficent sewaktu-waktu kau butuhkan," jelas pak Albert.

Aku membulatkan mulut membentuk huruf o sebagai tanda paham.
Pak Albert dengan sabar mengajariku. Awalnya aku sangat takut, melihat penampakan dari louficent dari jarak sedekat ini. Tinggi pak Albert berubah dua kali lipat saat ia menjadi louficent. Suaranya pun mirip seperti kelelawar, mata kuning bersinar itu sangat mencolok. Tak lupa sayap kelelawar itu mengepak di punggung pak Albert.

Pak Albert menyuruhku memperhatikan bentuk dari louficent dengan seksama. Aku juga harus mengingatnya, saat aku ingin merubah wujud. Agar aku bisa merubah wujud menjadi louficent, aku harus memejamkan mata sembari membayangkan bentuk dari makhluk mengerikan itu. Sangat menakutkan, saat kau membenci sesuatu dan ternyata kau adalah bagian dari mereka.

Dalam percobaan pertama, aku gagal. Pak Albert dengan semangat menyuruhku mencoba lagi dan lagi.

Dan entah percobaan ke berapa, aku merasakan tubuhku bertumbuh sangat cepat dan tumbuh sepasang sayap dari tulang punggungku. Penglihatanku tiba-tiba buram. Telingaku hanya bisa mendengar suara, suara detak jantung. Suara itu menggema di setiap sudut pikiranku, menghantui, seolah memintaku menerkam mereka.

"Bagus. Kau berhasil Nathalia," ujar pak Albert memujiku.

Aku tersenyum lega, akhirnya pelajaran hari ini berhasil aku kuasai. Walaupun aku tidak bisa melihat senyum bangga pak Albert dalam wujud seperti ini, aku masih bisa membayangkan senyum itu.

Aku ingin bertanya apa yang harus aku lakukan untuk kembali menjadi manusia, aku hanya mengucapkan kata-kata itu dalam pikiranku.

"Tenang, Nath. Sebentar lagi kau akan kembali menjadi manusia," tutur pak Albert seolah ia bisa membaca pikiranku.

"Kau jangan bingung. Louficent bisa membaca pikiran louficent lain. Bedanya, jika kau campuran, kau hanya bisa membaca pikiran saat menjadi louficent. Hanya bangsa murni yang bisa membaca pikiran baik menjadi louficent atau pun manusia," jelas pak Albert membuat pengetahuanku tentang louficent bertambah.

"Sebenarnya, kau cukup mempunyai keinginan berubah menjadi manusia dalam hatimu itu sudah cukup untuk membuat wujudmu berubah," pak Albert mulai mencontohkan.

Pak Albert sudah merubah wujudnya menjadi manusia, sekarang adalah giliran ku.

Aku mulai menanamkan keinginan itu di dalam hati, perlahan-lahan aku mulai merasakan tubuhku berubah menjadi ringan dan mengecil. Rambut-rambut hitam yang timbul saat aku menjadi louficent pun hilang.

Tanganku bergerak menyentuh wajahku, wajahku kembali seperti semula. Aku tersenyum senang mendapati pak Albert yang berdiri di hadapanku.

Tiba-tiba telingaku mendengar suara Gamma yang menerobos pintu belakang. Suaranya ricuh, sepertinya tidak hanya Gamma di sana.
Gawat.

Gamma sudah berdiri melipat tangannya di depan dada. Wajahnya datar, ekspresi yang sangat sulit ditebak. Sepertinya ia sudah lama berdiri di situ.

Tidak, tidak mungkin. Gamma tidak boleh mengetahui bahwa aku seorang louficent campuran yang akan menjadi musuhnya. Sebaiknya aku harus bersikap seperti biasa.

"Sejak kapan kau berdiri di sana?" tanyaku dengan sedikit menambah volume suara. Jarak berdiriku dengan Gamma cukup jauh.

"Sejak kau menjadi manusia, lalu menjadi monster itu. Lalu kembali lagi menjadi manusia," jawab Gamma yang berhasil membuat mataku ingin keluar.

Apalagi saat nampak sosok Andrew Lange, kakak Gamma sekaligus kakak tingkatku di Cartecity high school.

"Ternyata kau seorang campuran,"

To be continued..

The Darkside of Cartecity [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang