Baper?

368 47 11
                                    

“Aku yang bawa, ya?” Gadis manis dengan rambut sepunggungnya menggoyang-goyangkan kunci motor yang berada ditangannya, matanya menatap penuh harap pada perempuan maskulin di hadapannya. Perempuan itu menggeleng singkat membuatnya langsung mengerucutkan bibirnya. “Ka Ez, please. Aku yang bawa ya?” perempuan yang kerap dipanggil Ez oleh gadis pemaksa ini menghela nafas, tak sanggup jika harus menolak lagi, lalu menganggukkan kepalanya dengan berat hati.
“Yesss. Kamu harus percaya, aku udah sedikit lancar. Lagian, aku gaakan ngebut, kok” Katanya seraya menghidupkan motor. “Tapi ini jalan raya, kalo kamu mau bawa di komplek sih gapapa.”  Protes Ezra yang tetap menyusul gadis itu menaiki motornya.

Gadis itu tersenyum puas setelah berhasil membuat pacarnya mengikuti keinginannya, dengan hati-hati gadis ini melajukan motornya. Ezra tersenyum, gadis didepannya ini memang sudah bisa mengendarai motor walau masih terlihat sangat tegang.
“Santai, sayang.” Ezra terkekeh seraya menyenderkan dagunya ke pundak gadisnya.
“Gimana aku mau santai kalo wajah kamu deket banget gini sama aku? Jangan-jangan, kamu selalu gini ya sama semua cewe? Ngaku!” gadis itu mengerucutkan bibirnya.
“Eh eh, enak aja.. aku bilang aku cuma suka kamu, cuma mau kamu, cuma sayang kamu.” Ezra melingkarkan lengannya dipinggang gadis manis itu. ia tersenyum geli. “Awas ya kamu harus janji juga buat ga terlalu deket sama cewek manapun. Aku mau kamu, sampe maut misahin kita” Ucap gadis ini sedikit terkekeh karna kata-katanya. “Aku janji. Aku juga mau kamu, dan maut juga gaakan bisa pisahin kita.”
BRAK
Semua ini terjadi begitu cepat, Ezra merasakan tubuhnya terlempar dan terhempas begitu saja, matanya masih sempat melihat motornya hancur di depan truk besar dan juga.. Gadisnya yang kini berlumuran darah, menutupi seluruh tubuhnya hingga hampir tak dapat dikenali. Ezra merasakan tubuhnya seperti remuk dengan pening yang luar biasa menyerang kepalanya. Sedetik kemudian semuanya gelap, menyentak Ezra dengan ketakutannya akan kehilangan gadisnya.

Ezra terbangun dari tidurnya dengan nafas tersenggal, mimpinya yang selalu datang ini seakan tak mengizinkannya untuk bisa tidur dengan nyenyak. Kejadian dua tahun silam selalu terekam jelas dalam mimpinya. Kejadian yang merenggut nyawa gadis manis pemaksa kesayangannya. Ia mengatur nafasnya, matanya melirik jam yang berada diatas nakas. 04.23 A.M.

Diliriknya Aurora yang masih dengan damai memejamkan matanya. Lalu mengingat sekelebat janji bodoh yang ia ucapkan dua tahun silam.

Aurora, mengapa bisa sangat mirip dengan gadis pemaksanya..

Ezra mengusap wajahnya dengan gusar lalu melangkahkan kakinya keluar kamar. Dengan gerakan gontai, ia mengambil air minum lalu diminumnya dalam sekali tegukkan.

oOo

"Kak Ezraaaa, ih.." Aurora menghentakkan kaki nya saat berhasil menurunkan barang bawaannya dari mobil.

Hari ini adalah hari berlangsungnya kegiatan camping untuk penutupan ospek.

Ezra yang sudah berjalan terlebih dahulu menghentikan langkahnya, berbalik menatap malas gadis dengan koper pink nya.

"Ra, kita camping ga nyampe 1 bulan. Lo bawa barang kaya udah mau pindahan tau." Ezra berjalan menghampiri Aurora, mengambil alih koper yang berada di samping gadis itu.

"Udah, pisahin yang perlu. Masukin tas," perintah Ezra. Rora menurut, meski dengan bibir mengerucut.

"Lagian ngapain sih kakak-kakak BEM harus bikin jadwal sepagi ini. Aku masih ngantuk, tau," keluh Aurora yang masih sibuk merapihkan barang bawaannya. Matanya melirik sekilas kearah jam tangan yang menunjukan pukul 06.25 am.

"Berisik, ngeluh mulu," ucap Ezra yang mengambil alih ransel Aurora lalu menutup resletingnya.

"Udah, segini aja. Gausah bawa bantal segala," Ezra memakai ransel pink itu dibahu kanannya lalu mengunci pintu mobil dan menarik kecil ujung rambut Aurora sebelum bergegas ke lapangan titik kumpul.

EzRoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang