Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aaaaa, omg," teriakku histeris. "Van, Elvan coba lo liat," kataku sambil menunjukkan sebuah video dari hp samsungku. "Romantis kan? Baper ya? Gue pengen," Lanjutku.
"Gue paham," katanya penuh serius. "De, tolong kepala lo kenain tangan gue." Mendengar perkataan Elvan seketika membuatku dan Kevlar kebingungan. Anehnya, Kevlar malah menuruti perkataan Elvan itu.
Tukk
Suara kepala Kevlar dan tangan Elvan yang menyatu.
"Kamu gak papa?" Tanya Elvan kepada Kevlar sambil memeluk ala video yang baru saja kuperlihatkan.
"Apaan sih lo?" Tanya Kevlar jijik sambil mendorong tubuh Elvan "najis tau gak."
"Si Leta mau adegan tadi, yaudah gue praktekkin," jelas Elvan santai tanpa dosa.
"Maksud lo gue jadi ceweknya gitu? Lo aja sini."
"Ogah, lo aja!"
"Lo aja!"
"Elo!"
"Elo!"
"STOP," Teriakku
"Yaudah lo aja!" Kata Kevlar dan Elvan serempak yang langsung membuat kami canggung. Memang benar, walaupun kita sudah hampir 1 tahun ini selalu bersama. Tapi, kita tidak pernah memperlakukan atau menganggap lawan jenis. Melainkan berpikir kita sama. Dan itu usulku, karena apa? Aku hanya ingin bersahabat sesungguhnya tanpa melibatkan adanya perasaan yang melekat. Itu dapat memecahkan persahabatan. Begitulah pemikiranku.
"Woi, gue cariin ternyata disini. Ayo sekarang, udah ditungguin lho," kata seorang gadis yang tak lain adalah Dina. Teman sekelasku.
"Ah iya gue lupa. Dah dulu ya, gue cabut," kataku yang akan meninggalkan mereka, sebelum, "btw, sampai kapan kalian akan berpelukan gitu?" Tanyaku sambil meninggalkan mereka tak lupa tawa yang akhirnya memecah.
"Ponsel lo?" Tanya Dina sedari kami menuju taman sekolah
"Di kelaslah," jawabku santai.
"Astaga Aleta, tadi udah diumumin disuruh bawa ponsel yang canggih."
"Oh lupa gue. Gue balik dulu kalau gitu."
"De, pinjem ponsel lo," kataku sesampai di kelas.
"Lha ponsel lo?"
"Kagak ada paketannya, tinggal paket free chat doang," kataku mulai panik. "Cepet ih." Dan langsung meraih ponsel yang ada ditangan Kevlar.
Bersamaan baru keluar kelas tiba-tiba sebuah tangan menahanku. Dia Kenzo, ketua kelasku. Badannya besar dan sebenarnya dia adalah kakak kelasku. Namun karena SMK pindah ke SMA harus mengulang. Apa boleh buat?
"Temen gue minta nomer lo, boleh gak?" katanya
"Gak," balasku sambil mencoba melepas genggamannya.