Bab 2

61 19 3
                                    

Dan mungkin bila nanti
Kita kan bertemu lagi
Satu pintaku jangan kau coba tanyakan kembali
Rasa yang ku tinggal mati
Seperti hari kemarin
Saat semua di sini

"Aaaah kenapa harus lagu yang gue sukai ini sih? buat nyanyiin cewek lain lagi. Hah?" Gerutuku penuh dengan teriakan frustasi.

Benar, aku baru saja mendengarkan suara Kevlar yang dikirimkan untuk seorang gadis tadi. Dan jelas, 2 suara itu aku curi ketika aku pinjam ponselnya tadi saat di sekolah. Tentu saja tak lupa riwayat chatku sudah ku hapus di ponsel Kevlar. Jadi tidak bakal ketahuan.

Andai 'ku bisa
Berkata sejujurnya
Jangan kau pilih dia
Pilihlah aku
Yang mampu mencintamu
Lebih dari dia

"Ah gila, suaranya juga bagus banget. Aaaa gue aja gak bisa nyanyi, yaudahlah," keluhku pasrah sambil berguling-guling di atas kasur pribadiku itu.

 Aaaa gue aja gak bisa nyanyi, yaudahlah," keluhku pasrah sambil berguling-guling di atas kasur pribadiku itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+0687637++++++
Hallo, ada orang?
Malem

"Ah ni orang gangguin mulu," gerutu. "Ah benar, lumayan juga punya temen. So, ini bukan salah gue ya De. Lo yang ngelanggar perjanjian dulu." Sambil membuka aplikasi whatsapp

Aku
Iya, malem

+0687637++++++
Akhirnya dibales juga

Aku
Wkwkwk

Hingga tanpa sadar kami terlalu asik chatingan. Seolah hanya beberapa menit saja dia bisa membuatku akrab. Aku orang yang begitu sulit bergaul entah kenapa hari ini dengan dirinya begitu mudah. Waktu yang sudah menunjukkan pukul 22.38 akupun ketiduran meninggalkan beberapa pesan yang cukup banyak dilayar ponsel.

***

"Udah bel, jajan yuk," ajak Kevlar.

"Nanggung, lo aja dulu. Nanti gue sama Aleta nyusul," kata Elvan yang langsung di iyakan Kevlar.

"De, nitip coklat," teriakku.

"Gue juga, nitip penyet," teriak Elvan.

"Mampus, gue keceplosan," kataku panik.

"Soal apa?" Tanya Elvan kebingungan.

"Kemarin gue sama si Dede kan berantem. Gue lupa." Sambil menepuk jidat mulusku.

"Yeee, gue kira apaan. Udahlah, kalian itu terlalu sering berantem. Dewasa dikit napa? Tuh si Kevlar dateng." Yang seketika diriku langsung fokus kembali dengan tugas tadi.

"Nih coklat sama penyetnya," ujarnya sambil meletakkan coklat di mejaku dan dia langsung duduk dibangkunya kembali.

Tepatnya berada di belakangku. Aku duduk sendiri di depan, bukan karena di bully. Tapi karena jumlah cewek dan cowoknya ganjil. Apalagi dulu aku telat masuk kelas, jadi apa boleh buat itulah tempat yang masih kosong. Jadi bukan hanya aku yang duduk sendiri. Kenan juga sendiri, dia merupakan ketua osis yang begitu banyak penggemar. Salah satunya sahabatku sendiri Lissy. Kenal ketika masuk osis dulu.

"Di ganti gak uangnya?" Tanyaku basa basi.

"Gak usah," balas Kevlar.

"Yes! Thanks De," kata Elvan penuh gembira.

"Kalau e lo, gue anggep utang," katanya sambil melanjutkan tugas tadi tapi langsung diprotes Elvan karena membedakanku denganya. Dan itu dapat membuatku terkekeh sendiri. Akan hal itu, Kevlar menatapku sambil tersenyum. Kami sudah kembali seperti biasa.

"Nha, gitu dong. Kalau udah baikan kan jadi leluasa," ujar Elvan sambil mengalungkan lengannya dipundak kami. "Kalau gitu, kita harus ngerayaain hari berbaikan ini. Ok?!"

Bersamaan itu sebuah deringan bergetar di ponselku.

Rama
📞Calling...

"Siapa?" Tanya Kevlar.

"Anu, itu..-"

"Gimana Let? Udah kenalan sama si Rama? Yang kemarin itu," tanya Kenzo yang baru tiba di kelas.

"B aja," balasku malas.

"Kok gitu sih, lo mah jadi cewek jangan cuek napa?" Nasihat Kenzo, yang anehnya setelah itu terdengar gebrakan meja dari arah belakang. Kevlar, dia menggebrak meja yang mengakibatkan kami sekelas terkejut. Sebelum bertanya, ia malah pergi keluar meninggalkan kelas.

"Tuh bocah kenapa?" Tanya Kenzo bingung akan perilaku Kevlar.

"Aish, baru aja baikan," gerutuku. "Dah ah, balik sono. Gerah gue," usirku terhadap Kenzo.

"Impas deh," gumam Elvan yang tidak ku pahami.

"Maksud lo?"

"Ya sama aja gitu. Saling marah karena masalah ginian. Kalian udah gede, dewasa dikit napa? Dikit-dikit marah, dikit-dikit ngambek. Kalian lupa sama perjanjian dulu apa?"

PERJANJIAN

1. Selama 3 tahun tidak boleh pacaran
2. Harus bersikap dewasa, saling pengertian
3. Tidak boleh egois
4. Harus mengutamakan sahabat daripada teman
5. Bodo amat sama omongan orang.

Seperti itulah perjanjian yang masih ku ingat. Dan aku hanya bisa mendengus kesal, frustasi.

"Ya bukan salah guelah. Siapa suruh ngelanggar perjanjian pertama?" Gerutuku.

"Emang udah bener mereka pacaran?" Tanya Elvan butuh penjelasan.

"Mana gue tau, yang jelas si Dede kayak PDKT gitu. Ujung dari PDKT apa? Pacaran kan? Yaudah. Jadi gue free free aja sama siapapun."

***

"Let, duduk sini woi sama Dede," suruh Nuri, teman sekelasku yang tengah menunggu antrian untuk membayar SPP.

"Dede? Siapa?" Tanya beberapa teman sekelas. Bingung atau lupa? Ah terserahlah.

"Itu, si Kevlar. Aleta kalau manggil Kevlar kan Dede," jelas Nuri.

"Kok bisa sih?" Tanya salah satu disana.

Harus berapa lagi sih gue jelasin, hah? , batinku.

"Bukannya gue udah bilang ya sejak dulu? Namanya kan Muhammad Kevlar Putra Devano. Ya masa manggil Devano, kepanjanganlah. Yaudah De.. de.. Dede deh." Cengirku sambil melirik Kevlar yang berada disudut bangku itu. Tanpa ekspresi, seperti itulah kesehariannya.

"Kevlar, kagak kepanjangan."

"Tapi kesulitan gue awalnya. Udah terbiasa Dede soalnya."

"Ngapain gak putra?"

"Gue tau kalau dia putra, bukan putri. Gak usah disebut-sebut semua juga tau," candaku.

"Lo gak marah Kev? Si Leta manggi lo gitu?"

"Udah sering gue tegur, tapi kagak mau berubah. Nama gue bagus-bagus malah diganti katrok, ndeso lagi," sindirnya yang membuatku hanya dapat memainkan bibir karena greget dengan balasan pemuda itu.

Masih marah, batinku sambil mengurungkan niat untuk duduk disampingnya.

3 SERANGKAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang