Menetap

50 4 4
                                    

Selamat Pagi, Dunia.
Selamat Pagi, Spricla.
Selamat Pagi, anak-anak.
Aku tak pernah menyangka bisa benar-benar menetap.
Tempat ini sudah banyak berubah. Namun setiap sudutnya masih menyisakan kenangan indah masa putih biruku bersama teman-temanku dulu .
Ah, seperti baru kemarin aku lulus SMP. Secepat itu Sang Waktu berlalu.
Semoga kehangatan di dalamnya masih tetap sama seperti saat aku masih menjadi siswa.

Agustus 2015

Hari pertama Winayu mulai bekerja di Yayasan Andricla. Ia sengaja datang lebih awal agar gelar sebagai "Ratu Telat" semasa SMP dulu tak tersemat lagi padanya. Winayu menyusuri setiap sudut gedung tua yang menjadi saksi kenakalan juga rasa hormatnya pada setiap guru kala itu. Gedung tua yang membuatnya jatuh cinta pada dunia pendidikan dan kini membawanya kembali menetap.
Tak terasa sungai kecil dari sudut mata Winayu mengalir membasahi pipinya. Winayu menghela nafas dan tersenyum seakan melihat bayangannya sewindu yang lalu. Winayu tersadar ketika suara Pak Mansyur memanggilnya dari arah Ruang Tata Usaha.

"Darimana, nduk? Saya kira kamu belum datang"

"Maaf, Pak. Saya keliling ke belakang juga. Kangen nostalgia SMP. Ya, walaupun seminggu sekali saya mesti kesini sih. Oh ya, kalau boleh tahu ruang kerja saya dimana ya, pak?"

"Sebelum itu, saya sangat berterima kasih karena kamu sudah bersedia memenuhi permintaan saya. Saya jelaskan dulu maksud dan tujuan saya menjadikanmu pegawai tetap disini. Kamu tahu kan kalau Spricla ini punya perpustakaan dan sudah 2 tahun tidak terurus. Saya mau kamu yang mengurusnya biar sekolah kita dapat nilai plus dari pengawas saat akreditasi nanti. Itu nanti ruangannya di gedung lama belakang sana, gedung tempatmu sekolah dulu. Ruangannya bagus besar dan sudah siap pakai, tinggal kamu rapikan biar anak-anak nyaman. Saya memilih kamu karena saya tahu betul, kalau kamu sangat mudah memahami anak-anak dan kedekatanmu dengan anak-anak nantinya bisa membantu seluruh perangkat sekolah. Karena sepertinya mereka lebih nurut dan mau terbuka kalau sama kamu ketimbang sama gurunya yang lain. Kan enak anak-anak ke perpustakaan nggak bosan kalau di sambut dengan orang yang ramah sepertimu, Winayu. Nanti kamu juga bisa mengisi jam kosong menggantikan guru yang tidak masuk. Paham ya, nduk? Mari ikut saya ke gedung lama"

Winayu mengangguk dan mengikuti Pak Mansyur menuju perpustakaan. Disana Pak Rusli penjaga sekolah, sudah menunggu di depan ruangan gelap dan usang yang berpintu jati tersebut. Winayu tercengang saat melihat kondisi ruangan tersebut yang jauh dari layak.
Tembok yang lembab, bau bangkai yang mulai mengering, barang-barang bekas dan buku berserakan berjubel jadi satu dalam ruangan itu. Bahkan temboknya mulai rapuh termakan rayap. Pak Mansyur dan Pak Rusli melenggang begitu saja tanpa berbicara apapun. Winayu melongo, ia seakan bingung harus berbuat apa? Jujur, seketika itu Winayu menyesal telah memutuskan untuk kembali menetap di gedung tua ini. Jika di awal ia sudah merasa di bohongi. Namun, Winayu berusaha menahan diri. Perlahan-lahan ia merapikan dan membersihkan ruangan tersebut seorang diri.

Kalau boleh jujur, aku sangat kecewa.
Aku menyesal sekali atas keputusanku kembali menetap.
Tapi ini pilihanku, aku harus berani menanggung akibatnya jika suatu saat ada hal yang tidak aku inginkan.

The Best TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang