The Moon

3.8K 232 14
                                    

-Yang pergi, tidak akan kembali. Aku tau hal itu, tapi aku tetap berharap kau masih disini-






•••••






Rintik-rintik hujan terdengar dari luar, yang pada akhirnya menjadi suara yang cukup keras. Dingin, kelam, dan hening menemani ruangan kita. Walau aku tersenyum, bercerita, tertawa, dan terus saja berbicara padamu yang seolah bisu.

Ada apa?

Kenapa hanya diam?

Hei, katakan lah sesuatu.

Aku merindukanmu, merindukan segala hal tentangmu. Senyummu, tawamu, atau omelan-omelan kekhawatiranmu.

Hei, apa kau ingin terus tidur?

Katakan padaku, kau sedang bermimpi apa? Apa ada aku di sana?

Kau ingat saat aku mengatakan bahwa kau adalah matahari dan aku adalah bumi? Kau marah hari itu. Lalu kau mengatakan bahwa aku memanglah bumi, yang menjadi tempat tinggal segala mahluk. Tapi, kau bukan matahari, kau adalah bulan.

Jujur saja aku binggung, kenapa kau memilih bulan yang tidak bisa apa-apa? Karna, untuk menghasilkan cahayanya sendiri saja tidak bisa. Tapi kau malah tersenyum, lalu memandang bulan yang tampak kesepian. Kau mengatakan bahwa yang bulan punya hanya bumi, seperti kamu yang hanya memilikiku.

Aku sangat senang.

Hari itu aku tersadar, matahari tidak selamanya ada untuk bumi begitu pula bintang. Hanya bulan satu-satunya yang setia menemani bumi.

Matahari akan datang lalu pergi, begitu juga bintang yang akan selalu berubah, atau mungkin juga sama sekali tidak ada. Tapi bulan, selalu ada. Menemani bumi tanpa lelah, meski terkadang ia terhalagi oleh cahaya matahari, tapi bulan selalu di sana.

Tapi kini, bulan tidak lagi ada. Kamu tertidur dan tak mau lagi tertawa bersamaku.

Itu tidak benar, bukan? Kau akan bangun dan tertawa lagi, seperti biasanya kan? Kau akan tersenyum lagi, kan? Kau akan.... Bersamaku lagi, kan?

Apa mimpimu seindah itu?

Kau tau? Hari ini kau aneh sekali.

Tertidur dengan lelap, tanpa mau membuka mata. Apa kamu membenciku? Padahal hari ini sedang hujan, kau menyukai hujan bukan? Kau akan dengan riang dan ceria berlarian di bawah air hujan yang turun.

Hei, aku mulai menangis.

Kau tidak suka aku menangis, bukan? Kau akan memarahiku seperti biasanya, bukan? Kau akan memelukku seperti biasanya, bukan? Kumohon, jawab aku.

Hei, kau mendengarku?

Kenapa kau tetap diam? Apa perlu aku berteriak dan memohon? Tidak, aku sudah melakukannya sendari tadi. Lalu, kenapa kau tetap diam?

Jangan tinggalkan aku, biarkan aku ikut bermimpi bersamamu. Kumohon, jangan tinggalkan aku.

Hei, katakan sesuatu.. Jangan hanya diam..

Bisa-bisa aku membencimu loh..

Membencimu..

Membenci..

Aku bahkan tidak sanggup membayangkannya...

Tidak, aku hanya takut. Takut membayangkan duniaku tanpamu.

Apa kau ingat? Kau pernah bilang bahwa aku seperti malaikat, yang memiliki sayap indah nan memukau. Tapi, apa kau pernah dengar malaikat yang jatuh? Malaikat yang kehilangan sayapnya, yang terombang-ambing oleh deru angin yang menusuk tubuhnya, lalu jatuh begitu saja.

Bukankah sekarang aku seperti malaikat jatuh? Sayapku sudah hilang. Aku sudah tidak bisa lagi terbang di langit. Ini semua karna kau, kaulah yang membawanya pergi. Kaulah yang merampasnya. Karna itu, jangan tinggalkan aku. Jangan pergi, tetaplah disini.

Kau hanya tertidur, bukan?

Katakan lah sesuatu! Jangan hanya diam!

Aku mendengarnya, suara teriakan dan tangisan. Begitu memilukan dan menyedihkan. Suara siapa itu? Ahhh, aku mengerti.

Itu suara ku sendiri.

Suara tangisku yang memintamu kembali.

Suara teriakan ku yang frustasi karna kau tidak mau membuka matamu.

Hei, Aku sudah jatuh terlalu dalam.

Dalam.

Sangat dalam.

Bahkan aku tidak bisa melihat cahaya apapun disini.

Disini dingin, tidakkah kau kasihan melihatku? Aku bisa saja sakit loh. Bukannya kau akan memakiku jika aku sakit? Kau akan mengatakan betapa merepotkannya aku.

Hei, kau akan melakukan itu lagi bukan?

Kau tau, suaramu, tawamu, senyummu, atau bahkan segala omelanmu, tak pernah sekalipun terhapus dalam ingatakanku. Seolah tidak lekang oleh waktu, atau mungkin, waktu tak tega untuk menyentuhnya? Apapun itu, ini sangat menyiksaku.

Kenangan kita terlalu banyak, sampai aku takut tidak bisa merasakannya lagi.

Rasanya aneh, kau yang ceria dan galak tiba-tiba diam membisu. Apa kau lelah berbicara padaku? Kumohon, katakan sesuatu.

Buka matamu dan tersenyum lagi untukku.

Tertawa lagi untukku.

Apa kau mendengarku? Bangunlah, dan katakan kau mencintaiku.. Seperti biasanya.

Duniaku bersamamu, adalah dunia yang paling indah yang pernah ku rasakan. Aku tidak mau hidup tanpa kau di dunia itu. Dunia tanpamu, adalah dunia yang paling ku benci. Jadi, bangunlah. Lalu kita bangun kembali dunia kita.

Kau maukan? Karna itu, kembalilah..

Ne, boleh aku bertanya? Apa yang kau mimpikan saat ini? Apakah indah? Apakah semenyenangkan itu? Atau kau memang sangat lelah? Hei, apa aku terlihat menyedihkan? Apa aku terlihat begitu menjijikan? Ne, katakan. Apa yang perlu ku perbaiki agar kau tetap berada di sisiku?

Jawablah pertanyaanku.. Jangan hanya diam, katakan sesuatu.

Seperti, Aku mencintaimu...

Atau, aku merindukanmu...

Hei, katakanlah. Jika kau tidak mau mengatakannya, biar aku yang mengatakannya....

Aku mencintaimu.. Sangat mencintaimu... Dulu, sekarang, maupun nanti...

Karna itu, kumohon...

Kumohon...

Kumohon... Jangan tinggalkan aku..




"Kumohon... Buka matamu, A-Yin."











Fin...

•••••••

Yahhh, hanya hadiah kecil dari ku... Muehehehe gimana, syedih kagak? Kagak ya? Ya udahlah ya... Hahahah

Entah kenapa, aku suka ini😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah kenapa, aku suka ini😊

Bay bay....

Sampai jumpa di lain waktu🙋‍♀🙋‍♀

LIFE NOTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang