The Story. (Jin Ling for Jiang Cheng)

994 89 4
                                    

Aku menghela nafas, lagi dan lagi. Menangisi dan Merenungi segala hal yang sudah terjadi. Banyak yang membuatku buta dan tak tau harus bagaimana.

Dulu, ada sosok yang memberiku cahaya. Sosok yang begitu pemarah dan arogan. Namun juga sosok yang begitu penyayang dan hangat. Sosok yang tidak akan menampilkan kelemahannya, yang tegar dan juga kuat.

Terkadang aku berfikir, bagaimana bisa dia sekuat itu?

Semakin di fikir, semakin membuatku sedih. Berapa banyak kata ku yang menyakiti hatinya? Berapa banyak sifatku yang melukai perasaanya? Berapa banyak sikapku yang meresahkan dirinya?

Aku tidak tau lagi.

Terkadang, aku bertanya-tanya. Kenapa dia selalu seperti itu? Tersenyum hanya untuk menutupi lukanya, apa dia tidak pernah bahagia? Apa dia tidak pernah merasa senang? Apa hanya ada kesedihan? Lalu kenapa dia masih bisa bertahan?

Lalu aku tau jawabannya... Itu aku.

Dia bertahan karna aku, menjadi kuat untuk aku. Tersenyum jika bersamaku, dan bahagia cuma untuk aku. Hanya ada aku, aku dan aku. Kenapa?

Aku ingin bertanya padanya...

Bukannya aku tidak senang, aku hanya merasa dia sangat terbebani. Apa aku sangat membebani hatinya?

Terkadang, disaat aku melihat orang lain yang tertawa dengan bahagia bersama keluarga mereka. Aku merasa iri.. Iri karna aku tidak bisa seperti mereka. Lalu aku menoleh kebelakang, disana dia melihat ku dengan tatapan sedih.

Hei, jangan seperti itu.

Aku tau, di banding aku dia jauh lebih sakit.  Pura-pura bahagia agar orang yang kalian cintai bahagia, itu sakit.

Jadi, jangan bersikap bodoh seperti itu.

Andai aku bisa mengungapkannya. Mengatakan betapa pedulinya aku akan dia. Menceritakan betapa tersiksanya aku tanpa dia.

Aku menangis, lagi-lagi dia terluka. Tubuh dan hatinya. Dan lagi-lagi aku tidak bisa apapun. Kenapa? Kenapa aku selemah ini? Aku ingin melindunginya. Tapi apa yang harus aku lindungi, disaat dia sudah membentengi dirinya sendiri?

Hei, apakah kau ingat?

Saat aku marah padamu, lalu berlari menuju hutan? Kau melupakan seruluh pekerjaanmu dan berlarian menuju hutan hanya untuk mencariku. Setelah kau menemukanku yang terluka, kau menggendongku dan memarahiku sepanjang perjalanan. Saat itu rasanya sangat hangat.

Hingga aku tidak sadar bahawa waktu berputar, dengan sangat cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hingga aku tidak sadar bahawa waktu berputar, dengan sangat cepat. Aku merasa kau semakin lemah. Kau sering terbatuk-batuk dengan hebat. Hei, apa kau sakit?

Dia tidak menjawab.

Hanya tersenyum seperti biasanya, dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Bohong! Dasar pembohong! Kenapa hanya diam?! Aku ini kau anggap apa?!

LIFE NOTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang