The Ego

121 12 1
                                    

"Jadi bagaimana jika kukatakan aku tak akan mengambil bagian dalam aksi heroic ini?" Draco menyandarkan kepalanya di leher sofa, menengadah, mengacuhkan lawan bicaranya, "Secara tidak langsung kau dianggap berada di pihak mereka," tukas Ron, "seperti biasa, jawaban yang sangat 'bijak' dari Kementerian Sihir" ejek Draco, "Tunggu, apakah hal itu berlaku padaku juga?" tanya Blaise skeptikal, "Well, sayangnya iya Zabini," jawab Hermione lemah.

"Potter, haruskah aku mengikutimu seperti anjing kelaparan demi membuktikan bahwa aku tidak terlibat dengan para keparat itu?" Draco menegakkan punggungnya lagi sembari menatap intens pada Harry, "Do whatever you want Malfoy, tapi dengan tegas kukatakan bahwa itu tidak akan mempermudah keadaanmu selain ikut andil dalam hal ini," Mata Harry nyalang menatap Draco.

"Well, the almighty Potter, pernahkah otakmu berpikir betapa melelahkan dan menyedihkannya menjadi seorang Malfoy? Public enemy, had no choice, a trash? Oh, aku lupa. Kau tak pernah merasakannya, Cause you are the golden right?". Suasana yang sejak awal telah canggung, kini berubah menjadi mencekam, bahkan Ron yang awalnya bertingkah pongah sekarang tertunduk gugup. Hermione yang sejak awal merasa ide ini akan sulit, semakin sering menghela nafas panjang.

"Kau pikir beban menjadi yang dapat menyelamatkan semuanya mudah?" Harry pun beranjak dari tempat duduknya.

"Potter, semua orang tahu kisah kelam masa lalumu yang tak pernah diakui oleh keluarga ibumu. Dan ketika kau sudah menang melawan Voldemort, kau diakui. Kau menyukai itu bukan? When all the spotlights come to you. Kita semua tahu persis segala cerita picisan yang berkisah tentang mereka di pihak putih adalah mereka yang akan menang. Jadi, setidaknya semua susah payah yang kau alami akan terbayarkan dengan seharusnya."

Dalam hitungan detik, Harry mengacungkan tongkatnya pada Draco dengan tangan gemetar menahan amarah. Apa yang dikatakan Draco tidak sepenuhnya salah, memang ada beberapa persen dari dirinya memiliki keinginan untuk diakui tapi, bukan berarti diakui, disanjung, dan dipuja adalah hal yang ingin dia dapatkan. Sedangkan Draco hanya menatap nyalang Harry, tangannya tetap berada dalam saku celananya.

Semua orang dalam ruangan itu hanya mampu menahan nafasnya. Mereka tahu bahwa kedua pria ini sama-sama menyedihkan dan memiliki bebannya masing-masing, bahkan bisa dikatakan secara kasat mata kedua pria ini saling memahami satu sama lain dengan cara ini.

"Pergilah Potter. I said no, dan jika kau menganggapku berada dipihak mereka, then fuck yourself. You don't have any proves, dan tolong jangan sangkut pautkan Zabini, cukup hidupku saja yang selalu kau usik Potter." ucap Draco mengakhiri lomba menatapnya dengan Harry.

"We're not done yet Malfoy."

"Kurasa beberapa hari lagi kami akan kemari lagi," ucap Hermione mengakhiri segalanya.

NB: Maaf banget cerita ini aku rate mature. Aku baru sadar semakin kesini aku nulis cerita ini aku semakin nyaman mengetikkan curse/swear word hwhwhwh.

Dealing With Mr. DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang