02

2.3K 187 10
                                    

"Bagaimana caranya bahagia?"

____

Abby menatap wajahnya didepan kaca rias dalam kamarnya. Wajah itu nampak lebih hidup karena polesan make up yang sengaja ia pakai malam ini. Meskipun taatapan matanya kosong mengingat semua perjalanan hidup yang dia lewati ditambah sang bunda yang masih tak sadarkan diri.

Gadis itu menghela napas gusarnya. "Apakah aku harus melakukan ini semua?"

Masih bergelut dengan pikirannya sendiri, bahkan Abby tak sadar ada seseorang yang masuk dalam kamarnya.

"Ya, itu harus. Karna ini semua terjadi karena ibu kamu yang bisanya cuman nyusahin keluarga ini doang. Harusnya kamu sadar diri," ucap seseorang itu dari belakang.

Abby menghela napas panjang. "Aku males berantem ya, Ash. Selama ini, aku ngehargain kamu sama aunty Batrice. Jadi tolong jangan ganggu aku lagi."

Ashley yang biasa di panggil Ash adalah kakak tirinya atau bisa dibilang anak diluar nikah ayahnya dengan temannya sendiri. Bahkan hubungan mereka tak ada yang tahu sampai saat Sabrina--ibu kandung Abby-- jatuh sakit dan dinyatakan koma.

17 tahun yang lalu...

Plak~

Abby kecil yang saat itu baru pulang sekolah menatap nanar pada kejadian yang baru saja ia saksikan. Sang Ayah, William baru saja menampar sang Ibu--Sabrina.

"Apa maksudmu menamparku, Will?" tanya Sabrina yang masih memegangi pipinya yang terasa sakit.

Dengan wajah garangnya William menatap remeh Sabrina. Seolah-olah wanita itu tidak ada artinya sama sekali dalam hidupnya. Dengan rasa bersalah pria paruh baya itu melemparkan sebuah amplop cokelat pada Sabrina. "Kau lihat sendiri isinya. Jangan lupa siapa kau disini."

Sabrina menatap tak percaya dengan tindakan yang William perlihatkan padanya. Dalam benaknya bertanya bagaimana bisa pria itu berubah dalam semalam. Perlahan wanita itu membuka amplop yang dilemparkan William padanya.

Napas Sabrina tercekat saat menatap beberapa foto yang dia lihat. Itu foto wajahnya namun dia tidak pernah berada dalam posisi seperti itu. "Apa ini Will? Aku tidak mengerti bagaimana bisa wajahku ada disana? Ini pasti rekayasa seseorang untuk memisahkan kita."

"Omong kosong. Dari awal dalam hubungan pernikahan kita saja memang sudah tidak jelas. Kau lupa? jika kita menikah hanya karna urusan bisnis. Aku terpaksa menikah denganmu, asal kau ingat."

Sabrina mendengar itu terdiam. Bagaimana bisa? Pria yang begitu dia cintai berkata seperti itu.

"William, aku juga awalnya mengganggap ini semua hanya sebuah tuntuan dari bisnis keluarga. Namun, seiringnya berjalan aku menyadari aku jatuh cinta padamu. Apalagi ada Abby diantara kita berdua," ujar Sabrina sambil menunduk.

William menatap sinis Sabrina. "Aku bahkan meragukan semua yang kau ucapkan, Sab. Tentang cintamu, tentang Abby yang memang anakku atau anak dari hasil selingkuhanmu."

"WILLIAM!" bentak Sabrina. "Aku tidak pernah selingkuh dengan siapapun. Asal kau tahu, Abby itu anak kita, anak kandung dirimu."

"Oh ya? Sekarang aku sudah tidak perduli lagi. Mulai besok, Batrice dan Ashley akan tinggal dirumah kita," kata William dengan nada tak terbantahkan.

Sabrina terkejut dengan ucapan William. "Mereka tidak bisa tinggal disini. Atas dasar apa mereka tinggal dirumah ini? Ini rumah kita berdua, kalau kau lupa."

"Tanpa persetujuanmu, aku akan membawa mereka berdua kesini. Ini rumah mereka juga. Oh ya, aku lupa memberi tahu satu fakta yang tidak bisa kau tolak. Batrice adalah istri pertamaku dan Ashley adalah anak kandungku," kata William sebelum pergi dari sana.

Sabrina menangis sesegukkan mendengar ucapan William. Kenapa dia begitu bodoh, kenapa dia menerima perjodohan orang tuanya dulu. Bahkan sudah berapa tahun Sabrina hidup dalam kebohongan pria itu, pria yang begitu dia cintai.

Sementara keributan yang terjadi antara William dan Sabrina, mereka tidak menyadari sedari tadi Abby berdiri tanpa ekspresi. Mendengar perkataan yang benar-benar membuatnya hancur.

"Mommy, Abby pulang," ucapnya pelan.

Sabrina yang mendengar suara Abby itu langsung menhapus air matanya dan mulai berjalan menghampiri gadis kecil itu. Sambil mengatur napasnya yang sedari tadi menangis.

"Wah, putri tersayang Mommy sudah pulang ya. Bagaimana kegiatanmu disekolah?" tanya Sabrina.

"Seperti biasa Mommy, tidak ada yang berarti," jawab Abby.

Sabrina terkekeh pelan sambil mengelus rambut panjang gadis kecilnya. "Ya sudah kalau begitu Abby ganti baju dulu lalu makan siang ya. Tadi sudah Mommy siapkan makanan kesukaan Abby."

"Iya Mom, Abby ke kamar dulu ya," ujar gadis kecil itu sambil mencium pipi sang Ibu.

****

"Lebih baik kau bergegas, sebelum Daddy datang dan malah menyeretmu turun kebawah," ujar Ashley mengingatkan gadis itu. 

Abby hanya diam sembari membalikkan badannya kembali menatap kaca dihadapannya. "Kau akan ikut juga" 

Ashley menggidikkan bahunya acuh. Berlalu meninggalkan kamar Abby tanpa suara ataupun cacian pada gadis itu. 


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang