Di, rasanya aku ingin lari saja; Lari sekencang-kencangnya; sejauh-jauhnya sampai tulang-tulangku rontok dari tubuhku.
Aku tahu Di, dengan berlari aku tidak akan bisa sampai kepadamu, pun aku tidak akan pernah bisa bertemu ujung dari dunia apalagi menggapai ujung langit dengan kedua lenganku.
Tapi Di, aku harus apa jika segalanya sudah terasa tidak mungkin lagi?
Aku sudah lelah, Di; lelah dipaksa untuk tidak mencintai kamu.Sebenarnya apa salahnya aku, Di? sampai-sampai takdir tidak bisa menyatukan kamu dan aku?
Apa mungkin,
Sekiranya dulu aku tidak lahir ke muka bumi ini sebagai aku yang hari ini mencintai kamu, masih bisakah kita bertemu dan saling memiliki?Tapi Di, waktu memang tidak pernah bisa kembali, sekeras apapun ku coba, kamu dan aku tidak ditakdirkan menyatu.
Di, jika kejamnya dunia ini melukai kamu; menyayat-nyayat hati dan jiwamu. maka jangan, Di. janganlah kamu cintai aku!
Biar, biar aku saja yang mati di rajam rasa ini.Aku ikhlas Di, jika buatmu.
ditulis di subang, 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Potret Patah Hati (Di, dan Kenangan)
PoésieHatiku memang patah, tapi tidak cintaku padamu; dia utuh dan akan tetap utuh! Potret & puisi original by @dinarwt95