5. 💦Penasaran💦

318 18 9
                                    

Dilain tempat, Albert duduk dibangkunya sambil meneliti kamera yang di pegangnya. Ia males untuk pergi ke kantin jadi ia memakan bekal dari mamahnya saja.

"Woy!" Teriak salah satu sahabatnya yaitu Dino. Yaa pria tampan seperti dirinya, hampir sebelas dua belas lah. Albert yang merasa ada yang memanggilnya pun menoleh.

"Apaan si lo." Ketus Albert, ah memang selalu seperti itu.

"Tumben banget bawa bekal lo." Ujar Dino sambil duduk disamping Albert. Albert pun merasa enggan menjawab pertanyaan Dino, sungguh cerewet orang yang ada disampingnya. Merasa ada yang aneh Dino melihat benda yang ada ditangannya.

"Wahh tumben juga lo ke sekolah bawa kamera polaroid." Lanjutnyanya, saat ingin mengambil alih kamera yang dipegang Albert ia pun menahannya.

"Gue tau Al. Pasti Lo mau gue jadi model Lo ya kan? Secara gitu gue kan tampan dan cool." Ucap Dino dengan pede sekali ia berbicara seperti itu, ia membenarkan seragamnya lalu pada rambutnya. Yang berada disampingnya pun bergedik ngeri.

"Tampan bapak Lo."

"Jelas lah bokap gue tampan. Anaknya aja tampan gini." Ujarnya tak ingin mengalah.

Albert menyungging senyum nya ke samping. Rasanya ingin sekali ia membawa anak ini keluar kelas juga. Ganggu waktu istirahatnya saja.

"Bukan punya gue dan ga usah kepo." Albert memasang muka seperti biasanya. Malas sekali ia meladeni anak ini jika sudah bertanya pasti akan terus menerus. Panggil saja si cerewet.

"Udah sana ah." Usir Albert mendorong tubuh Dino pelan.

Mau tak mau Dino pergi dengan perasaan kesal, mulutnya terus saja komat kamit menyumpahi Akam yang mengusirnya begitu saja.

"Awas loh jangan kangen sma gue." Dino mengedipkan matanya sebelah setelah itu ia langsung lari terburu buru saat Albert ingin melemparnya dengan kamera yang dipegangnya.

Memang harus extra sabar menghadapi sikap Dino satu ini. Untung saja sahabat nya sejak SMP dulu.

***
Saat ini Gladis dan Gilang sedang duduk di bangku kantin. Banyak pasang mata menyorot nya dengan wajah tak suka. Pikir Gilang pasti mereka tidak suka karena cewek secantik Gladis bisa makan berdua dan duduk berdua di kantin.

"Mereka pasti ga suka sama gue"batinnya

Gladis tak menghiraukan kan nya, ia biarkan saja orang mau berkata apa yang penting Gilang tetaplah sahabatnya.

Gladis menatap Gilang dengan raut yang sedikit berubah ia menundukkan kepalanya. Ia pun langsung menanyakannya pada cowok didepannya itu.

"Hei!! Are you okay gilang?" Ucap Gladis menyadarkan Gilang dari lamunannya.

Gilang kelagepan, buyar sudah apa yang dipikirkannya tadi. "Eh i-iya k-kenapa?" Gilang mencoba untuk bersikap biasa saja.

"Lo yang kenapa?" Tanya Gladis sambil menopang kedua tangannya didagu. Ah Gilang yang melihatnya langsung jatuh cinta begitu saja. Bahkan dari dekat seperti ini Gladis cantiknya lebih lebih lebih cantik. Itu membuatnya semakin salah tingkah, apalagi Gladis yang terus memperhatikan Gilang dengan wajah polosnya.

"Plis jangan kayak gitu. Gue ga kuatt!!" Batin Gilang.

"G-gue ng-nggak papa." Gilang mencoba untuk tersenyum kecil pada Gladis. Gladis bingung sendiri kenapa setiap berbicara dengan gilang ia pasti selalu saja gugup. Ia pun mendekatkan wajahnya sedikit ke Gilang.

"Lo yakin?" Ucap Gladis yang sudah mendekatkan wajahnya ke Gilang. Itu membuat jantungnya berdetak 2 kali lebih cepat. Dan Gilang semakin salah tingkah.

"Jangan cium gue disini plis!" Batinnya

"I-i..."

"Neng nih pesannya." Ucap seorang waiters datang membawa sebuah makanan dan minuman yang sudah ia pesan tadi. Membuat Gladis dan Gilang  menoleh kearahnya. Akhirnya Gilang  dapat bernafas dengan lega. Syukurlah kali ini Tuhan menyelamatkannya. Ah rasanya Gilang ingin pingsan saja saat Gladis mendekat kan wajahnya seperti itu. Itu membuat jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

"Makasih mbak." Gilang mengambil alih makannya dari waiters itu.

"Sama - sama." Ujar waiters itu lalu pergi dari hadapan mereka berdua.

Gilang dan Gladis langsung saja melahap santapannya saat ini. Tak ada yang mereka bicarakan hanya ada dentingan sendok diantara keduanya.

Tiba tiba seseorang datang menggebrak meja yang ada disebelahnya, tentu saja hal itu membuat Gladis dan Gilang tergelonjak kaget. Siapa pelakunya? Yaps dia Albert. Memang kadang sifat sering berubah ubah seperti bunglon.

"Woi sendirian aja!" Teriak Albert sambil menggebrak meja yang ada didepannya.

Uhuk.. uhuk..

Gladis tersedak saat sedang melahap makanannya. Ia kesal, sangat kesal. Siapa yang telah mengganggu makan siangnya. Ia pun menoleh kesamping ternyata cowok yang telah mengambil kameranya. Ia sungguh menyumpahi dalam hati cowok itu.

Dino yang duduk di bangku sebelah pun menoleh saat mendengar seseorang batuk.
Matanya langsung berbinar. Darahnya berdesir. Ah rasanya seperti mimpi hari ini melihat bidadari dari kayangan ada di meja sebelahnya. Tapi, saat Dino melihat kedepan cewek itu nampak ada seorang cowok culun yang menemani duduknya.
Pasti yang jelas bukan pacarnya begitulah perkataan yang dalam hatinya Dino.

"Pokoknya gue harus dapetin kamera gue kembali." Batinnya menatap mata Albert.

"Al biasanya aja dong. Liat tuh bidadari keselek karena Lo!" Dino menoleh kesamping dan diikuti oleh Albert.

Manik mata coklat Albert tepat sekali bertemu dengan manik mata Gladis. Tak ada senyum diantara keduanya. Hanya ada tatapan kebencian.

Dino berdehem membuat keduanya saling mengalihkan pandangannya ke arah lain.  "Gausa diliatin gitu. Nanti kalau suka kan repot gue nya." Ucap Dino sambil mencuri curi pandangan kepada sang bidadarinya. Sesekali ia menatap cowok culun itu tak suka.

Gladis menarik Gilang begitu saja keluar dari kantin, Gilang bingung sendiri ada apa sebenarnya yang terjadi. Ah ia ingat Albert sepupunya itu tadi pagi ia mengambil kamera Gladis. Gilang pasrah, ia hanya mengikuti langkah gladis yang akan membawanya kemana.

Tiba di taman, ya kali ini Gladis membawanya ke taman. Biasanya gadis itu akan memotret pemandangan yang indah seperti saat ini. Udaranya juga sangat menyegarkan. Cuacanya juga tidak terlalu panas. Lalu ia duduk disebuah bangku taman yang sudah ada disiapkan untuk beristirahat atau hanya bermain main saja.

"Ko k-kita kesini?" Tanya Albert celingukan ke kanan kiri, siasananya tidak terlalu ramai karena sedikit lagi akan masuk jam pelajaran.

"Gue males ada cowok itu." Gladis melipat tangannya didepan dada sambil matanya.

"Lo tau? Gladis berbalik arah kini ia telah berhadapan dengan gilang. Gilang terkejut saat melihat Gladis memasang muka nya kesal.

Gilang menggeleng pelan menandakan ia tidak tau apa - apa. Ya iyalah tidak tau orang Gladis saja tidak memberitahunya.

Gladis kesal mukanya langsung saja ia datarkan. Ia pun menghentak - hentakan kakinya berkali - kali. Gilang tidak tau harus berbuat apa, ia pun menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. 

"Ihh Lo ko nggk tau sih!" Gladis berdecak sebal

"Kan lo belum kasih tau gue." Gilang menyengir dengan tampang polosnya.

"Ah tau ah. Gue mau pulang aja." Langsung saja Gladis pergi dari taman itu meninggalkan Gilang yang masih kebingungan melihat tingkah sahabatnya ini.

"Lah pulang? Pulang aja masih lama" Gilang melirik ke tangan kirinya menunjukkan pukul jam 10 pagi.

-----------
TBC.

Happy reading 😊





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Queen Off Primadona ( REVISI ULANG )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang