Park Jiyeon ingin menyatu dengan malam untuk hari ini, namun balutan mimpi begitu menarik dirinya untuk bergabung. Tidak mengizinkan dingin menusuk dirinya hingga ke tulang, merasakan sejuk sisa tetesan hujan di tengah kemarau, tidak membiarkan rongga hidung di gelitiki aroma petrikor yang menyebar luas. Terlebih ketika langit di malam ini meneteskannya kembali, membasahi jagad raya dan raga ini, meredam jerit hati dan emosi. Pun membuat air mata luruh bersamanya.
Hingga raga Jiyeon melemah bersama pejaman mata, lelah meradang secara tiba-tiba. Suhu rendah menusuk ke dalam dada. Terjatuh, tersungkur, dan tertidur di tengah gemuruh dalam sukma. Berbalut dekapan afeksi sendiri yang diciptakan, tanpa tiada siapapun yang menemani kecuali bunyi rintik hujan. Mengantarkan Jiyeon dalam keteduhan.
Mengasakan hari esok; tubuhnya telah menjelma menjadi embun pagi. Yang menetes indah seolah tak ada lagi duri menghiasi cerita hidupnya yang baru. Sebab, Jiyeon telah merasa lepas dalam kubangan penuh kesakitan. Penuh bau anyir darah yang tak pernah lepas.
Nafasnya telah berubah dari memburu menjadi teratur. Telah menyatu dalam balutan bunga tidur yang lebih memabukkan atmosfirnya. Enggan dengan esensi dunia yang kian memalsukan apa yang nyata. Pun rintik hujan lebat telah berubah menjadi tetesan-tetesan tak kasat mata sebab tertelan gelap gulita.
Bunyi detakan jarum jam sebagai lullaby penghantar tidur lelap Jiyeon. Ditengah cahaya temaram lampu tidur, pun biasan pantulan cahaya bulan malu-malu memasuki jendela kamar di tutupi gorden. Entitasnya tidak bergerak kendati diterpa angin malam.
Namun tak berselang lama, decitan pintu dari luar terdengar lumayan keras hingga celahnya membiarkan cahaya asing masuk ke dalam. Bunyi derap langkah kaki terkesan di redam tapi tetap berbunyi keras bergerak mendekat.
Entitasnya terduduk di bibir ranjang. Membiarkan iris kelabu itu menyapu untuk mengingat setiap detail lekuk tubuh Jiyeon yang terlihat begitu indah kala terlelap nyaman. Hingga perlahan jemarinya mulai mengeluarkan aksi, mengusap permukaan epidermis Jiyeon yang terasa halus dan lembut ketika di sentuh. Netranya pun turut memejam guna merasakan kenikmatan lebih sedari sentuhan ringan.
Maka, Park Jimin merangkak perlahan tanpa melepaskan pandangan. Seringaian mengerikan tersemat apik pada pahatan bibir tebalnya yang menggoda sebab sengaja dibasahi kala di jilat lidah. Jimin total bangkit karena gairah membuncah. Netranya di kuasai total pada gemerlap senja yang membludak sulit dipercaya.
"Aku paham kenapa Taehyung dan Jungkook begitu tergila-gila padamu, Ji," bibirnya menyerukan bisikan pelan begitu sampai dihadapan figur wajah Jiyeon. Memandangi pahatan itu dengan lamat seraya rongga hidungnya di gelitiki aroma vanilla memabukkan yang menguar dari tubuh sang jelita. "Mm, cantik sekali."
Kepalanya menelusup masuk pada ceruk leher Jiyeon yang ternengadah, sebab terlalu di kuasai lelah luar biasa.
Lenguhan di bibirnya menguar begitu saja saat Jimin dengan lancang dan berani membuat tanda. Semakin brutal menghisapi setiap jengkal epidermis Jiyeon yang terasa manis melebihi gula. Candu melebihi ribuan bahkan jutaan pil ekstasi. Menggiurkan layaknya morfin.
Sepasang kelopak mata yang terkatup sebab memilih opsi untuk menyembunyikan binarnya demi esok hari, kini mulai bergerak pelan lantaran merasa tidak nyaman. Menggeliatkan badan sejenak, pun Jimin lekas mengangkat kepala ketika gerakan tersebut terasa. Tertawa pelan nan singkat sebelum lekas beranjak. Tidak ingin mencari perkara besar.
Pangkal pahanya mengeras, terbukti dari tonjolan yang kini membesar tersembunyi dalam balutan celana trainingnya. Mengembung dan terlihat memalukan manakala di pandang.
"Shit! Aku tidak—"
"Jimin?"
Total pekikan pelan Jimin tersendat di kerongkongan saat mendengar suara lembut itu mengalun penuh keterkejutan. Mendapati paras Jiyeon, yang menatapnya penuh horror. Sebelum tangan ringkihnya tergerak, menyentuh permukaan lehernya yang terasa basah.
![](https://img.wattpad.com/cover/187199180-288-k841822.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Prisionero [M] ✔
Fanfic[DIBUKUKAN; Discontinue] [E-BOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Park Jiyeon hanya menginginkan satu harapan yang benar-benar akan membawanya kepada suatu kebebasan mutlak dari cara kerja dunia yang kelewat kejam ini. Maka, diantara ketiga itu, siapa yang l...