Prolog

8.3K 652 10
                                    

Manusia mengenal akan adanya kesempatan kedua, seberat apapun kesalahan yang mereka perbuat pasti akan ada niat untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Namun hal itu semua tidak akan terwujud jika sang pemberi tidak memberikan kesempatan untuk dapat memperbaikinya.

Hanya ada satu hal yang membuat kesempatan kedua tidak berlaku yaitu kematian, sekali tiada maka manusia tidak dapat hidup kembali, melanjutkan kegiatan yang sering mereka lakukan.

Tentu saja Riana sangat mengetahui hal tersebut dan untuk pertama kali dia merasa sangat ketakutan ketika merasakan kematian yang sesungguhnya, hidupnya tidak semestinya berhenti begitu saja, dia belum menggapai keinginannya.

Kecelakaan beruntun terjadi di tol Cipuljarang, dua orang mengalami luka parah.

Riana mengalihkan pandangannya dari televisi menuju sebuah tubuh yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit.

Tubuh itu adalah tubuhnya. Riana masih hidup, namun sedang dalam keadaan kritis. Kini dia bahkan tidak bisa menatap lebih lama lagi ketika melihat tubuhnya gemetar dengan nafas yang tersenggal.

Sebenarnya apa yang menyebabkan semua ini terjadi. Sungguh, Riana hanya berniat ingin pulang ke rumah orang tuanya namun hal itu pupus ketika sebuah mobil sedang berhenti secara tiba-tiba di depannya yang hingga akhirnya membuat Riana membanting stir dan mobil yang dia kendarai berakhir jatuh ke jurang.

Ayolah, ini semua tidak adil. Seharusnya, jika dia tidak pergi maka semua ini tidak terjadi. Riana tidak akan berakhir menjadi roh yang kalang kabut dan tidak memiliki tujuan. Hanya menangisi tubuhnya yang kini tertempel beberapa alat penopang hidup.

Apalagi ditambah dengan tangisan para keluarga dan juga teman-temannya, hatinya seperti teriris saat ini mendengar mereka berteriak meminta dia bangun dari koma.

"Mama, Riana di sini." Riana berusaha menyentuh bahu mamanya namun mustahil, dia seperti tengah menggapai ruang kosong, kehangatan tubuh mamanya tidak bisa Riana rasakan lagi.

Suara rintik hujan begitu keras dengan petir yang menggelegar, dengan langkah pelan Riana menuju balkon kamar. Tangannya menadah berusaha merasakan dinginnya tetesan hujan namun mustahil, dia tidak merasakan apapun.

"Riana Purnama, lahir pada 17 Agustus 1997. Penyebab kematian karena kecelakaan lalu lintas."

Riana berbalik menatap seorang pria dengan pakaian serba putih, untuk sesaat Riana merasa kebingungan namun beberapa detik kemudian dia baru sadar akan sesuatu.

"Apakah kamu malaikat yang akan mengantarku ke alam baka?"

Bukannya membalas, pria itu melangkah ke arah Riana kemudian menarik kedua tangan gadis itu, menggenggamnya erat. Riana kini dapat melihat manik mata sebiru lautan yang pria itu miliki.

Sangat indah hingga membuatnya hampir terbuai.

"Riana Purnama, apakah kamu ingin kesempatan kedua?"

Beberapa detik Riana membuka mulutnya, tampak terkejut dengan pertanyaan sosok yang tengah berkomunikasi dengannya.

"Ryan Orlando, lahir pada 17 Agustus 1995. Penyebab kematian tidak diketahui."

"Eh?"

"Kematian digantikan dengan sebuah kehidupan, kehidupan digantikan dengan sebuah kematian."

Kembali Riana kebingungan dengan perkataan ambigu makhluk yang satu ini, dia sebenarnya harus berbuat apa sekarang. Jika melihat siklus yang dia ketahui, Riana akan dikirim ke alam baka bukan berakhir mendengarkan penjelasan sang malaikat.

"Tunggu sebentar, maaf jika aku lancang. Sebenarnya kapan pastinya aku akan dikirim kesana?" Riana menunjuk ke atas langit, walaupun pada nyatanya dia tidak mengetahui pasti dimana alam baka berada.

"Jika kamu gagal maka kematian akan menghampirimu namun jika kamu berhasil maka kehidupan yang menghampirimu."

Belum sempat Riana membalas perkataan sang malaikat, dia didorong dengan perlahan dari atas balkon. Untuk pertama kalinya saat ini dia bisa merasakan tetesan air yang menyentuh permukaan tubuhnya yang hanya terbalut gaun putih, pakaian terakhir yang dia kenakan saat kematian terjadi.

Riana menatap kearah langit yang gelap, kemudian dia mengerutkan dahi. Ada yang janggal di sini.

Mengapa terlalu lama baginya menyentuh tanah?

Apa jangan-jangan gravitasi tidak berlaku di dunia roh?

Sepertinya memang begitu, sang malaikat pasti tengah mengirimnya ke alam baka dengan cara yang tidak biasa. Bahkan Riana pernah menonton di salah satu drama jika roh dikirim ke alam baka dengan menggunakan lift.

Jadi dia memutuskan untuk menutup mata, menantikan keadaan alam baka yang tidak pernah di lihat para manusia yang hidup.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang