Hari masih pagi ketika seorang wanita berparas cantik berjalan menelusuri koridor di sebuah gedung perusahaan, kulitnya putih mulus, rambutnya lebat hitam berombak sebatas punggung, usianya 26 tahun, tinggi badannya mencapai 170 cm, ia mengenakan kemeja putih berlengan panjang yang sengaja dilipat hingga sebatas siku dan rok hitam sebetas pertengahan paha. Sepasang sepatu pantofel hitam yang menutupi kedua mata kakinya tampak berkilau. Tangan kirinya menggandeng jas warna hitam, sementara tangan kanannya membawa sebuah tas warna cokelat berbahan kulit. Wanita itu berhenti di ujung koridor dan berdiri menghadapi sebuah pintu pada sisi kanan koridor, tangan kirinya yang masih menggandeng jas miliknya bergerak mengetuk daun pintu dihadapannya itu.
"Tok! Tok!"
"Masuklah!" Jawab seorang pria dari dalam ruangan dibalik pintu.
Wanita tersebut membuka daun pintu, tampak seorang pria berusia 42 tahun yang sejak tadi menunggunya tengah duduk dibelakang sebuah meja. Pria itu bernama Hendra Sakti, rambutnya lebat hitam meski sudah tampak uban dikedua sisi kepalanya, tubuhnya tegap, tampak seperti orang yang rajin berolahraga. Ia memiliki alis dan kumis tebal.
"Duduklah, Renata!" Kata Hendra Sakti mempersilakan wanita cantik bernama lengkap Renata Putri yang baru saja memasuki ruangan kerjanya untuk duduk diseberang mejanya.
"Ada sesuatu yang sangat penting sehingga bapak memanggil saya sepagi ini?" Tanya Renata dengan wajah penasaran.
"Ya! Level pentingnya bisa dibilang paling teratas." Jawab Hendra.
"Hal penting seperti apa itu, pak?" Tanya Renata lagi.
"PT. Angkasa Jaya Perkasa tengah mengembangkan sebuah alat yang mereka sebut sebagai 'otak elektronik', sebuah pesawat yang yang tengah membawa alat tersebut mengalami kecelakaan ketika melewati kawasan hutan di provinsi Sulawesi Tenggara."
"Kapan kecelakaan itu terjadi?"
"Tadi malam!" Jawab Hendra. "Dua perushaan saingan kita jelas akan melakukan pencarian secepatnya. Kita punya team pencari yang cukup berpengalaman, namun harus ada orang dengan berkepala cerdas dalam team, dan orang yang tepat menurutku adalah kamu."
Renata terbelalak kaget. "Anda ingin saya ikut melakukan pencarian di tengah hutan belantara?" Tanyanya dengan nada sedikit ditekan.
"Ya, aku pun akan ikut mencari." Kata Hendra.
"Berapa jumlah anggota team kita?"
"Perlu kamu ketahui, pencarian benda sepenting itu tidak bisa melibatkan terlalu banyak orang. Hanya ada aku, kamu dan tiga orang tenaga ahli lainnya."
"Tenaga ahli?" Tanya Renata sambil mengerutkan dahinya.
Saat itu pintu ruangan diketuk oleh seseorang dari luar.
"Masuklah!" Kata Hendra memberikan izin orang dibalik pintu untuk masuk ke ruangannya.
Ketika daun pintu terbuka, tampak tiga orang berpakaian serba hitam masuk ke ruangan kerja Hendra Sakti. Yang pertama masuk adalah seorang wanita, kemudian diikuti oleh dua orang pria.
"Nah, inilah tenaga ahli yang aku maksud." Kata Hendra Sakti mulai memperkenalkan tiga orang orang yang masih berdiri tidak jauh dari mejanya. Renata segera berdiri dan berjabat tangan dengan tiga orang tersebut. Yang wanita bernama Sarah, berambut lurus hitam dengan potongan pendek sebatas bahu, tinggi badannya hampir sama dengan Renata. Dua pria lainnya bernama Risal dan Panca, postur tubuh keduanya tegap dan tampak atletis, Risal berambut tebal dengan belahan dari tengah ke arah kiri dan kanan kepalanya, sementara Panca memiliki potongan rambut tipis nyaris botak.
Sekitar satu jam lebih mereka membahas mengenai persiapan untuk berangkat ke lokasi pencarian. Setelah pertemuan itu selesai, Renata segera kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan semua barang yang akan ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Hitam
Misteri / ThrillerRenata adalah seorang wanita yang bekerja sebagai karyawati di sebuah perushaan, prestasinya dalam pekerjaan sangat diakui oleh Hendra Sakti, pimpinan perusahaan itu. Bahkan ketika perusahaannya terlibat dalam sebuah kompetisi pencarian sebuah "otak...