"Kim Taehyung!""Hei, hentikan!"
"Wajahku tidak kelihatan di layar."
"Jimin, biar aku yang memegang ponselnya."
"Tidak mau, dia harus melihat ketampananku dengan jelas."
"Astaga, Park Jimin."
"Ya! hentikan."
Taehyung terkekeh melihat kelakuan kedua orang yang eksis di layar ponselnya sekarang. Ya, Jimin dan Namjoon sedang merusuh di seberang sana.
Semuanya mendadak diam.
"Sebentar, kau berbicara tidak formal, hei!" Namjoon merebut ponsel Jimin dan memelototi Taehyung dengan wajahnya yang memenuhi layar.
"Bukan begitu—"
"Hyung, ponselku!"
Ucapan Taehyung dipotong oleh Jimin, mereka kembali merusuh.
"Taehyung sedang dimana?!"
DI sela-sela tampilan layar yang tidak beraturan, Taehyung bisa mendengar suara Namjoon.
"Aku dari makam appa, sekarang dalam perjalanan pulang."
"Apa kau baik-baik saja?"
Setidaknya setelah ucapan Taehyung barusan, keisengan mereka terhenti. Namjoon memegang ponsel dan ada Jimin di sampingnya.
"Ya, aku baik-baik saja."
Taehyung tersenyum palsu. Membuat suasana hening.
"Lee ssaem datang."
Taehyung bisa mendengar salah satu teman sekelasnya berteriak, dan sontak saja tampilan ponselnya kembali kacau.
"Guru datang, sampai jumpa! Kami akan menghubungimu lagi!"
"Ya, sampai jumpa."
Taehyung melepas sebelah earphonenya, menyenderkan kepalanya di sisi kaca.
"Kenapa hidupku seperti ini?"
▪︎▪︎▪︎
Taehyung kembali lagi ke tempat ini, ya rumahnya. Tidak ada yang aneh bagi orang-orang karena rumah adalah tempat kembali ternyaman, hanya saja ini menyiksa bagi Taehyung.
Jika Taehyung berbicara jujur, tempat ini adalah tempat yang paling Ia benci sekaligus yang Ia sukai dalam hidupnya.
Kenapa?
Rumah ini adalah aset terakhir yang ditinggalkan orangtuanya setelah tabungan yang bisa Ia pakai hingga Ia lulus kuliah bahkan sepuluh tahun setelahnya.
Ada kenangan indah disini, juga ada kenangan buruk.
Bagaimana kedua orang tuanya memberi cinta dan merawat dirinya sebagai anak satu-satunya selama enam belas tahun, itu adalah bagian terbaiknya.
Di sisi lain, sudah dikatakan bahwa kebahagiaan itu lenyap saat appanya meninggal dan eommanya pergi di saat Taehyung masih berduka.
Bagimana sebuah dinding yang dibangun dengan bahan terbaik disertai kerja keras hingga menjadi sangat kokoh, lalu sebuah retakan dari dasar membuatnya hancur.
Hal itu cukup menjelaskan mental Taehyung saat itu.
Hidup tanpa keluarga, kerabat, sejak saat itu Taehyung sangat tertutup dan pendiam.
Setidaknya Taehyung masih bersyukur ada teman-temannya yang selalu baik padanya, setidaknya membantu dirinya untuk melanjutkan hidup kedepannya.
"Eomma, aku pulang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Last Forever
Fanfiction[Ft. Taehyung] ❝I need more time, I wanna live, please.❞ ©hleover, 2019.