Seorang wanita terbaring lemah di salah satu bangsal rumah sakit terbesar yang ada di kota Tokyo. Meskipun tubuhnya terlihat lemah, namun wanita itu tetap mengukir senyum bahagia. Terlihat sangat cantik. Ada seorang bayi yang juga tak kalah cantik berbalut selimut tebal bercorak lucu yang tengah tertidur pulas tepat di sisi tubuhnya. Ia mengusap lembut bayi itu dan kembali mengulas senyum.
"Sasuke- kun," panggilnya lembut pada seorang pria yang masih setia menatap dirinya dan bayi kecil mereka. Wanita itu menyuruh si pria untuk mendekat ke arahnya.
" Himawari. Aku memberinya nama Himawari. Nama yang cantik, bukan? " kata wanita itu masih tetap mengulas senyum. Ia menatap nanar pada bayi kecil itu, karena mungkin beberapa jam atau bahkan beberapa menit lagi ia tidak akan pernah bisa melakukan hal tersebut, untuk selamanya. Lalu pandangan wanita itu beralih pada pria yang dipanggilnya dengan sebutan Sasuke—yang matanya berubah menjadi merah akibat menahan tangis. "Semoga kelak ia selalu memberikan warna yang cerah untukmu. Selalu membuatmu tersenyum dengan tingkahnya yang pasti menggemaskan," lanjutnya dengan napas tersendat. "Jaga dia baik-baik. Karena setelah kepergianku, ia akan menjadi kenangan yang nyata dariku untukmu. Kenangan yang begitu indah. Aku tidak menyesal melahirkan dia. "
"Kau tidak berhak bicara seperti itu! Kau tidak akan pergi kemana pun." Akhirnya Sasuke membuka suara setelah sekian lama hanya terdiam dan menyimak. Perasaannya campur aduk. Antara marah, sedih, terluka, semuanya berbaur menjadi satu.
Wanita itu menggeleng pelan." Tidak, Sasuke-kun." Nafasnya mulai terasa sesak ketika ia berbicara. Ia mencoba merubah posisinya menjadi duduk dengan Sasuke yang sigap membantu. Membawa bayi kecil yang tengah tertidur pulas itu ke dalam gendongannya. "Jangan memasang wajah seperti itu. Aku ingin melihatmu tersenyum saat aku menutup mata."
" Berhenti mengatakan omong kosong itu, Sialan!" Pria itu mengumpat karena emosi yang merangkak naik. "Aku bilang kau tidak akan pergi kemanapun! Kau, aku dan bayi kita akan tetap bersama," katanya setengah berteriak. Ia tidak mempedulikan bayinya yang kini menggeliat tak nyaman di dalam dekapan sang ibu. Dadanya terlihat naik turun seirama dengan napasnya yang terengah-engah.
" Jangan berteriak," perintah wanita itu. Manik mutiaranya menatap Sasuke penuh peringatan. "kau membuat Himawari-ku terbangun," lanjutnya. Wanita itu mencoba menenangkan bayi kecilnya dengan cara menimang-nimang.
Mereka terdiam untuk waktu yang cukup lama hingga bayi yang ada di dalam dekapan sang ibu kembali terlelap. Setelahnya, wanita itu kembali bersuara. "Sasuke- kun, bolehkah aku memohon satu hal padamu?" Napasnya semakin terasa sesak.
Sasuke memgacak surai gelapnya frustasi ketika menatap wajah wanitanya yang terlihat semakin pucat. Seberapa keras ia menyangkalnya dengan mengatakan semua akan baik-baik saja, tapi Sasuke tahu jika keadaan buruk sebentar lagi akan terjadi pada wanita itu. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain mengangguk lemah. "Katakan." ucapnya lebih terdengar seperti sebuah bisikan.
"Aku ingin kau menikahi seseorang setelah kepergianku. "
Rahang Sasuke mengeras, emosi yang susah payah ia tahan kini kembali muncul ke permukaan—hampir." Aku—"
"Tidak, Sasuke- kun." Wanita itu menggelengkan kepalanya, menyuruh Sasuke untuk diam. "Aku belum selesai. Dengarkan aku." Entah kenapa napasnya terasa semakin memberat dan dadanya terasa semakin sesak setiap detiknya. "Aku ingin kau menikahi sahabatmu, sahabat kita. Setidaknya aku bisa mempercayakan anak kita padanya. Aku yakin dia akan menjadi ibu yang baik untuk Himawari."
"Hinata! "
"Hanya itu keinginanku sebelum aku meninggalkan kalian." Hinata mengalihkan pandangannya dari Sasuke pada bayi kecil mereka. Ia tak sanggup melihat pria yang dicintainya terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE DAY (Selesai)
FanfictionA Sasusaku fanfiction Satu hari, hanya satu hari. Bisakah aku memiliki seluruhnya dirimu? Bukan hanya ragamu, tapi juga hatimu. Februari, 2020.