ONE DAY - 3

3.3K 356 86
                                    

" Ada yang ingin kau bicarakan denganku, Ino?"

Haruno Sakura menatap sahabat berambut pirang yang kini tengah duduk santai seraya menyeruput minuman dingin seolah wajah sebal yang ia tampilkan bukanlah masalah yang berarti.

Bukannya ia tidak senang dengan kehadiran sahabat terdekatnya, hanya saja, wanita cantik yang memiliki paras bak boneka barbie itu sudah hampir setengah jam di rumahnya tanpa mengatakan apa pun. Hanya duduk manis, menyeruput minuman yang ia suguhkan, dan menatap ke arahnya seolah ingin mengatakan sesuatu namun tak satu kata pun yang keluar dari celah bibir berpoles lipstik merah darah itu.

"Babi, aku bertanya padamu!" Sakura menaikkan suaranya, mulai merasa kesal. Itu terlihat jelas dari sepasang alis merah mudanya yang saling bertaut.

Detik itu juga, Ino terkekeh. Menurutnya, ekspresi kesal yang ditunjukkan oleh Sakura benar-benar lucu. "Aku hanya ingin mengunjungi sahabatku," ujar Ino dengan kikikan pelan. "Sudah dua hari aku tak melihatnya, aku takut dia melompat dari atas gedung tertinggi di kota ini. Aku cemas." Perempuan bersurai panjang itu mengakhiri penjelasannya dengan satu helaan napas panjang.

Sakura tahu jika dari SMP Ino paling senang membuatnya kesal, dan kelakuan perempuan itu sama sekali tidak berubah meski mereka sudah berusia tiga puluh.

Ia mendengus, memilih untuk menyandarkan tubuhnya pada bantalan sofa yang lembut. "Kau sedang mengejekku atau mencemaskanku?"

" Tentu saja aku mencemaskan sahabat merah mudaku, "jawab Ino cepay. "Aku yakin ada yang ingin kau ceritakan padaku saat ini. Benar, kan?" Ino menaik-turunkan alisnya, bermaksud menggoda sahabatnya. Lagi.

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Aku?" Sakura menunjuk dirinya sendiri. "Tidak. Kurasa tidak ada." Rambut Sebahunya terayun saat Sakura menggeleng dramatis. "Tidak ada yang ingin aku bicarakan padamu saat ini. "

" Kau yakin? "

" Tentu. Aku tak pernah seyakin ini selama hidupku."

Anggukkan mantap dari Sakura membuat Ino tersenyum sumringah. Sahabat musim semunya terlihat baik-baik saja, dan ia bisa bernapas lega sekarang.

" Baiklah, aku percaya padamu. "

Sakura hanya mengangkat alisnya, memberikan Ino pandangan menyelidik. "Apakah kau kemari dikirim oleh Kakakku? "

Ino tersenyum tanpa dosa hingga memamerkan deretan gigi-gigi putihnya yang rapi. Hal itu sudah cukup menjadi jawaban dari pertanyaan yang Sakura ajukan.

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Sakura kemudian. Sudah lumayan lama ia tidak bertemu dengan kakaknya. Sepertinya, terakhir kali mereka bertemu sekitar dua bulan lalu, dan ia sedikit merindukan kakaknya sekarang.

" Kau adiknya, b*doh! Seharusnya kau yang lebih mengetahui keadaan kakakmu. "

"Kau juga kekasihnya,"  balas Sakura seraya mengangkat bahu. "Kau juga pasti mengetahui keadaannya."

Ino mendesah dengan wajah yang memerah entah karena apa. Yang pasti, sekarang pipinya terasa panas. "Dia ingin menemuimu, tapi masih sibuk. Tapi, ya, dia baik-baik saja," katanya mencoba bersikap santai.

"Ah, aku hampir melupakan satu hal" Ino kembali berseru semangat ketika ia mengingat sesuatu. Suatu asalan tentang alasan kenapa ia mengunjungi Sakura. "Sakura, aku—"  Perkataan Ino terhenti saat tangannya  mengusap lembut perutnya yang masih rata, menatap Sakura yang kini menutup mulut tak percaya.

"Berapa minggu? " tanya Sakura antusias. Perempuan itu  mengulas senyum bahagianya. Namun, tatapan matanya terlihat berbeda.

Jujur, sekarang ini ia merasakan kembali dadanya yang berubah sesak. Air matanya mulai menganak-sungai melewati pipi. Bisakah ia menjadi seperti Ino suatu saat nanti?

ONE DAY (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang