A3

1.2K 45 5
                                    

Makan malam pun berjalan dengan hikmat, tak ada obrolan, hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring. Kini semuanya kumpul diruang tamu, berbincang-bincang mengenai bisnis yang sedang dijalankan.

Lia menatap suaminya yang sedang asik mengobrol, lalu beralih pada Tania dan Arga yang sibuk memainkan ponsel masing-masing.

"Nak Satya,"

Arga menegakkan tubuhnya saat Lia memanggilnya. "Iya, Tan?" Sahutnya ramah.

"Sudah kenal Tania sebelumnya?"

Arga menoleh sekilas pada Tania yang menundukkan kepalanya. "Sudah, Tania kan adik kelas saya disekolah."

Tania mendongak menatap Arga. Pandangannya bertemu, buru-buru Tania mengalihkan pandangannya.

"Loh, Tania tadi bilangnya gak kenal sama Satya. Kamu gimana sih, Tan? Bohong sama Mama." Kini Lia menatap putri kesayangannya itu.

"Issh, Tania kan taunya dia Kak Arga." Ucap Tania dengan wajah cemberut.

"Kak Arga?"

"Emm, sebenarnya nama saya itu Arga Satya Leonard. Teman-teman biasa memanggil saya Arga, dan cuma Ayah yang memanggil saya Satya." Ucap Arga seraya tersenyum kecil.

Lia berohria lalu menganggukkan kepalanya pelan. "Jadi, Tante manggilnya Satya atau Arga?"

"Senyamannya Tante aja."

"Yaudah, Tante panggil Arga aja, ya."

Arga menganggukkan kepalanya.

"Gimana, siap menikah dengan anak Tante?"

Arga menatap Lia lama lalu pada Herlan dan juga ayahnya, terakhir menoleh pada Tania yang lagi-lagi tengah menundukkan kepalanya.

"Insya Allah, Arga siap."

Lia tersenyum lembut. Herlan yang sedari tadi memperhatikan angkat bicara.

"Bisa ikut Om sebentar?"

Arga melirik pada Johan yang kini menepuk pundaknya pelan seraya tersenyum, seolah menyuruhnya untuk ikut dan semua akan baik-baik saja.

"Baik, Om."

🏀🏀🏀

Tania menegakkan tubuhnya saat sebuah mobil memasuki pekarangan rumahnya. Berjalan mendekat lalu membuka pintu mobil setelah mendapat isyarat dari dalam.

"Sorry telat,"

Tania melirik Arga sekilas lalu memandangi jalanan di depannya. "Tak masalah."

Hening. Tak ada yang memulai obrolan. Arga sibuk memperhatikan jalan dan Tania kini sibuk dengan ponselnya.

Mengurangi kecanggungan, Arga menyalakan musik dan itu berhasil saat ia mendengar Tania yang ikut bernyanyi meskipun suaranya terdengar sangat pelan.

Sampai didepan gerbang sekolah Tania tiba-tiba waspada. Tangannya meremas rok abunya dan itu tak luput dari perhatian Arga.

"Kenapa?" Tanya Arga melihat Tania yang gusar.

"Emm, Tania turun disini aja ya kak."

"Diparkiran aja, tanggung. Abaikan saja mereka." Ucap Arga seolah tau apa yang Tania waspadai.

Tania hanya mengangguk pasrah. Ia harus menyiapkan mentalnya karena gosip besar pasti akan terbit dan menggemparkan seantero sekolah.

Tepat mobil berhenti diparkiran, beberapa siswi yang tau mobil itu punya Arga memekik riang. Seperti seorang fangirl yang kedatangan idolanya.

Tania menatap Arga dalam, "Kak..."

"Gakpapa, ayo keluar." Masih dengan suara dinginnya, Arga keluar lebih dulu disusul Tania.

Suara-suara pekikkan para siswi seketika lenyap entah kemana. Semuanya terdiam dengan wajah kaget dan menatap Tania tajam.

"Ayo!"

Tania tersentak lalu berlari mengikuti Arga yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkannya.

Sesampainya di kelas, Dona dan Shila langsung menerjangnya dengan beberapa pertanyaan.

"Tan, Lo kok bisa bareng sama Kak Arga?" Tanya Dona penasaran.

"Iya, Tan. Kok bisa?" Timpal Shila.

"Emm, nanti aja ya ceritanya." Ucap Tania hati-hati, takut Dona dan Shila marah.

Shila menghela napas pelan lalu merangkul bahu Tania. "Santai aja, gue cuma khawatir sama lo."

"Iya, Tan. Kita gak akan marah kok, gue tau lo pasti butuh waktu." Ucap Dona.

Tania tersenyum senang. "Makasih, ya."

🏀🏀🏀

Brakk!

Uhhuk! Uhhuk!

Tania yang sedang minum seketika tersedak saat seseorang menggebrak mejanya. Tenggorokannya terasa sangat sakit dan perih hingga membuat matanya berkaca-kaca.

Semua pengunjung kantin seketika heboh berbisik-bisik.

"Tan, Lo gak papa?" Tanya Shila khawatir seraya menepuk punggung Tania pelan.

"Heh! Lo kalo mau ngagetin kira-kira dong. Temen gue kesakitan karena kesedak air." Dona menatap sengit pada cewek dihadapannya yang tadi menggebrak meja.

"Gue gak punya urusan sama lo ya, minggir!" Cewek itu mendorong bahu Dona kencang hingga membuat Dona mundur beberapa langkah.

"Eh, Mela. Maksud lo apaan dorong-dorong Dona." Shila maju menatap Mela benci.

"Ck, jadi lo berdua kacungnya tuh bocah?"

"Jaga ya omongan Lo!" Dona bersiap menyerang Mela, namun ditahan Tania.

"Jangan, mending kita kembali ke kelas. Jam istirahat udah mau selesai." Tania menarik tangan Dona dan Shila.

Baru berjalan beberapa langkah, rambut Tania ditarik dari belakang membuatnya mendongak dan meringis kesakitan.

"Ahhk!"

"Tania!" Pekik Dona dan Shila bersamaan.

"Sialan, gue belum ngomong sama lo." Mela menatap tajam Tania seraya mencekal pergelangan Tania kuat.

"Hiks! Sakit..."

"Sakit ya? Uuunch kasian." Mela terkekeh lalu menatap tajam tania. "Ada hubungan apa lo sama Arga?"

Tania menundukkan kepalanya seraya terisak.

"Jawab!?" Bentak Mela seraya menyentakan tangan Tania.

Dona yang siap menyerang Mela terbelalak kaget saat gadis itu sudah terduduk dilantai karena didorong seseorang. Ia terkejut bukan main saat melihat Arga berdiri tepat disamping Tania dengan tatapan dinginnya.

Tanpa bicara, Arga membawa Tania keluar kantin meninggalkan kehebohan yang kini kian menjadi.

Tbc...

ARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang