Hujan turun saat aku dalam perjalanan pulang kerumah. Aku terpaksa berteduh didepan sebuah toko yang sedang tutup. Sekarang jam empat sore dan jalanan sudah sepi. Aku tidak tahu kalau dikota ini jalanan sudah sepi saat sore dan hujan turun.
Sudah satu Minggu sejak aku pindah ke kota ini. Tidak bisa dibilang begitu juga, karena keluarga tidak ikut serta. Aku datang ke kota ini sendirian dan tinggal dirumah nenek untuk melanjutkan sekolah.
Aku tidak suka hujan karena cuaca menjadi dingin. Berulang kali aku merapatkan jaket karena kedinginan. Hujan turun semakin deras, dan langit kian gelap. Masih ada dua jam tersisa sebelum malam tiba, tapi matahari sudah menghilang lebih awal.
"Hei! Ara!"
Seseorang berteriak memanggil namaku. Aku menoleh ke asal suara. Diseberang jalan, tepatnya di depanku, Hana berdiri dibawah guyuran hujan. Dia melambaikan tangan kepadaku. Aku balas melambaikan tangan sebelum Hana berlari menghampiri ku.
Saat Hana tiba di hadapanku, aku dapat melihat dengan jelas keadaannya. Dia basah kuyup, dan sepatunya dipenuhi lumpur.
Hana adalah orang yang paling kukenal dikota ini. Alasannya mungkin karena dulu kami selalu bermain bersama saat aku menghabiskan masa kecilku dengan tinggal dikota ini sebelum aku pindah.
"Sedang apa?" Tanyanya.
"Berteduh."
"Kenapa tidak lari saja? Rumah nenek mu kan, tidak jauh lagi."
"Aku tidak suka berada dibawah guyuran hujan."
"Sepertinya hujan tidak akan segera reda. Ayo, kita lari saja dan pulang."
Sebelum Hana menarik ku untuk berlari, aku menolaknya dengan cepat.
"Tidak. Ayo tunggu sebentar lagi, hujan pasti akan segera reda."
Mungkin karena Hana tidak ingin meninggalkan ku sendirian, dia ikut berteduh bersamaku.
"Kau tadi dari mana?"
"Berjalan-jalan, sudah lama aku tidak melihat kota ini dan ternyata sudah banyak perubahan. Kalau kau sendiri habis darimana?"
"Alun-alun."
Hana berjongkok dan memeluk kedua kakinya. Dia menciptakan genangan kecil disekitarnya dengan air yang menetes dari pakaiannya.
"Ara, kenapa kau pindah ke kota ini? Bukankah kota tempat kau tinggal adalah kota yang besar dan sangat maju."
"Bagiku kota itu sudah tidak asik lagi. Makanya aku pergi."
"Aku dengar kau baru saja kehilangan teman baik mu."
Nenek pasti sudah cerita banyak pada Hana, atau dia yang bertanya hingga nenek harus bercerita. Gadis ini memang ingin tahu banyak hal.
Aku ikut berjongkok disamping Hana. Dia menatapku, aku dapat melihat bibirnya bergetar karena kedinginan, tapi matanya menatapku dengan sorot penasaran.
"Sudah satu tahun berlalu, dan itu bukanlah waktu yang sebentar."
~
Dulu, tepatnya satu tahun lalu, aku mempunyai seorang teman yang seperti kakak laki-laki. Namanya Jun, dia seorang pria dengan kepribadian yang ceria. Jun dan aku sudah dekat sejak kami masuk sekolah dasar. Kami selalu bersama. Pergi ke sekolah, belajar, dan bermain. Hari-hari yang kami lalui bersama sangat menyenangkan.
Sampai saat kami naik ke kelas 5SD, Jun didiagnosa mengidap tumor otak. Sejak saat itu, kami jadi jarang bersama. Karena Jun tidak pergi ke sekolah lagi, dia hanya home schooling, dan Jun harus sering pergi untuk kemoterapi.
Tapi tidak sampai disitu. Saat kami naik ke kelas 2SMP, kondisi Jun semakin memburuk, dan dia harus dirawat dirumah sakit. Semuanya semakin berubah sejak saat itu. Tidak ada lagi hari-hari menyenangkan.
Dan, seakan semua itu belum cukup. Jun meninggal dunia setelah hampir satu tahun dirawat dirumah sakit. Lalu, semuanya, benar-benar menjadi tidak sangat menyenangkan.
~
"Sepertinya hujan akan turun lebih lama lagi. Sekarang sudah jam lima sore. Kau mau menunggu sampai malam? Lebih baik kita pulang dengan lari saja."
Kami sudah menunggu selama satu jam dan hujan tidak kunjung reda. Bahkan pakaian Hana sudah lembab dan rambutnya sudah kering.
"Ara, kau tahu? Kalau daerah ini sangat angker. Sebentar lagi malam tiba, dan hantu-hantu akan berkeliaran. Kau mau bertemu hantu?"
"Kau bohong."
"Untuk apa aku bohong. Kau lihat, tidak ada orang yang lewat dari tadi."
Aku memperhatikan sekitar, jalanan benar-benar sepi. Memang tidak ada orang yang lewat sejak aku berteduh. Tanpa sadar, aku mulai merinding sendiri.
"Kau tidak suka lumpur?"
"Aku tidak suka, itu kotor."
"Tapi kau lebih tidak suka hantu kan? Jadi, berlari saja selagi kau bisa."
Hana mulai berlari dan kembali diguyur hujan. Karena aku tidak suka hantu, jadinya aku ikut berlari bersama Hana. Kami berlari kecil dibawah derasnya hujan. Dan aku harus merelakan sepatuku dikotori oleh lumpur.
"Hei, Ara, kau masih harus melanjutkan ceritamu tadi, mengerti!"
Aku hanya mengangguk menimpali perkataan Hana. Karena bagiku, hujan dan lumpur lebih mengganggu daripada tuntutan Hana agar aku menceritakan kisah ku bersama Jun.
"Cepatlah, sebelum hantu-hantu mulai berdatangan!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Perpisahan Di Musim Hujan
Short StorySebuah cerita pendek tentang kehilangan seorang teman.