5#Keinginan

9 2 0
                                    

Sore ini hujan turun lagi saat aku sedang berada di dalam sebuah toko kue. Tadinya hanya berupa rintikan kecil, tapi saat aku selesai membeli kue hujan turun menjadi deras. Jadinya, aku berada disini, didalam toko kue sambil melihat hujan turun.

Saat aku yakin sudah berdiam selama lebih dari 10menit handphone ku berdering, ibu menghubungi ku. Aku menjawab panggilan tanpa mengalihkan pandangan dari curah hujan.

"Halo, ibu, ada apa?"

"Ara, sekarang ini kau ada dimana?"

"Di toko kue."

"Datanglah kerumah sakit sekarang juga."

"Tidak bisa, hujan turun sangat deras aku akan tunggu sampai reda. Katakan pada Jun aku akan datang jadi, bersabar dan tunggu saja aku."

"Jangan menunggu hujan reda, Ara, Jun, kondisinya memburuk dan sekarang dia sedang ditangani dalam keadaan kritis."

Suara ibu terdengar bergetar dan aku tidak dapat mendengarnya dengan jelas karena terlalu fokus pada curah hujan.

"Apa yang ibu katakan?"

"Jun, saat ini dia sedang kritis, ibu tidak tahu apa yang akan terjadi. Jadi, Ara, cepatlah datang sayang."

Kali ini aku mendengar suara ibu dengan jelas. Tapi aku tidak dapat mencerna perkataan ibu untuk sesaat. Sampai suara gemuruh terdengar, aku pun sadar kalau Jun sedang tidak baik-baik saja. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari keluar dan tidak menghiraukan hujan yang mulai membasahi ku.

Aku berhasil memberhentikan sebuah taksi setelah dua menit berlalu. Aku rasa akan tiba dirumah sakit dengan cepat karena jaraknya tidak terlalu jauh dari toko kue yang baru ku singgahi. Tapi ternyata aku salah, aku terjebak macet saat sebentar lagi akan tiba dirumah sakit.

"Kenapa macet disaat hujan deras?" Keluhku.

"Saat ini jamnya orang pulang kerja, dik." Ujar sopir taksi menanggapi keluhan ku.

Karena aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku memutuskan untuk berlari saja menuju rumah sakit. Walau aku benci berada dibawah guyuran hujan, aku tetap berlari. Bahkan, aku berlari lebih cepat dari biasanya.

Sampai dirumah sakit, aku tidak tahu apa yang telah terjadi. Tetapi, melihat ibu dan ayah Jun yang saling berpelukan dan menangis, melihat wajah dokter dan suster yang muram, dan ibu yang menghampiri ku sambil menangis. Aku, sudah mengerti apa yang telah terjadi.

"Ah, Ara, kenapa lama sekali?"

"Hujan dan macet. Ibu, apa yang terjadi? Semuanya baik-baik saja? Bagaimana keadaan Jun?"

Ibu memegang kedua bahuku dan menatapku, dia menundukkan kepalanya sebentar sebelum kembali menatapku, menarik nafas berulang kali lalu bicara dengan suara bergetar.

"Jun, sudah meninggal. Jun, sudah meninggalkan kita untuk selamanya sayang."

"Apa maksud ibu? Katakan dengan jelas?"

Aku pikir aku salah dengar atau ibu yang salah bicara, tapi saat ibu kembali mengatakan kata-kata yang sama. Saat itu juga, seakan seluruh duniaku hancur saat mendengar perkataan ibu. Kakiku menjadi lemas, tubuhku merosot jatuh. Ibu langsung memelukku dengan erat masih dengan menangis.

"Kuenya." Ucapku lirih.

Aku membuka kantung plastik yang berisi kue dan melihat kuenya.

"Kuenya, ibu, kuenya hancur. Ini kue untuk merayakan ulang tahun Jun, hari ini Jun ulang tahun. Tapi kuenya hancur saat aku berlari tadi. Bagaimana ini, aku tidak bisa memberikan kue ini lagi pada Jun."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perpisahan Di Musim HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang