June, 10th 2014

236 12 0
                                    

Hari ini, untuk kesekian kalinya aku berpindah rumah. Sebelah selatan Dunfess. Entah daerah apa namanya. Yang aku tahu, seperti yang sebelum-sebelumnya, rumah ini pasti tidak normal. Sekurang-kurangnya telah dibangun satu abad yang lalu. Atau dijual karena suatu hal. Tapi jika dilihat dari daerah yang kami tuju, anggapan-anggapan itu mungkin anggapan yang wajar.

Ibu dan ayah memang menyukai rumah-rumah tua tanpa pernah tahu aku selalu tersiksa dengannya. Perasaanku kali ini tidak enak. Biasanya, aku senang menyelesaikan kasus. Tapi sepertinya yang kali ini berbeda. New home, I'm coming.

Lizz, June 10th 2014.

Aku menutup buku harianku. Ibu masih mengobrol tentang masalah pekerjaannya dengan Ayah. Hujan gerimis perlahan turun dan membuat jalanan ini menjadi lebih menakutkan.

"Dad, masih lamakah?" Tanyaku bosan.

"Mungkin sekitar 3 kilometer lagi" Jawab Ayah.

"Kenapa, sayang? Kau lapar?" Tanya Ibu yang membalikan badannya menghadap aku.

"Tidak. Hanya bosan" Jawabku asal.

Hening kembali membuatku bosan dengan perjalanan ini.

Dad menginjak rem secara mendadak dan membuat tubuhku hampir menubruk kursi depan. Aku tahu apa masalahnya, dahan pohon besar menghalangi jalan kami.

"Dad? kau tidak berfikir untuk menyuruhku memindahkannya kan?" Tanyaku langsung.

"Maaf tapi sepertinya iya. Mom kan sedang tidur, kau lihat?" Jawab Ayah. Oh yeah. Ini semakin bagus saja.

Aku menghela napas berat lalu keluar mobil. Angin dan air hujan dengan cepat menyerbu tubuhku. Aku merapatkan coatku lalu mengangkat dahan yang cukup besar itu menjauh dari jalanan.

Hey, tapi ada yang ganjil. Bahkan tidak ada pohon yang cukup besar di pinggir jalan untuk menghasilkan dahan sebesar itu. Mendadak aku merasa takut. Ah. Aneh, harusnya aku tidak peduli.

"Kau sudah selesai, Lizz?" Teriak ayah dari dalam mobil.

"Ya!" Jawabku lalu memasuki mobil.

"Ada-ada saja. Padahal angin tidak cukup besar untuk menumbangkannya" Komentar Dad saat ia mulai meneruskan perjalanan.

"Dan tidak ada dahan sebesar itu yang mungkin jatuh dari pepohonan pinggir jalan" Aku menghembuskan nafas berat.

"Dad, bukankah ini seperti sebuah larangan?" Tanyaku meminta pendapat Dad.

"Kau terlalu banyak menonton film" Komentar Dad.

Justru karena itu aku jadi berpengalaman untuk mengetahui tanda-tanda larangan, batinku.

-Crack It Jn1014-

Aku menarik dan menghembuskan nafas perlahan saat jendela kamarku dibuka. Udara daerah pinggir kota.

Sejujurnya, model rumah ini tidak terlalu buruk. Aku menyukainya. Terletak di hook. Rumah kayu berwarna putih elegan dan sederhana. Dengan halaman seluas lapangan bola.

Dan yang lebih menariknya lagi, aku mendapat kamar rooftop! Bukankah itu keren?

Tapi tubuhku yang kelelahan memaksaku untuk tidur. Apalagi dengan kasur beranjang kayu dengan seprai putih ini.

Aku menghempaskan tubuhku ke ranjang. Ini sungguh nyaman.

MULTI MEDIA PICTURE: LIZZ

Crack It!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang