5st

3.4K 415 34
                                    

Harapan palsu. Satu kata yang mampu Renjun terus renungi, apakah selama ini ia hanya berharap pada khayalan saja? Karena dirinya merasa jika Jeno berada di luar khayalannya. Sulit digapai tetapi mudah tuk dirasa bayangannya.

Di pojok ruangan perpustakaan, cowok manis itu duduk bersandar di dekat jendela. Memandangi pohon rindang hijau menari bersama angin, cahaya matahari siang yang tak begitu terik. Suara tenang dari udara perpustakaan membuat suasana hatinya tenang. Sejenak melupakan sosok Lee Jeno.

Di telinganya terpasang earphone kuning pemberian ibu panti, karena jasanya telah mengajari anak-anak panti belajar banyak hal. Alunan ritme beraroma ballad dari artis favoritnya menemani siangnya kala itu. Renjun diam. Air mata sudah mengantri untuk keluar dari pelupuknya.

Kenapa ia harus jatuh cinta pada Jeno? Mengapa bukan Jaemin? Menanggung sakit yang terus-terusan sejak satu tahun yang lalu, awal pertama mereka mendapat kelas yang sama di SMA.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di sebuah tribun penonton lapangan sekolah, dua sahabat tengah duduk. Memandangi angin tipis menerbangkan debu di tanah.

"Lo nembak Jaemin memang karena lo suka atau beneran cinta?" pertanyaan skeptis itu membuat Jeno sejenak terdiam, kembali berputar mengapa ia menembak Jaemin bukan Renjun?

Jeno menoleh pias, rambutnya tertiup angin siang di naungan mendung. "Mungkin.. gua sebatas suka sebab kagum. Lo tau, debaran yang gua rasakan waktu bersama Renjun itu berbeda dibanding dengan Jaemin,"

"Debaran kayak apa?" Mark menyipitkan matanya yang diterpa angin juga cahaya sinar matahari memantul ke lapangan.

"Jauh lebih fantasi juga menggelitik. Bukan debaran main-main, kalau sama Jaemin rasanya biasa aja, nggak ada menggelitik. Berbeda sama Renjun, tapi mau gimanapun juga gua gak suka sama dia."

Mark tersenyum geli. "Lo boleh bego, tapi jangan dipamerin lain kali! Bikin malu diri lo doang, Jen."

"Maksud lo?"

"Apa yang lo rasain waktu Renjun habis berantem dan penuh luka?"

"Perih di sini," Jeno menyentuh dadanya.

Mark tersenyum kilas, "Kalau Renjun dekat sama Bangchan, apa yang lo rasakan?"

"Gak rela, gua gak suka Renjun disentuh sama orang lain."

"Kalau lo di dekat Renjun atau lagi menatap cowok manis itu, lo gimana?"

"Jantung gua berasa mau garap sawah pake ulet. Gak selow sih, haha." Jeno tertawa hambar.

"Menurut lo, Renjun lebih cocok jadi Princess Joseon atau Belle?"

"Joseon. Karena lebih tertutup. Gua gak suka Renjun pake baju terbuka."

"Pandangan lo tentang Renjun,"

"Dia manis, cantik. Dan dia adalah Renjun."

"Bagus, kapan-kapan jangan lupa buat nembak Renjun sebelum keduluan sama Bangchan! Gue ke lab dulu." Mark bangkit kemudian menuruni tribun dengan tangan yang dimasukkan ke saku depan. Meninggalkan Jeno bersama ribuan pemikiran acak.

"Gua gak mungkin suka Renjun.." gumam Jeno, menatap lurus ke arah lapangan.







.

XII IPS 3, 31 Oct 2019

©NjunJean ft. ©Kdywifeu

PHP ™NoRen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang