prolog

1K 95 21
                                    





"Aduh sialan!"

Orang yang baru saja mengumpat itu, sebut saja namanya jiya. Dia selalu terbangun karena bermimpi

Entah terbangun pada jam satu malam, dua malam jam tiga dan seterusnya.

"Mimpi. Gue benci mimpi!" katanya sambil mengacak rambut frustasi







***

"Semalam lo mimpi lagi?" tanya teman jiya, dia bernama yera

"Iya" jawab jiya dengan tatapan malasnya

"Ceritain dong hehe"

Mau tidak mau jiya pun menceritakan mimpinya kepada yera, dari awal sampai ke akhir

"Lo udah pasti tau kan anggota geng bermuda yg namanya hyunjae?"

"Ya jelas tau lah, geng famous sekolah kita ini" jawab yera semangat

"Dimimpi gue dia nolongin gue yg hampir ketabrak mobil, terus gue merasa berhutang budi sama dia, eh dianya memanfaat kan hutang budi gue dengan nyuruh gue jadi babunya" jelas jiya panjang lebar dan yera mengangguk tanda mengerti

"Wah keren, endingnya bakalan bagus kayaknya"

"Keren apaan? Mimpinya cuman sampe situ doang."

Yera merasa kecewa

Setelahnya bel masuk pun berbunyi, pelajaan pertama diawali dengan pelajaran matematika pelajaran yg paling tidak disukai beberapa murid termasuk jiya

"Matematika kita jamkos" kata ketua kelas satu kelas langsung senang bukan main

"Serius jamkos? Eh tapi lo kok sedih gitu?" tanya eric

"Iya jamkos, soalnya guru matematika kita meninggal" kata si ketua kelas dengan nada dan raut wajah yang sedih

"HAH?!"

Anak anak di kelas yang mendengar perkataan si ketua kelas tentu saja kaget.

Seketika suasana kelas sepi, banyak yang bersedih kenapa guru matematika mereka pergi secepat ini

Apalagi yang banyak berbuat dosa pada guru matematika tersebut kayak si haknyeon misalnya, yang suka makan di jam pelajaran matematika

Mengingat dosanya haknyeon menangis

"Teman teman ayo kita semua berdoa buat guru matematika kita" kata ketua kelas

Satu kelas pun kompak untuk mendoakan guru matematika mereka yang baru saja meninggal

Berdoa pun selesai, haknyeon sudah tidak menangis lagi karena ditenangkan oleh sunwoo

Sedangkan hwall dia belum selesai berdoa padahal yang lain sudah selesai daritadi.

Disisi lain sepertinya jiya hendak memberitahukan sesuatu pada teman sebangkunya, yaitu yera

"Yera lo tau gak sekitar dua hari yang lalu gue mimpi apa?"

"Hah mimpi apaan emang?"

"Lo lupa?"

"Iya gue lupa" yera cengengesan

"Gue mimpi guru matematika kita meninggal"

Yera terdiam begitu juga dengan jiya

"MIMPI LO JADI NYATA!" heboh yera yang membuat satu kelas langsung menoleh kearahnya

"Gausah nyaring nyaring juga"

"Maaf" yera cengengesan lagi "Intinya mimpi lo itu jadi kenyataan" jiya mengernyitkan dahi mendengar perkataan yera

"Gue gak yakin" kata jiya

"Kita liat aja mimpi lo semalem dalam beberapa hari kedepan bakal jadi nyata atau nggak"

Precognitive Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang