#09 Badai

39 1 2
                                    

      Bau harum tanah yang terbasah oleh rintik hujan, membuat siang itu terasa damai adanya. Aku dan team mengambil mantel untuk sekedar melindungi baju dan carier agar tidak basah haha rasanya seperti Pingwin warna-warni saat itu, tidak lama kami menyelipkan candaan di setiap break, lalu team memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan santuy, dan tetap tidak memisah seperti biasa pengangkut tenda diluan jalannya. Perlahan butiran kristal itu berubah menjadi butiran yang lebih besar seperti mutiara, suasana semakin dingin matahari tidak tampak di langit, hanya ada awan abu-abu saja diatas. 

Aku: "Banggg ..... ini masih jauh ke post 3 nya ?" teriak ku

Harry: " Engga de, dikit lagi nyampai" ucapnya

yayaya ... itu seperti kalimat sederhana tetapi membuat semangat, hem pendaki pasti tau lah  ya. Hujan tidak ada berhenti sedari tadi, suhu tubuh ku mulai menurun terasa lembab sekali, sepatu dan kaus kaki basah dan jari-jari tangan mulai mengeriput. Tapi aku suka dengan team ini yang sabar menunggu, dan tetap memberi semangat. Setiba dipost 3 ramai sekali para pendaki yang beristirahat disana. Aku duduk sebentar dan sambil mengobrol kecil dengan abang-abangan yang baru aku saat itu.

Ofra: "De lihat itu, sabana 1" sambil menunjuk ke arah kiri ku

Aku: " Kita lewat situ?, mana sabana nya" sambil menaikan alis

Harry: "Ya di balik tanjakannya lah" jawabnya

Prida: "Bang seriusan deh, itu tinggi banget, itu kemiringannya berapa drajat sih ? keknya rida gak sanggup deh kita cam sini aja ya" keluhnya

Harry: "Bisa itu, ntar di bantuin bawa tasnya" jawab bg Harry meyakinkan

Morin: "Sudah ayo-ayo lanjut jangan berhenti terlalu lama nanti makin dingin" teriak bg morin memecahkan perbincangan  kami

Kali ini aku ngelewatin track yang belum pernah aku lewati sebelumya untuk melewatinya aja harus di bantu dengan tali, mungkin karna tanahnya yang lebur sekali seperti lumpur dan membuat track ini menjadi sangat licin, track ini sudah sangat cukup membuat kaki gemetar dan tenaga ku habis buat narik tubuh ku sendiri keatas, hujan pun kembali deras setelah kami melewati tanjakan tersebut, setiap berbicara dengan yang lain pasti selalu teriak-teriak karna air yang jatuh kemantel membuat kami auto tuli hehe, sambil berjalan menuju sabana 1 kami bernyanyi lagu legend naik-naik kepuncak gunung supaya menyemangati diri sendiri. Tapi kali ini tenagaku sudah habis yang  tersisa tingga 10% saja, wajah kk prida berubah menjadi sangat pucat, kali ini aku menyerah dan membujuk agar kami ngecam di sabana 1 saja. Tetapi Bg Morin tau betul kami akan sanggup sampai sabana 2 dan menjanjikan akan mendapatkan view yang lebih keren akhirnya aku berusaha buat nguatin diri berjalan lagi, dan lagi-lagi hujan kembali deras. Tangan ku mulai memerah, wajah ku mulai memerah, kaki sudah sangat kaku terasa buat melangkah, sepertinya suhu badanku semakin menurun rasanya aku berucap "Yaallah cukup ini aku naik gunung musim hujan", aku berjalan jauh di depan kk prida, kak prida sudh tidak lagi membawa cerier tetapi jalannya sangat lama sekali mungkin tenaga  nya habis sampai harus perlu dorongan agar tetap berjalan. Dan akhirnya tiba di sabana 2 sekitar pukul 16.40 tidak kelihatan indah karena terutup dengan kabut.

Tenda di buka,kali ini aku tidak ikut membantu karena tangan ku sangat sakit seperti mati rasa. Pernah tidak kaliam megang es batu sekitar 1 menitan saja ? seperti itu rasa dingin tanganku waktu itu. Lalu aku dan kk prida di persilahkan masuk ke tenda bermuatan 2-3 orang untuk mengganti pakaian kami yang basah dan menghangatkan tubuh kami, tidak lama kemudian bg Morin masuk kedalam, langit mulai gelap karena sore itu telah berganti malam, hujan tak kunjung berhenti deras sekali malam itu membuat suasana semakin dingin, bg Morin memaskan air untuk kami dibuatkan susu hangat dan mie instan sebagai pengganjal perut sebelum tidur. Selesai makan dan ngobrol kecil malam itu, kami memutuskan untuk istirahat dan mengoleskan minyk kayu putih sebagai penghangat, memasang sarung tangan dan kaus kaki lalu masuk kedalam kepompong alias sleeping bag. Aku merasa kk prida menggil malam itu dan terlihat jelas perhatian team ini bg Morin langsung menyuruh bg Harry mengambil Almunium blanket di tenda sebelah , jadi almunium ini alat penghantar panas seperti selimut yang di selimuti ke badan lalu di bungkus lagi pakai sb, setiap 5 menit sekali bg Morin rutin manggil kk prida memastikan masih sadar atau tidak. Karena takut kk Prida mengalami Hipotermia, nah hipotermia ini adalah penurunan suhu badan yang bisa menyebabkan tidak sadarkan diri bahkan dampak terburuknya adalah kematian, jadi team harus rutin memastikan agar tetap sadar dan kaki kak prida juga di timpah dengan kaki bg Harry supaya lebih hangat.

Ohya ad yang ingin aku sampaikan nih, ketika kita mendaki alangkah baiknya tenda misah cewek dan cowo tapi karena keadaan yang urgent jadi membuat kami tidur barengan sebenernya sih kalau ada cewek pemula seperti kami di sarankan ada 1 cowok di dalam agar bisa menjaga, dan tetap utamakan tata krama dan sopan di alam yang memang bukan tetap kita tinggal, karena saya percaya di dunia ini makhluk tuhan bukan hanya kita saja. So insyaallah menjadi pendaki yang baik yang bisa menjadi siapa dia dimana berada.


-------

Pagi

Pukul 05.30 kami keluar tenda sbenernya sudah sedari subuh tadi bangun, karena kebelet tapi suasana diluar sangat dingin suhu malam sampai pagi itu hanya 4 drajat celcius kebayang gak sih mau pipis pas nginjak rumpu kaya nginjak es batu. Pagi menyambut dengan embun pagi dan matahari pagi,aku berjalan ke atas sabana yang indah sekali untuk menyaksikan sunrise dan di temani kopi, Masyaallah warna langit jingga seperti emas, merapi terlihat jelas, sabana yang membentang luas membuat ku gak berhenti mengucap ke indahan Tuhan kali ini aku menarik kata-kata ku, dan aku percaya akan ada pelangi setela hujan. Setelah seharian penuh aku bertempur dengan badai di gunung ini rasa sakit dan lelahnya terbayar sudah di pagi ini menikmati golden sunrisenya merbabu membuat ku takjub banyak sekali ke indahan yang gak pernah aku lihat dari kota.

Sekitar pukul 07.00 matahari sudah mengeringin embun" pagi itu, kami memutuskan untuk summit attack kali ini kami hanya berlima saja yang summit dari 12 orang, dan hanya aku wanita. Dan aku yang paling dijaga saat summit sama bg Ofra dan abang-abang yang lain, tidak terlalu lama sampai puncak sekitar pukul 08.30 kami sudah di  puncak, menikmati pemendangan dari atas dan foto-foto bareng, wahh rasanya gak nyangka aja gitu setelah ngelewati badai dan track yang seperti itu aku bisa menapakan kaki di ketinggian 3000an mdpl. Thanks my brother yang udah selalu nguatin aku sampai diatas dan menikmati ciptaan tuhan.


TERIMAKASIH SUDAH SABAR MENUNGGU BAB 9 UP, MAAF AKU UDAH LAMA GAK NGE UP KARENA AKU SUPER SIBUK SEKALI DENGAN TUGAS-TUGAS KULIAH. TETAP STAY SAMPAI AKU TURUN DARI MERBABU DAN SAMPAI KETEMU DIGUNUNG SELANJUTNYA

Beautiful MountainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang