Bosankah kalian melihat aku yang selalu dijebak oleh rindu ini?.
Di malam yang sunyi, kini sepi mulai menghampiriku. Suasana yang selalu tak ku suka, kini memaksaku untuk mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tidak aku katakan padamu. Seharusnya aku pendam saja, ya? Iya kan?.
Ya, bodohnya aku, padahal aku sudah tau, balasan apa yang akan ku terima darimu.
Berani mengeluarkan kata-kata itu, artinya aku berani menyakiti diriku sendiri.
Ya, pasti kalian yang membaca ini, pun merasakan, perasaan yang tak lazim di dunia ini. Yaitu kerinduan yang tak kunjung di obati oleh puannya.Tapi, apakah ia ingin mengobati?
Apakah ia ingin titik temu?
Apakah ia mengerti perasaanku?
Apakah ia mendengar perasaan ini?Ya, pasti ia mendengar, bahwa rumahnya yang menjadi tempatnya berpulang, merindukan sosok kehadirannya disini.
Ini bukan perihal aku membelanya atau tidak, ini sebuah kejujuran, bahwa aku pun merasakan perasaannya, sama sepertiku. Namun, ia memilih untuk bungkam. Ya, memilih tuk bungkam, karena ia mengerti bagaimana keadaan saat ini.Tapi, entahlah..
Aku sedang tak ingin memahaminya saat ini, aku ingin memahami rasa rinduku padanya saja.Ini bukan soal jarak, bukan seperti kisah orang-orang yang sedang menjalin cinta kasih bersama pasangannya yang sedikit dibatasi oleh jarak. Ini soal kemauan, seberapa besar rasa kemauan untuk mencari titik temu yang tepat untuk bertemu dengan kekasihnya.
Bagaimana aku harus mengobati rindu ini sendirian?
Aku ingin didampingi
Aku ingin ditemani
Aku ingin dimengerti
Aku ingin titik temuAku tak suka dibuat kesepian,
Tapi malah dibuat kesepian.Sejatinya aku sepi,
Sepi tanpa hadirmu disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You My World
PoetryKau kuat karena dicintai, setidaknya oleh dirimu sendiri. Publish: 1/11/19