Pencarian dan Pertemuan

22 10 0
                                    

"Rezaa, Donii. Kalian dimana?".

Kata-kata tersebut selalu diucap Anton untuk mencari kedua temannya. Malam semakin larut diikuti juga perasaan khawatir pada temannya. Sudah setengah jam mencari, Anton belum menemukan teman-temannya.

Saat senter diarahkan ke sebuah batu, Anton melihat sebuah sepatu. Saat dicek ternyata itu milik Doni. Anton kaget setengah mati, setelah melihat di depan sepatu tersebut ada kacamata dengan banyak noda darah, milik Reza. Anton semakin panik dan khawatir. Keringat dingin mulai bercucuran bersamaan dengan air mata.

"Kawan, dimana kalian?".

Anton sudah berpikir bahwa ada yang menyakiti kedua temannya tersebut. Tujuannya mencari berubah menjadi menyelamatkan. Ya, ia harus menyelamatkan kedua temannya tersebut, sebelum hal buruk terjadi pada keduanya.

Anton berlari mempercepat pencarian temannya. Di depan matanya, terdapat sebuah rumah besar. Anton mencoba untuk bertanya pada orang di rumah tersebut. Tetapi, Anton menghentikan langkahnya seketika setelah melihat pasangan dari sepatu Doni. "Itu sepatu Doni. Jangan-jangan, mereka di bawa kesini."

Saat itu pula engsel dari pintu depan rumah bergerak. Anton dengan cepat bersembunyi. Sambil mengintip, ia melihat seorang pria kekar bertopeng menuju kandang anjing, sambil membawa sebuah plastik besar dan pisau daging yang besar penuh darah. Anton terus memperhatikan dan... sesaat matanya tertuju pada plastik besar itu. Dadanya sesak, jantungnya terasa berhenti, melihat

Sebuah potongan tangan manusia yang masih memakai jam tangan.

Pikiran Anton semakin kacau. Dia menangis berpikiran sesuatu terhadap teman-temannya. Di saat itu juga, Antin tak sengaja menginjak daun kering dan suaranya terdengar oleh pria tersebut. Anton menjadi panik saat topeng pria tersebut terarah dan mendekat. Anton berlari sekencang mungkin sambil menangis dan meminta tolong.

"Seseorang, tolong saya!!".

Walaupun rasanya tidak mungkin ada yang mendengarnya. Anton menjadi semakin panik mendengar suara di belakangnya. "Hei bocah, kemarilah. Bukankah kau ingin mencari temanmu, hah?!".

Anton tetap berlari dan terus berlari berharap tidak ditangkap oleh pria tersebut.

Sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Kaki Anton tersangkut akar pohon yang membuatnya jatuh dan terikat. Keadaan tersebut di perparah ketika Anton melihat pria itu berlari mendekat kepadanya dengan memegang pisau daging besar penuh darah. Anton terus berusaha melepas ikatan itu. Tetapi rasa paniknya menghancurkan konsentrasinya untuk melepas ikatan.

"Hey, ada apa dengan kakimu itu? Apakah kau sudah lelah berlari? Kalau begitu, mengapa tidak pergi ke rumahku dan beristirahat? Dengan itu kau bisa melihat teman-temanmu kan? Setidaknya untuk yang terakhir kalinya.". "Apa yang kau lakukan dengan teman-temanku? Mengapa kau menculiknya?". "Haha. Untuk apa kau menanyakan itu? Lebih baik kau bergabung dengan para 'daging' itu. Mari, kita akan bebaskan kakimu. Nikmatilah rasanya. Hahaha.". Pria itu berbicara sambil mengangkat pisaunya, menandakan bahwa ia ingin menebas kaki Anton. Anton merasa lemas dan jantungnya ingin berhenti. Ia tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada dirinya dan teman-temannya.

Saat pisau melayang ke kaki Anton. Saat itu juga terdengar
DORR..DORR

Peluru yang terdengar 2 kali menembak itu ternyata mengenai pria bertopeng tersebut dan jatuh mengalirkan darah dari kepala dan dadanya. Anton semakin panik, dan seseorang menghampiri dirinya. "Nak, kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?". Ternyata orang itu yang menembak pria bertopeng dan menyelamatkan Anton dari maut. "Saya baik-baik saja, Pak. Terima kasih sekali sudah menolong saya. Mungkin saya akan mati jika bapak tidak disini.". "Apa yang kau lakukan di hutan ini? Apakah kau sendiri?". "Tidak, Pak. Saya disini bareng teman saya dua orang. Dan mereka ditangkap oleh pria itu. Lalu saya mencoba untuk masuk, tapi saya ketahuan dan dikejar sampai sini. Bisakah bapak membantu saya mencari teman saya?".

House in the ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang