*Note:tidak ada dialog*
Aku seharusnya tak layak berada di dunia, karena aku hanyalah seonggok sampah yang tak berarti. Keberadaan ku hanya sebagai hembusan angin, dimana orang orang mengangap diriku sekedar lewat.
Semua perkataan itu ku tepis, aku merasa semenjak aku bertemu gadis itu, merupakan sosok yang mengingatkan ku akan tuhan, yang selama ini aku tak pernah mengenal tuhan ku sendiri.
Inilah ceritaku, masa lalu ku, dan kenangan ku. Akan kuceritakan kisah ku yang amat menyakitkan kepada kalian, kuperlihatkan kehidupan ku yang dulu, terutama saat ada sosok yang membangun semangat kehidupan ku, walaupun hanya sebentar.
*~~~~*
Ujian kelas sembilan telah berakhir, aku melihat semua temanku lega karena mereka bisa mendapat kan handphone yang telah disita oleh orang tuanya dan merefreshkan pikiran mereka. Tapi tidak dengan ku, aku bahkan tidak belajar sama sekali tatkala ribuan ujian menghampiri angkatan kami. Aku malah sibuk bersama teman nakal ku hingga larut malam, bahkan sampai subuh aku baru pulang ke rumah.
Aku terbuyar dalam lamunanku dan langsung cabut dari tempat ku bersekolah selama hampir 3 Itu. Ku berjalan menyusuri jalan bertanah dan membiarkan wajahku di bawah sinar matahari yang terik, aku terus berjalan hingga aku melihat sebuah bangunan yang memperlihatkan papan-papan sebagai penyusun sebuah rumah sepetak yang tak begitu besar. Langkah ku berhenti tepat di depan rumah tersebut, dimana aku tidur di gubuk itu.
Aku masuk tanpa mengucapkan apapun dan langsung nyosor ke dalam kamar ku, ah mungkin tidak bisa dibilang kamar, karena di ruangan tersebut hanya ada bantal, selimut dan sebuah mobil rusak. Aku melepaskan jaketku dan melempar kan ke arah bantal ku berada.
Sebuah gudang
Aku mengaku bahwa aku bukanlah orang yang pandai bersyukur, bagaimana tidak, kehidupan anak yatim piatu yang tinggal bersama di panti asuhan lebih baik dibanding orang yang 11:12 bernasib sama dengan ku, mungkin ini bukan nasib, tapi takdir.
Aku bukan anak dari broken home, tapi aku berasal dari orang tua yang baik baik saja, mereka saja yang baik kepada orang lain dan berkebalikan sikap mereka padaku.
Saat aku kecil, tubuh mungil ini harus menerima pukulan seorang yang kupanggil ayah, sosok yang kejam dan keras kepadaku, beliau memperlakukan ku seperti seorang budak. Ya, itulah yang kupikirkan tentangnya, karena nya lah aku berbuat hal hal yang kusukai walaupun itu bertentangan dengan nilai moral masyarakat, aku hanya butuh hiburan.
Sedangkan ibuku ialah manusia paling sabar, ia bersabar dalam diam nya, tertekan dengan perintah mutlak ayahku, tapi ia begitu sayang padaku, hingga setiap saat ia terus mengoceh, memikirkan aku, tapi aku tetaplah seorang pria dengan sejuta dosa yang hebat.
Aku menyadari perbuatan ku salah, tapi teman-teman ku juga begitu, biarlah kami masuk neraka bersama-sama, aku hanya pasrah menjalani hidup dengan sesuka hati.
Walaupun begitu, aku mempunyai beberapa prinsip, yaitu hiduplah secara mandiri dan lebih baik menyakiti diri sendiri daripada menyakiti orang lain bukan?
Kisah ku di masa lalu sangatlah pelik, aku di pisah tempat tinggal dengan orang tua dan adik lelaki ku, ke sebuah gudang yang berada di kejauhan kota, sendirian. Kenapa mereka memisahkan aku? Keluarga besar ku? Karena aku berbuat hal yang dilanggar negara, membuatku kecanduan akan nya, karena faktor lingkungan ku yang kotor, dan sudah kupastikan mereka mengucilkan aku, mereka malu mempunyai anggota keluarga seperti aku.
Waktu sudah mulai malam, tapi aku tak bisa tidur, aku selalu tidur jam pagi yang membuatku telat bangun, dan terakhir malas untuk bersekolah, karena lelaki bebas keluar malam, aku memutuskan menaiki motor ku ke tempat biasa aku nongkrong bersama teman-teman.
Tempat yang sangat cocok untuk menghibur ku, setiap malam bunyi musik yang keras membuat semua orang gila, tak bisa dibedakan mana yang manusia dan mana yang setan, semua sama percis, termasuk diriku.
Aku bangga dengan aku yang sekarang, lebih baik menjadi diri sendiri daripada menjadi orang lain, kau harus percaya diri dengan dirimu.
Itulah aku
Yang dulu
Aku mengisap sesuatu lalu keluarlah asap dari mulutku, membuat semua orang gerah dan menutup hidung mereka.
Itulah aku
Setiap malam kuluang waktu untuk menyakiti tangan ku dengan sebuah jarum, hingga lengan tanganku berdarah, lalu kuisap dan kuteguk.
Inilah aku
Yang dulunya dengan bangga aku tunjukkan semua dosa ku kepada orang-orang
Aku memulai kehidupan SMA di pulau lain, dimana kenakalan ku menjadi-jadi, aku mulai bermain perempuan, hingga menjadikan aku seorang playboy, hingga pada akhir nya, aku ditarik kembali ke tempat asalku. Setelah satu semester aku disana, aku mempunyai pacar disana, kini aku harus LDR.
Dan sekarang, aku dimasukkan oleh ayah ku ke sebuah sekolah... Saat itu kelas sepuluh semester 2
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Purpose Of Life
Non-FictionMendeskripsikan catatan kehidupan ku, Rian. . . . "Siapa yang akan menolong mu?" "aku tak butuh ditolong" "menyedihkan.."