Menurutku...
Sekolah ini aneh
Apakah ini penebusan ayahku karena kesalahan nya mendidik anak nya?
Aku tak peduli, tapi aku tak suka dengan sekolah ini. Aturan nya melebihi pesantren, padahal sekolah ini bukan asrama, sekolah militer pun bukan.
Hingga saat aku perkenalan di kelas, karena sekolah ini lumayan mahal, di dalam kelas tersedia 2 kipas angin dan meja dan kursi yang begitu bagus, pasti mahal harganya karena terbuat dari besi (bukan meja lipat)
Dari sinilah cerita menyakitkan dimulai, dimana aku bertemu seorang gadis malaikat, dan aku adalah iblis, perbedaan yang sangat jauh, saat itu aku tak berpikir skenario tuhan untukku...
"Rian, pindahan dari Seberang.. "
Itulah kata awal dariku kepada penghuni di kelas, tak seperti sekolah ku yang dulu, memiliki 30 siswa dalam 1 kelas. Tapi disini, 20 pun tak sampai, memang sekolah tak ada peminat karena keanehannya.
Saat ku duduk, berbeda dengan sekolah ku yang dulu, dimana siapapun anak baru, pasti diajak bergaul dengan gadis maupun bujangan.
Tapi, tak ada satupun yang menyapaku...
Sudah kuduga, tak ada kesenangan didalam sekolah.
Hmm ya, hari itu adalah percakapan ku yang pertama kali dengan seorang gadis, gadis itu merupakan siswi di kelasku. Gadis yang sifatnya sangat mirip dengan ibuku.
Syifa...
Waktu itu pelajaran TIK di Lab komputer, sebagian dari siswa kelasku membawa laptop /notebook termasuk gadis itu. Awalnya aku tak terlalu menyukai nya, hanya sekedar penasaran padanya karena saat itu cuma dialah yang memakai jilbab panjang dibanding teman-temannya. Di sekolah ku yang dulu tak ada satupun siswi yangp mengalahkan panjang jilbab gadis ini.
Tapi satu hal yang kulihat dengan mataku, ia menyukai anime, background laptop nya ialah anime, dan ucapan pertamaku kepadanya ialah,
"kau suka anime?"
Dia menoleh ke arah ku, ia dengan nada ceria mengatakan ia suka, sangat suka. Dan aku mengatakan nya bahwa aku juga menyukai anime. Setelah itu ia langsung membuka folder perfolder dan dilihatkan nya koleksi anime nya.
Karena aku pria yang telah mempacari banyak gadis, dan banyak juga yang kuputusi, jadi mudah saja untuk menggombalinya.
Walaupun aku berniat menggombalinya, firasat ku tidak enak, seperti aku ketakutan akan sesuatu, tapi aku tak panjang berpikir.
Pulang sekolah, aku kembali ke gubuk ku, melempari tas ringan ku, dan segera keluar ke tempat tongkrongan yang biasa bagaikan orang tak betah dengan rumah nya.
Begitulah kehidupan sehari-hari ku, aku sangat bosan dengan dunia ini, dunia ini sangat kejam, membiarkan aku melakukan apa yang kumau. Aku ingin mati mengakhiri kehidupan ku yang pelik, dan amat susah.
Pemikiran ku sangat berbeda dengan orang biasa, karena aku ini sinting seperti topi miring. Setelah beberapa minggu aku bersekolah disana, barulah aku mengetahui sifat dari masing masing penghuni kelas yang sedikit ini.
Terutama perempuan, aku bisa melihat sifat dari masing mereka. Walaupun mereka menyembunyikan aib nya dengan paras dan sikap menipunya, aku bisa tahu. Yang mana yang polos atau sok polos, baik maupun jahat.
Aku teringat akan sesuatu, Syifa. Ia wanita yang lugu dan memiliki percaya diri yang tinggi, tak kusangka ia adalah anak OSIS seksi agama. Selama ini aku mengamati nya, ia gadis yang selalu memberi peringatan dan nasihat kepada orang yang ia katakan teman.
Bagaimana jika aku mencoba untuk mendekati nya dengan perantara chat?
Tentu saja sudah kucoba, aku membawakan topik anime kepada nya lewat l*ne dan sungguh, ia orang yang mengasyikkan. Tapi aku hanya sekali chattingan dengannya, kemudian tak kucoba lagi saat waktu itu diriku masih memegang handphone android.
Kenapa? Karena handphone ku akan kujual, aku menggantikan dengan blackberry, dimana saat itu hp merek blackberry sudah ketinggalan jaman.
Dan dari situlah, tak ada facebook, main di warnet. Sampai-sampai saat kukesepian dirumah sendirian, aku berusaha chattingan dengan Syifa.
Karena aku adalah pria dengan prinsip tunjukanlah dirimu sebenarnya, dari pada melakukan pencitraan. Aku memberi photo tanganku yang habis ku beset dengan menggunakan jarum kepada Syifa.
Apa yang ia katakan? Aku mengingat betul apa yang dikatakan nya...
Ia mengatakan bahwa kenapa aku menyakiti diriku sendiri?
Kubalas begini, lebih baik menyakiti diri sendiri daripada menyakiti orang lain.
Lalu ia mengatakan, "jika kau tak mau menyakiti orang lain, lantas kenapa kau menyakiti dirimu? Apakah di dalam Al-Quran mengatakan daripada menyakiti orang lain lebih baik menyakiti diri sendiri?"
Aku sedikit kikuk dengan perkataan nya, lalu kujawab sepertinya tidak. Karena jika aku tidak melakukan hal semacam ini, hatiku tidak tenang.
"wajar saja kau tidak tenang, apa kau mengingat Allah dengan cara berdzikir atas namanya? Semua apa yang kau lakukan dengan tujuan menenangkan hatimu tapi Allah tak ridha dengan perbuatan mu, maka hal itu sia-sia."
Ini adalah pertama kali aku dibeginikan oleh seseorang, tapi apa yang kulakukan seperti minum, melukai diri, bersenang bersama teman ialah sebuah kesenangan tersendiri.
"ya, itu ialah kesenangan mu, tapi hanya sementara. setelah kau melakukan itu, kau kembali gelisah, dan saat kau gelisah, kau mengulangi hal yang sama. Lihat?"
Itulah kata-kata seorang gadis bernama Syifa, aku ingat semua yang ia katakan padaku, aku bukannya lupa atau tak dengar maupun masuk telinga kanan keluar telinga kiri, melainkan ketika aku melakukan hal hal yang kusenangi setelah obrolan itu, entah kenapa sesuatu melihat ku dari kejauhan, sosok itu membuatku lebih gelisah dan ketakukan menyelimuti diriku...
KAMU SEDANG MEMBACA
Purpose Of Life
Non-FictionMendeskripsikan catatan kehidupan ku, Rian. . . . "Siapa yang akan menolong mu?" "aku tak butuh ditolong" "menyedihkan.."