Sudah kukatakan, aku bukanlah orang yang pandai bersyukur
.
.
.
Dahulu, ayahku sangat keras padaku, entah kenapa semenjak ia membawaku ke sekolah aneh itu ia mulai bersikap agak lumayan baik, ia mengajak ku yang baru ia sadari aku ini anak nya, untuk berjualan di pasar tiap hari minggu.Di dalam hatiku, jengkel. Kenapa tak dari dulu? Gara-gara dialah aku jadi anak setan, aku sangat malas menuruti perintah nya, menurutku ia salah mendidik aku.
Dari hari minggu tersebut, aku mulai mempunyai rutinitas rutin tiap hari minggu, ntar sudah selesai dikasih upah, duit nya buat makan jajan di sekolah.
Hm ya, sudah 1 bulan aku bersekolah di tempat baru, dan pacar ku minta putus, katanya dia gak kuat punya pacar jauh kek aku, pingin nya yang dekat, bisa bonceng bareng, nge date, jalan sana sini dan sejenis nya lah. Ya udah, kita putus, tak lama setelah itu ia dapet pacar, emang cewek ganjen, emang sih karena dia ganjen aku pacari, mana mungkin aku pacari cewe alim kan?
Sampai saat ini aku belum mempunyai teman, baru sebulan sekolah aku udah pandai tidur di lantai saking gak ada yang ngajak ngobrol, udah berani seminggu ada yang bolong gak absen, lalu keterusan 2 hari, 3 hari, 4 hari gak sekolah dalam seminggu. Baring sih ga selalu tidur, telingaku bekerja sangat baik.
Kenapa aku ngelakui hal itu? Karena aku anak baru harusnya di sapa yang baik, bukan malah didiemin, diajak berteman malah ngomongi negatif tentang aku, ya sudah aku bikin segala hal yang bisa bikin aku orang yang buruk, yang sesuai perkataan kalian. Puas?
Malam ini, teman ku datang ke tempat tinggal ku, biasa lah, ia ngajak aku ke tempat hiburan, aku sih oke aja diajak. Karena sedang bosan, mending buat diri ini senang-senang biar terhibur.
Pulang dari itu tepat jam 12, aku gak bawa motor, tapi teman ku, dari sana udah apa saja yang aku lakukan.
Dan aku bangun kesiangan, tapi hari ini aku mau ngetes pergi kesekolah jam 9, apakah para guru disana bakal marah? Kalau marah wajar sih, dan setelah sampai disana tebakan ku benar, aku dimarahi, lalu poin ku berkurang. Ck, kalo gini mending kagak masuk.
Entah kenapa setiap aku masuk ke kelas, pusat perhatian ku menuju ke Syifa, gadis lugu yang belum pernah pacaran, lah aku, mantan tak terhitung, baru putus, nyari lagi. Itulah cowo, walau gak semua kek itu.
Ada isu kalau Syifa menyukai kakak kelas otaku bermata empat, tapi bahasa arab lancar, kayak Syifa, pria itu ranking 1, terus pinter ajah.
Gak ada spesialnya pria itu, ganteng kagak, pergi ke sekolah cuman naik sepeda, gak pakek motor, gayanya songong, sok baca Al-Qur'an buat nyari perhatian cewe, biar dikatain alim.
Cemburu...
Main cemburu nih hati, napa dah harus cemburu?
Syifa bukan siapa siapa aku...
Nyatanya, dia gadis yang baik dan penyabar, aku telah mengetes gadis itu, tapi respon nya bikin aku gak nyangka. Faktanya, ia bukan wanita yang mudah baper dengan kata kata romantis, dan ia tidak mau berpacaran, maunya langsung nikah, nasihat nya terlalu bagus untuk ku, hingga aku berpikir aku tak layak menuruti nasihat nya.
"kenapa tak layak? Toh kamu makhluk ciptaan nya?"
Bukannya aku tak ingin melakukan, hanya saja apa faedah melakukan nasihat nya? Berhenti merokok, Jangan pergi ke tempat yang aku senangi, Jangan minum minum khamr, jangankan itu, shalat 5 waktu saja aku gak mampu.
"Itu hanya meninggalkan dosa, yuk dibiasakan mengerjakan hal yang baik."
Aku tak bisa.
"yuk hijrah."
Ajakan nya membuat ku muak, tapi aku suka itu. Muak karena apa yang ia katakan tidak terbiasa bagiku, tapi aku suka ia memperlakukan aku seperti orang yang ia spesialkan.
Hari ke hari, ke GR ran ku menjadi-jadi, pokok nya apa yang ia lakukan padaku, aku memikirkan ia sayang padaku, tidak mengapa aku GR pada nya daripada orang lain yang tidak mempedulikan aku
Aku berpikir ia tak peka jika aku menyukai nya, karena dia polos dan tidak sensitif soal rasa. Lambat daun, aku mengikuti perkataannya, aku sudah mulai jarang ke tempat ku bersenang-senang dan meminum khamr, aku berhenti melakukan itu demi dia.
Sepintas ada sebuah pemikiran di dalam benak ku
Syifa itu memang peduli padaku, atau hanya kasihan padaku?
Karena banyak orang yang menasihati aku, tapi karena mereka kasihan dengan keadaan ku. Jika Syifa hanya kasihan padaku, dia sama aja kek orang lain.
Saat kutanya, ia menjawab bahwa ia peduli sebagai saudara seiman, sudah menjadi hak bagi seorang muslim untuk menasihati saudaranya.
Wow, aku harus ngomong apa? Sekian banyak nasihat nya, aku hanya menjawab terima kasih, tapi sepertinya ia terus terusan memberikan ilmu nya, apakah ia tak peduli jika aku tidak membaca atau mendengar perkataannya?
Itu ialah zaman aku memakai blackberry, hp yang udah jadul kala itu.
Aku sepertinya sayang padanya, tapi aku sebenarnya kasihan karena ia sudah peduli kepada sosok pendosa hebat yaitu aku. Jadi sebelum hp bb ku rusak, ia sempat menasihati aku untuk memilih teman, ia mengutip dari sebuah hadits bahwa "Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Semua teman ku bejat, sama seperti aku, tapi sulit untukku untuk mencari teman yang mungkin ia suruh berteman sama orang shaleh biar aku ketularan shaleh, jadi aku berkata padanya bahwa nggak bisa berubah seperti memgembalikkan telapak tangan.
Bagiku, nasihat nya sudah melampaui batas, ia bahkan menasihati soal teman-teman ku, jadi sebelum ia menasihati ku lebih dalam lagi, aku berkata padanya agar mulai dari sekarang ia tak usah mengurusi urusan ku, karena masalah pertemananku bukan urusan dia? Jadi kenapa harus pusing dia yang mikirin?
Yah, aku mengatakan ini supaya ia jangan stres memikirkan aku, biarkan lah aku seperti ini, mengikuti arus kehidupan dari masa ke masa.
.
.
.
.
Setelah kejadian itu, ia tak pernah aktif dengan BBM nya. Hingga kelas 11 menanti kami sebagai pelajar.*~~~~*
"walaupun kau begitu, aku masih berpikir kau bisa berubah, walaupun rasanya sesakit ini, apalah hak ku untuk mengklaim kau tak akan dimaafkan Allah? Bukankah Allah maha memaafkan dan itu pasti."
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Purpose Of Life
Non-FictionMendeskripsikan catatan kehidupan ku, Rian. . . . "Siapa yang akan menolong mu?" "aku tak butuh ditolong" "menyedihkan.."