Ketika jemari ini berdansa di atas keyboard, hanya cerita tentang aku dan dirinya yang bisa dihasilkan. Sebuah cerita tentang dua bersaudara yang saling meninggalkan, tetapi tetap bersama. Dia yang sebenarnya bukan siapa-siapa, tetapi menjadi sangat berharga. Aku hanya rindu. Rindu akan senyum hangatnya yang hanya untukku, suaranya saat memanggilku, dan perlakuannya yang mencairkan semua kebekuan.
Masih tergambar jelas, bagaimana dia hadir dari tindakanku yang kuanggap kesalahan untuk saat ini. Mungkin saat itu, tindakanku memang benar, tetapi kini aku meruntukinya. Ketika jari ini mengetikkan segalanya dengan sangat mudah, menuangkan yang ingin diucap oleh hati. Jangan kalian kira ini sebuah pernyataan cinta. Kalian salah besar. Ini adalah sebuah ungkapan hati yang tidak logis, tetapi dia tahu tentang rasanya. Seakan ada yang mengerti tentang yang diinginkan hati.
Pada akhirnya memang benar, dia mengerti akan hal yang tidak akan dipikirkan oleh siapa pun itu. Dia seperti memulai misinya dengan memberikan suatu panggilan. Suatu panggilan yang menurutku sendiri begitu menghipnotis diri. Hatiku yang serasa 'ambyar' saat mendengarkan itu keluar dari mulutnya. Ah, sepertinya misinya akan berhasil.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dia tetap sama. Walau dia sudah terikat dalam suatu hubungan dengan orang lain, dia tetap sama. Memperlakukanku layaknya gadis yang sangat disayangi oleh kakak lelakinya. Memberiku ini-itu tanpa kuminta, mengantarku kesini dan kesana tanpa kuperintah, dan mau menjadi tempat sampah atas semua keluh kesah.
Dari awal aku sudah tahu, dia memang seperti itu. mudah mencairkan yang beku, mudah menyambung yang patah, mudah menghangatkan yang dingin, dan mudah mengubah haluan pada mereka yang sudah tahu jalan. Ada kawan yang hatinya tersambung karenanya, ada kawan yang menghangat setelah berada di sampingnya, ada pula kawan yang mengubah haluan balik kanan kepadanya. Ini akan berisiko. Aku sudah memikirkannya sejak jemariku yang mengawali semuanya begitu saja.
Dia begitu mengesankan di mataku. Sampai tiga bulan setelah semuanya berawal, hal yang sudah kuduga akan terjadi memang benar terjadi. Dia berubah, mengubah panggilanku pada titik yang sama saat kita berkenalan untuk pertama kalinya, tidak ada lagi kejutan-kejutan kecil yang hadir, tak ada pula pergi kesana-kesini berdua mengendarai Vario 125.
Yang membuatku sangat kesal, kenapa mereka pergi bersama? Kedua 'mas' yang mulai membangun jama'ahnya sendiri, kawan yang pergi untuk menimba ilmu, hingga dia yang berubah.
Aku tidak punya hak untuk melarang apa yang mereka kerjakan. Itu hak mereka. Aku tidak sedang berada pada ikatan yang begitu penting, sehingga harus dituruti. Aku juga sudah menebak dari awal hal tersebut akan terjadi, karena mereka memang sudah terikat pada hal yang lebih dari hanya sekedar 'aku'.
Dia kini sudah tak seperti dulu. Bukan bagian 'meninggalkanku', tetapi perlakuannya pada gadis. Dia yang dulunya orang sebut buaya, sudah menjadi cicak cupu yang hanya bersembunyi di balik pintu. Dia menemukan 'pawangnya'. Seorang gadis berhijab dengan tubuh jakung dan berkacamata, menjinakkannya. Semua luka tertutupi sudah karena perubahan itu.
Sayangnya, tak berlangsung lama. Ia kembali lagi. Kini dia kembali kepada misinya, dengan target kawanku. Biarkan dia menjalankan segala rencana. Yang terpenting, kawanku tak terjebak fi dalamnya.
Ketika semua yang kulakukan mampu membuat melupakan, dia datang. Tak seperti dulu memang. Tapi itu sangat mengganggu. Apalagi kini, ada yang lebih penting yang harus kukejar untuk masa depanku. Dia datang sebagai pengganggu.
Tolong pergi jika tak ingin menetap.
Hanya itu yang kuinginkan. Biarlah yang pernah terjadi, hanya menjadi rangkaian film yang seringkali berputar otomatis dalam ingatanku. Biarlah yang pernah kau berikan, hanya menjadi suatu karunia Tuhan yang pernah ada di hidupku. Dan biarlah semua sisa kenangan kuhapus. Aku ingin terus berjalan, tanpa kembalimu ataupun bayanganmu.
Var.mint
051119
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Sampah
Teen FictionHanya renteran kata yang mungkin membuat sebagian pembaca mengantuk. Mungkin, cerita disini cenderung 'klise'. Hanya penulis amatir yabg berusa mengolah kata sedemikian rupa. Como estas.