2. Undangan

1.7K 135 13
                                    

"Jangan menatapku seperti itu Chris!" seru Rose kesal. Ia memang tidak pernah bersikap layaknya seorang lady jika sedang berdua dengan Christian.

"Seperti yang aku katakan tadi padamu, kali aku tidak ingin mendengar penolakan lagi Rose. Kau akan tetap pergi denganku suka atau tidak, aku tidak peduli. Kalau perlu aku akan menyeretmu jika kau menghindar lagi kali ini."

"Kenapa?"

Chris mendesah, "Usiamu sudah sangat cukup untuk menikah Rose. Tidakkah kau sadar berapa usiamu sekarang? Lagipula ini undangan khusus yang dikirimkan pelayan kediaman Devonshire pagi tadi. Kita tidak mungkin tidak hadir dalam acara pertunangan salah satu bangsawan yang sangat dihormati."

"Kenapa tidak kau saja yang menikah lebih dulu Chris? Aku yakin banyak wanita-wanita di luar sana yang bersedia menjadi istrimu. Kau pria yang tampan dan menyenangkan," sahut Rose. Berusaha mengalihkan perhatian Chris dari undangan pertama yang harus mereka hadiri nanti.

"Jangan mengalihkan pembicaraan Rose," Chris menggeram kesal, "Dengarkan aku Rose..." Chris menghela napas panjang. Tahu bahwa pembicaraanya dengan Rose kali ini tidak akan mudah sama seperti sebelumnya, "Aku tahu alasan kau menghindari season selama ini Rose. Tapi sampai kapan kau akan terus menutup diri seperti ini? Kau terus menyalahkan dirimu sendiri tapi lihatlah apa yang terjadi diluaran sana," Chris menyerahkan surat kabar yang memperlihatkan berita tentang George yang beberapa waktu lalu sudah di bacanya, "George bahkan sudah akan bertunangan dan ia mengirimkan undangannya secara langsung ke sini," Chris kembali melanjutkan ucapannya, "Sedangkan kau di sini... sendirian dan terus menyesali semua yang telah terjadi seolah-olah kau bersalah atas apa yang telah menimpa George. Apa yang telah kau lakukan di masa lalu bukan kesalahanmu, tapi itu sebuah keharusan. Kau sudah melakukan hal yang benar."

Rose mengigit bibirnya. Air mata tiba-tiba saja memenuhi kelopak matanya. Tapi mati-matian di tahannya. Ia tidak mau Chris melihatnya menangis lagi, "George membenciku."

Chris menghela napas. Jauh di dalam hatinya ia sangat prihatin melihat keadaan Rose saat ini. Rose terus menyalahkan diri sendiri setiap saat, tapi Chris tahu apa yang dilakukan Rose semata-mata demi George dan itu terbukti saat ini. George menjadi Duke yang hebat. Pria itu terlihat menikmati hidup yang dijalaninya, tidak seperti Rose yang selalu berkubang dalam rasa sakit karena rasa bersalah.

"Dengarkan aku adik kecil," Chris menatap Rose lembut, "Sekarang George sudah dewasa dan aku yakin ia mengerti semua yang kau lakukan dulu demi kebaikannya. Buktinya ia mengundangmu secara khusus untuk datang, itu artinya George sudah melupakan semuanya. George tidak membencimu lagi. Ia menganggap kau bagian penting dalam perjalanan hidupnya. Apa itu tidak cukup untuk mengurangi rasa bersalah yang kau rasakan selama ini? Tidakkah kau ingin bangkit dan membuka lembaran baru seperti yang George lakukan? Cobalah melupakan masa lalu kalian seperti yang George lakukan saat ini."

Rose terdiam. Membuka lembaran baru? Bagaimana ia bisa membuka lembaran baru bila satu-satunya pria yang dicintainya tidak bisa ia miliki?

"Aku tidak akan menikah Chris," Rose tahu ucapannya akan membuat Chris kaget. Tapi memang itulah yang akan dilakukannya. Ia lebih memilih tidak menikah jika tanpa cinta.

"A... apa? Kau bilang apa Rose?"

Kali ini Rose memberanikan diri menatap mata Chris, "Aku tidak akan menikah Chris. Tidak akan."

"Kau gila!" Chris berdiri. Ia menggebrak mejanya dengan keras hingga membuat Rose terlonjak. Chris sangat marah saat ini, tapi melihat wajah Rose yang ketakutan ia mati-matian meredam emosinya.

Rose... adik tersayangnya itu benar-benar membuat kepalanya sakit.

"Dengarkan aku Rose," Chris berjalan ke arah Rose. Berjongkok di depannya sembari menggenggam tangan Rose dengan lembut, "Aku tidak bermaksud memaksamu menikah untuk mengusirmu dari rumah ini, jika itu yang kau khawatirkan. Tapi aku hanya ingin kau menemukan seorang pria yang mencintaimu. Seorang pria yang bisa menjagamu selain aku. Kau adikku satu-satunya. Kebahagiaanmu adalah tujuan hidupku saat ini Rose. Jadi aku mohon pikirkan kembali ucapanmu itu," Chris mengecup punggung tangan Rose, "Pikirkan kembali Rose. Setiap orang berhak bahagia dan itu termasuk kau. Bangkitlah dan songsong masa depanmu. Lupakan semuanya dan bukalah pintu hatimu, sama seperti yang George lakukan," tangan Chris membelai pipi Rose, "Tapi jika kau memang tetap pada pendirianmu untuk tidak ingin menikah, aku berjanji akan selalu menjagamu."

"Apa maksudmu Chris?"

"Jika kau tidak menikah maka aku juga tidak akan menikah. Aku akan menjagamu seperti yang Papa dan Mama minta."

"Tidak!" Rose menarik tangannya dari genggaman Chris, "Tidak... kau tidak bisa melakukan ini Chris. Kau harus menikah. Kau harus memiliki keturunan untuk meneruskan gelarmu."

"Dan aku juga sudah berjanji akan menjagamu pada orang tua kita. Bagiku kau lebih penting dari pada gelar sialan ini Rose."

Kali ini Rose tidak bisa lagi menahan air matanya. Betapa egois dirinya kalau sampai Chris benar-benar tidak menikah karena dirinya.

"Baiklah," Rose menghapus air matanya. Ia sudah mengambil keputusan dan ia tidak ingin menjadi egois untuk Chris, "Aku akan mencari calon suami di season ini. Tapi aku pun ingin kau melakukan hal yang sama Chris. Menikahlah begitu kau menemukan wanita impianmu."

Chris meraih tubuh Rose dan memeluknya erat, "Tentu Rose... tentu," sebuah senyum terukir di wajah tampan Chris setelah mendengar keputusan Rose. Akhirnya perjuangan panjangnya untuk meyakinkan Rose berhasil. Meskipun ia harus mempermainkan emosi adiknya itu.

"Tapi aku tidak ingin menggunakan gaun berwarna putih."

Chris melepaskan pelukannya dan menatap Rose dengan tatapan tidak mengerti.

"Aku sudah melewati masa debutku Chris. Lagi pula tidakkah kau berpikir aku terlalu tua untuk memakai gaun putih itu?"

Chris terkekeh dan kembali menarik Rose ke dalam pelukannya, "Apapun untukmu adik kecil. Asalkan kau berjanji akan membuka hatimu, belajar menerima pria yang nanti akan mendekatimu dan keluar dari masa lalu yang membelenggumu selama ini, aku sama sekali tidak keberatan. Bahkan kalau kau memintaku memetik bintang sekalipun akan ku lakukan untukmu."

"Jangan berlebihan seperti itu. Seharusnya kau mengatakan hal itu pada wanita yang kau cintai nantinya," Rose memberengut. Ia tahu Chris tengah menggodanya saat ini. Pria berstatus kakaknya itu memang tidak pernah absen menggodanya ketika mereka sedang bersama seperti saat ini.

Chris kembali terkekeh dan melepaskan pelukannya di tubuh Rose. Ia mengajak Rose duduk di sofa yang terdapat di depan meja kerja. Menghapus air mata di pipi Rose, "Aku tidak ingin melihatmu bersedih lagi Rose. Aku ingin kau bangkit dari keterpurukan dan rasa bersalah yang selama ini selalu membelenggumu. Asal kau tahu George sudah menerima apa yang ditakdirkan untuknya dan itu terbukti dari rencana pertunangan yang akan dilakukannya. Dan yang paling penting, George mengundangmu, bukankah itu berarti George sudah melupakan semuanya dan tidak lagi membencimu?"

Meskipun enggan menyetujui apa yang dikatakan Chris, tapi Rose juga tidak bisa mengingkari hal itu. Ia tidak bisa mengingkari kalau apa yang dikatakan Chris adalah kenyataan. George sudah melupakan semuanya termasuk dirinya dengan rencana pertunangan yang akan dilakukannya. Sedih memang, tapi mungkin ini yang terbaik. Satu-satunya yang Rose harapkan hanyalah George tidak membencinya. Meskipun undangan yang diterimanya pagi ini sedikit tidak menenangkan perasaannya.

"Baiklah, aku akan datang," Chris tersenyum senang mendengar ucapan Rose, "Tapi jangan tinggalkan aku sendirian. Aku takut."

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sayang. Aku akan menjagamu jika itu yang kau khawatirkan."

Rose memeluk tubuh Chris erat, "Aku menyayangimu Chris dan terima kasih sudah bersabar menghadapiku selama ini."

Tangan Chris membelai kepala Rose, "Kau adalah adikku dan sudah seharusnya aku melakukan semua ini. Kita adalah saudara dan saudara akan selalu saling menjaga dan menguatkan tidak peduli apapun yang terjadi. Itulah arti seorang saudara."

Rose mengangguk, "Aku akan datang."

Chris tersenyum mendengar jawaban Rose. Meskipun ia bisa mendengar sedikit keraguan di dalamnya tapi Chris yakin Rose akan bisa mengatasinya. Bagaimanapun juga, Chris tidak akan bisa tenang menjalani kehidupannya jika satu-satunya adik yang dimilikinya justru berkubang dalam kesedihan yang tidak seharusnya dirasakannya. Karena nyatanya pria yang menjadi sumber kesedihan itu sudah akan bertunangan dan itu sudah lebih dari cukup sebagai pelecut semangat Rose untuk membuka lembaran baru tanpa rasa bersalah sama seperti yang George lakukan saat ini.





====051119====
Yang mau baca cepet slse bisa baca di aku dreame ku yah. Cari aokirei atau judulnya MY BEAUTIFUL ROSE langsung. Thanks

My Beautiful RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang