26| Kecewa dan Marah

9K 496 21
                                    

Jangan lupa vote dan dukung cerita ini terus:D.
Happy Reading.

------

"Aku adalah aku. Yang tau rasanya sakit namun tetap jatuh cinta. Yang tau rasanya terhempas namun tetap datang."

------

Ara mengedarkan pandangannya mencari Varo. Pagi ini ia tak melihat muka cowok itu sekalipun. Ia melangkah menuju gedung yang biasa digunakan siswa yang bolos. Setau Ara, biasanya Varo ada disana.

Ia tersenyum ketika mendapati salah satu teman Varo disana hendak duduk berbalik belakang. "Raf, Varo ada?"

Rafi berbalik dengan tatapan kaget namun langsung dinetralkan lalu tersenyum
kearah Ara.

"Kenapa?" tanyanya balik. Ara mendengus pelan. Ia tak suka mengulang-ulang pertanyaan yang ia lontarkan.

Ia menghembuskan nafasnya pelan. "Varo ada disana?" tanya sambil menunjuk pintu untuk kebelakang gudang.

Rafi menggaruk kepalanya bingung dengan keadaan. Mau bilang iya, tapi Varo larang orang masuk. Mau bilang tidak, entar nggak enak sama Ara. Palagi mukanya sudah tegang begini. Ara juga manusia. Bisa tau siapa yang terlihat sedang berbohong.

"Hmm...gini aja, Ra. Lo nunggu dulu ya?"

"Emangnya Varo ngapain didalem?"

Waduh! Apa yang Rafi akan bilang nantinya? Kenapa Tuhan memberinya cobaan yang sesulit ini? Rafi kembali meringis. "Hm...enggak ngapa-ngapain sih tapi..." ucapan Rafi terpotong ketika Ara menerobosnya dan masuk kedalam gudang. Matilah riwayatnya sekarang.

Ara pelan membuka pintu sambil tersenyum berharap Varo ada disana. Rencananya ia akan memberi kotak makan yang biasa Varo makan.

Namun senyuman miliknya memudar ketika melihat Varo memegang tangan Dinda. Mereka duduk sambil tersenyum. Mereka tidak tau bahwa disini ada Ara.

Penglihatan Ara menjadi putih. Hanya ada dua jejoli dimata Ara sekarang. Sakit? Iya. Baru kemarin Ara yakin bahwa Varo akan membalas perasaannya dan hari ini telah terbukti bahwa Varo memang tidak layak untuknya.

"Makasih, Var. Lo mau nerima gue. Gue kira lo nggak mau. Jadi malu gue kalo gue yang nembak. Tapi makasih loh."

"Hm. Gue juga suka sama lo dari dulu."

"Gue sayang lo."

Kotak bekal ditangan Ara jatuh menimbulkan suara. Varo dan Dinda berbalik mendapati Ara yang tengah menatap mereka sambil menggelengkan kepalanya. Ia tak sangka.

Varo berdiri hendak mengejar Ara yang lari tanpa arah sekarang. Kenapa serumit ini?
Pasti dia akan salah paham. Dan ia yakin bahwa Ara mendengar semua yang ia katakan bersama Dinda tadi.

"Ra! Tunggu gue. Biar gue jelasin." teriak Varo sambil terus mengejar cewek itu. Ara berhenti. Cewek itu berbalik dengan tatapan sendu. Air matanya menetes dipipinya yang mulus.

"Kenapa harus gue, Var? Kenapa lo ngasih harapan dan lo hempasin gue? Sakit, Var." ucap Ara bergetar. Ia mengusap air matanya kasar. "Hari ini telah membuktikan bahwa gue emang nggak layak sama lo. Hanya Dinda yang pas untuk lo. Dan...makasih semua penderitaan yang lo kasih sama gue. Selamat pacaran sama Dinda."

Ara kira Dinda bukanlah cewek yang ada dihati Varo sebab Varo pernah berkata bahwa orangtua mereka yang saling kenal dan Varo pernah menyatakan bahwa ia dan Dinda tidak berpacaran.
Tetapi sekarang? Semua orang akan tau betapa sakitnya diperlalukan oleh cowok seperti itu. Dan Ara menyesal pernah berbicara kepada Dinda. Bahkan ia sudah beberapa kali dihancurkan. Ia tidak ingin lagi. Cukup sudah perderitaan yang ia alami.

Ara berlari tanpa arah. Ia bahkan tak ingin berbicara dulu sampai keadaan dan perasaannya baik kembali. "Gue emang cewek yang gak pantas sama lo. Tapi, bisa kah kalo lo gak suka sama gue, jangan ngasih harapan? Sakit."
Ara menepuk dadanya sendiri agar rasa yang ia rasakan hilang namun ia tak bisa.

Mungkin ini saatnya ia juga menghindar. Membuktikan bahwa ia juga bisa hidup tanpa Varo. Dia pikir dia siapa yang selalu menyakiti perasaan orang? Ia bukan Tuhan yang selalu menentukan perasaan orang.

Kenapa mencintaimu sesakit ini?

------

"Eh, Ra." panggil Keva. Ara menoleh dengan tatapan datar. Hari ini ia lebih banyak diam.

"Apa?"

"Varo pacaran sama Dinda?"

Ara mengangguk meskipun sakit. "Iya. Kenapa emang?"

"Gak papa. Gue cuman pastiin gosip itu."

Ara mengangguk mengerti. "Emangnya udah tersebar ya?"

"Iya. Lo nggak dengar?"

"Gue gak dengar tapi gue liat. Dinda nembak Varo dan Varo terima."

Keva menganguk. "Ra, maafin gue ya? Gue harap kita kayak dulu lagi."

Ara tersenyum. "Iya."

Keva duduk disamping Ara. "Lupain semuanya dan mulai dari awal?" tanya Keva sambil terkekeh pelan.

Ara mengangguk. "Iya. Kita ulang dari awal."

Keva tersenyum manis. "Kalo gue boleh tahu, kenapa lo sama Varo gak jadian aja?"

"Gue gak pantas untuk dia. Dari dulu Varo memang gak suka sama gue. Dia cuma main-main aja kalo sedang perhatian."

Dan Keva hanya diam membungkam mulutnya. Ia hanya bisa menatap Ara sendu. Cewek itu begitu berharap dan akhirnya dihempaskan.

------

an:

Boleh gak minta vote? Satu vote dari kalian sangat berarti buat aku. Guys, belajar ngehargain karya orang lain. Sejelek apapun itu, gak pantes buat dihujat. Soo, jadi readers yang baik ya teman-teman:)







Karin.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang