01| Menyerah

70.2K 2.1K 49
                                    

NOW PLAYING| Give You Heart A Break - Demi Lovato

------

"Bukannya ingin menyerah, tapi setiap hati juga punya cara untuk menyelematkan diri dari sakitnya diabaikan."

------

07.45

Jam tangan putih melingkar manis tepat di tangan seorang gadis yang sedang berlomba lagi dengan waktu. Nafas yang memburu membuat dirinya berhenti sejenak.

"Gue cape banget cokk," teriaknya di tengah jalan seperti orang gila kemudian kembali melangkahkan kakinya dengan cepat.

"Yah lambat lagi deh," ujar nya ketika melihat pagar putih tinggi yang tertutup. Dirinya menyeret kaki miliknya dengan lemas.

Ara Alderia Malcusci.

Cewe cantik, pintar, minusnya suka terlambat karena alarm dirumahnya kadang kumat sakitnya.

"Gara-gara alarm anying ni gua telat mulu," maki nya.

Dirinya menoleh ke arah kanan, mendapati satu siswa cowo yang tak asing di matanya. Ya, kakak kelas yang dirinya suka semenjak masuk di sekolah ini.

Alvaro Malzaksi.

Cowo berparas yang hampir dikatakan 'sempurna' menjadi idaman semua cewe di SMA itu.

"KAK VARO?!" teriakan Ara membuat siswa siswi yang tengah berbaris mengikuti upacara menoleh memperhatikan mereka berdua yang berdiri di luar gerbang.

"Gue apes mulu ketemu lo," ujar Varo sambil menunjuk muka Ara dengan kesal. "Lo jauh-jauh dari gue."

"Ngapain, orang gue suka ama kakak," ucap Ara percaya diri. "Gue kan ga jelek-jelek amat, gue juga ga bodoh, ga ada niatan gitu kak?"

"Lo ga cantik."

Ara mendengus, "Gue cantik, mata lo aja tuh yang buta."

Varo tak mendengarkan ceramah adik kelasnya tersebut di pagi-pagi cerah ini. Baru pagi-pagi aja udah ngajak berantem tuh cewe.

"Varo, kamu terlambat sudah tidak bisa di hitung memakai jari, ibu sudah cape ngasih kamu hukuman agar kamu jerah!"

"Yauda bu, gausa kasih saya hukuman, kan ibu cape daripada saya ikutan cape juga bu," ujar Varo sambing tersenyum.

"IBU GA SURUH KAMU MENJAWAB!"

"Lah trus ibu bicara sendiri?" Varo memasang ekspresi wajah serius.

"VARO! Kamu bersihkan semua perpustakaan sampai bersih, sampai debu-debu nya hilang semua."

"Dan kamu Ara, bantu Varo membersihkan perpustakaan, habis itu segera ke ruangan ibu," perintah bu Andara.

"Bu, dia gada hukuman yang lain aja bu?" Varo mengusap mukanya merasa hari ini hari sial baginya.

"Ih gausa bu, saya sama Varo aja bu hehe."

Bu Andara tidak menanggapi dua pertengkaran siswa terlambat itu.

"Ngapain si gue harus sama lo mulu."

"Ya berarti kita jodoh dong, Var."

"Mimpi!"

-----

"Lo di hukum sama Varo?" teriak Kev ketika mendengar cerita temannya tersebut. Tercengang mengapa sahabatnya itu selalu beruntung bisa terus berdekatan dengan Varo.

"Gue kan sama dia jodoh," ujar Ara santai.

"Ah mimpi aja lo."

"Ada kata mutiara ini ya, katanya sukses itu berawal dari mimpi, ya gue mimpi aja trus lama-lama dia suka deh sama gue," ujarnya tersenyum manis.

"Serah lo deh, moga Varo kuat hadapin orang kaya lo."

"Ya iyalah, calon capar kan harus bisa hadepin pacarnya."

"Gue jadi mikir kalo lo jadi pacarnya Varo, lo seberapa hebohnya?"

"Ga sih, gue lari mencoba buat cairin hatinya, dia tuh butuh di panasin, Kevaa," ujar Ara tersenyum.

"Lo pikir dia air gitu di panasin?" Keva tak habis pikir.

"Hatinya Kev kaya es batu."

Suka suka lo deh, Ra. Batin Keva

-----

Perasaan kalang kabut menyeliputi Ara di malam itu, dengan segelas cokelat hangat menghangati tenggorokan. Sebuah novel memanjakan mata cewe berparas cantik itu.

"Lama-lama ni novel buat gue gabisa move on dari Varo," ujarnya sambil meneguk habis cokelat hangat.

Dirinya meninggalkan novel tersebut lalu masuk kedalam kamarnya, menutup seluruh dirinya lalu tertidur pulas.

06.55

"Woi gada yang bangunin gue apa?" sungut nya sambil melompat dari kasur, segera mengambil handuk.

07.07

"Gila ni alarm ga guna, percuma gue beli lu," ujarnya sambil memakai sepatu.
Ara berlari kencang meninggalkan rumah nya.

"Gue ketinggalan bus cok aela," ucapnya sambil memegang perutnya, mengatur nafasnya yang sulit di keluarkan lagi.

"Lama-lama gue gebuk juga ni dunia."
Ara menghentakkan kakinya merasa kesal, menundukkan kepalanya menatap sepatu nya yang salah sebelah.

"MAMAAAAA."

"Woi budek telinga gue dengar lo," ucap seseorang dibelakang Ara.

Ara membalikkan badan, "Yaudah lo pindah aja, ngapain juga lo masih disini?"

"Mau bereng ga? Ntar lambat lagi lo."

"Lo siapa dah? Gue ga kenal."

"Sok sok an lo gengsi, mumpung gue baik ni."

Ara berlari kecil memutari motor cowo itu lalu naik dengan hitungan detik. "Motor gue bisa rusak bonceng lo."

"Hahh?"

"Gapapa, pegangan aja."

Satu tangan Ara memegang jaket hitam miliknya cowo itu. Senyum terukir di bibir gadis manis itu.

-----















Karin

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang