27| Penguntit Sang Idola

8.3K 350 39
                                    

Sebelum baca, jangan lupa follow akun @kpanduwinata. Kalau ada yang perlu, bisa ditanya disana. Pasti aku balas. Siap buat baca part ini!! Langsung aja guys!!

------

Selain bermain basket, seorang cowok berseragam Sma tak beraturan, Alvaro Malzaksi kini berada didalam ruang musik. Ia tengah bermain gitar.

Dari wajahnya, cowok itu tampak serius mempelajari beberapa lagu.

Tak sadar, seseorang memandangnya dengan tatapan sendu namun terdapat senyum tipis dibibir cewek itu, Ara. Ia menatap Varo yang mencoba bermain lagu menggunakan gitar.

Eh, kok ganteng?

Ara menepis pikiran yang aneh. Niatnya hanya ingin melihat Varo. Iya, mencintai dalam diam itu lebih baik meskipun sakit.

Brakk

Bego! Umpat Ara dalam hati.

Mendengar suara pot bunga yang terjatuh, Varo menatap asal suara. Ia juga merasa diperhatikan. Lalu ia melangkah keluar dari ruang musik. Niatnya ingin memastikan siapa yang menjatuhkan pot bunga.

Ara bergegas berlari dengan cepat tak sadar jika hiasan pita hitam kecil jatuh dilantai.

Ia terus berlari, tak ingin diketahui. Bisa-bisa Varo akan merasa tinggi hati jika mengetahui bahwa Ara masih berharap. Iya, berharap.

Varo yang sudah kehilangan jejak hanya bisa menatap pot bunga yang tanahnya berserakan. Lalu Varo menangkap pita hitam kecil yang tergeletak dilantai. Tangannya bergerak mengambil pita tersebut sambil mengamati pita hitam tersebut. Sepertinya tidak asing lagi.

Varo menyimpan pita tersebut disaku celananya dan kembali masuk kedalam ruang musik.

------

Nafas Ara naik turun. Hampir saja ia ketahuan akibat pot bunga sialan itu. Ia meraba bagian kepalanya. Sepertinya kepalanya lebih ringan dari biasanya.

Eh, pita hitam kemana?

"Sialan, pasti pita itu jatuh. Kalo diambil Varo? Bego banget sih, Ra?" runtuk Ara sambil menjambak rambutnya sendiri.
Heran mengapa ia begitu ceroboh? Jika Varo tau siapa pemilik pita itu, pasti Ara akan malu sendiri.

"Napa muka lo sumpek gitu?" tanya Keva ketika ia menyusul Ara dikantin.

Ara tersenyum kecut, "Pita gue hilang trus gak tahu dimana sekarang."

"Emangnya terakhir diman?"

"Gue kan keruang musik. Niatnya pengen belajar tapi disana ada Varo. Jadi gak jadi. Gue intip dia gitu trus gue gak sengaja senggol pot bunga. Eh malah jatoh dan undang Varo keluar. Gue lari kenceng banget. Kayaknya pita tuh jatuh. Takutnya diambil Varo." jelas Ara sambil meringis.

"Gue cuma bisa berharap Varo nggak nyimpan tuh pita."

"Moga-moga dibuang." harap Ara sambil nyenyir membuat Keva menjitak kepalanya pelan.

"Rugi, bego!"

Ara terkekeh pelan.

-----

"Ra!"

Panggilan tersebut membuat Ara membalikkan badannya. Ia menatap Varo yang kini berjalan menuju dirinya.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang