Angin sore menusuk tajam ke tubuhku, ombak surut yang dingin menyentuh ujung kaki bertubi tubi, kakiku mulai lemas dan kuputuskan untuk duduk, menekuk kaki lalu memeluk lututku, angin melesat cepat kesana kemari, tentu hawa semakin lama semakin dingin , berbeda dengan saat itu, kita masih kuat berdiri sejajar , melawan angin melesat cepat dengan sebuah pelukan, tapi sekarang hanya bau suasana itu saja yang ada ,dan angin yang melesat di bawah hidung membawa rindu pristiwa bersamanya