Intense
Part 1
By Baechu10489
Rambut kuning keemasan panjangnya meliuk-liuk diterpa angin saat sepasang kaki jenjangnya terus melangkah lebih cepat. Sesekali ia menoleh ke belakang sambil melambai-lambaikan tangannya. Ia mengisyaratkan kepada dua gadis di belakangnya untuk berlari lebih cepat. Tanah yang mereka pijak masih sedikit basah bekas hujan semalam. Embun-embun dari rerumputan membasahi ujung jubah ketiga gadis remaja itu.
"Hei, tunggu kami!"
"Kalian berlari seperti manusia. Cepatlah sedikit!"
"Aish, baiklah kalau begitu!"
Detik itu juga, kedua gadis itu muncul di samping kiri dan kanan gadis yang mengejek mereka berlari seperti manusia. Tentu saja kecepatan mereka melebihi batas wajar manusia normal.
"Jangan meledek kami seperti manusia lagi, Jisoos! Manusia adalah makhluk lemah, kami lebih kuat, tentu saja."
"Haha, baiklah Rosie!" ucap gadis berambut kuning keemasan bernama Jisoo atau lebih suka dipanggil saudari-saudarinya dengan Jisoos. Kemudian tatapan Jisoo jatuh pada gadis berambut merah di samping Rosie.
"Hei, Jen. Masih ada darah di sudut bibirmu."
Gadis berambut merah menatap terkejut ke arah Jisoo lalu buru-buru menyeka tepi bibirnya. Ia tidak merasa terluka pagi ini atau minum bersama Neneknya. Lalu saat menyadari kalau Jisoo telah menggodanya, gadis berambut merah itu menjentikkan jari yang baru saja menyeka tepi bibirnya. Kontan saja gumpalan kental berwarna merah itu melenting ke pipi Jisoo.
Rosie terkikik.
"Apa menurutmu darah termasuk jenis selai? Sialan kau, Jisoos. Aku sudah tidak menyentuh cairan menjijikkan itu lagi!" gerutu gadis berambut merah.
Jisoo menyeka selai stroberi di pipinya sampai bersih lalu terkekeh. "Sepertinya aku harus bertanya kepada Kakek kenapa kedua adikku sangat temperamental."
Rosie dan gadis berambut merah itu—Jennie—hanya mendengus sebal. Jisoo memang selalu saja menggoda mereka, tetapi berlaku penuh kasih sayang kepada kedua adik mereka yang lainnya.
Mereka telah memasuki area pemakaman. Rosie dan Jennie berjalan terlebih dahulu ke dalam, sementara Jisoo berdiri sejenak di pintu gerbang pemakaman tersebut. Mulutnya komat-kamit merapal mantra. Sedetik kemudian ia telah berhasil membuat perisai berwarna bening yang bertujuan untuk menghalangi niat siapa saja untuk memasuki area pemakaman.
Well, Jisoo tidak ingin pertemuan keluarganya terganggu oleh kehadiran manusia biasa.
"Sekarang kau yang lambat!" teriak Rosie jauh di depannya.
Jisoo hanya terkekeh lalu melesat secepat kilat hingga sampai lagi di samping kedua adiknya dalam sekejap mata. Kini mereka sampai di sebuah kuburan yang tampak lebih mewah dari kuburan lainnya. Rosie dan Jennie mengalihkan pandangan kepada Jisoo.
"Kenapa?" Jisoo bertanya.
"Kenapa kau bertanya kenapa? Bukankah biasanya kau yang memanggil Kakek?" tuntut Jennie.
"Ya Tuhan, kalian kan juga bisa melakukannya! Kalian sudah berusia 170 tahun tetapi masih takut kepada Kakek, ckckck."
"Diam kau! Cepatlah, aku ingin cepat-cepat menyampaikan undangan ini lalu pulang dan tidur!" tukas Rosie.
Sambil menghela napas panjang, Jisoo maju selangkah mendekati nisan lalu mengetuknya seperti mengetuk sebuah pintu. Rosie dan Jennie menunggu sambil bersidekap.